Yumna POV"Dimana suaminya? Pasien mengalami pendarahan, kita harus mendapatkan persetujuan dari suaminya untuk melakukan tindakan lebih lanjut!""Pasien datang tanpa suami, dokter. Pasien korban tabrak lari.""Kita tidak bisa melakukan tindakan tanpa persetujuan, di mana keluarganya?"Aku mendengarkan percakapan antara suster dan dokter di sebelah aku, rasanya aku berada di ambang antara hidup dan mati. Perutku sangat sakit, tulangku seolah dicabut paksa dari posisinya. Yang ada di pikiranku hanyalah keadaan janinku saja. Aku begitu ceroboh, aku takut bayi ku kenapa-napa. Suster sibuk mencari nomor ponsel suamiku di handphone milikku. Itu hanya akan sia-sia, aku sudah tidak tahan lagi dan aku merasa perutku akan meledak detik ini juga. "Suster, lakukan apapun untuk menyelamatkan bayi saya. Tolong saya," pinta ku dengan nada yang begitu lirih. "Tapi pihak rumah sakit harus menghubungi suami anda."Aku menggeleng pelan. "Saya tidak memiliki suami dan keluarga, tolong selamatkan nyaw
Yumna POVAku menyuruh mereka berdua untuk masuk ke dalam rumah, tidak enak dan tidak sopan jika berbicara di luar. Mereka adalah karyawan di perusahaan tempat aku bekerja. Yang mana perusahaan itu begerak dibidang industri perfilman. "Aku mau cuti, aku butuh hiburan," ujar ku kepada mereka. "Ayolah Yumna, pak Farez akhir-akhir ini sering marah dengan kita. Apalagi kinerja sekretaris yang menggantikan kamu tidak sesuai dengan keinginannya.""3 bulan lagi aku kembali kerja, sekarang aku masih belum bisa kembali bekerja.""Kenapa sih? Udah hampir satu tahun kamu bekerja."Aku terdiam, sangat tidak mungkin jika aku memberitahu mereka alasan aku mengambil cuti di kantor. Tidak ada yang tahu bahwa aku telah memiliki anak, aku juga bingung alasan apa yang tepat terkait lamanya cuti ku. "Kok bau bayi? Bukannya kamu tinggal di sini?"DegAku semakin terkejut ketika mendengar pertanyaan itu, dari tadi memang bau bayi. Sebab Aurora sehabis mandi, baunya memang menyerbak di seluruh ruangan in
YUMNA POVSetelah dari kantor, aku langsung pulang ke rumah. Aku akan membicarakan perihal keinginanku untuk kembali bekerja di kantor kepada Mbok Marni. Beliau sudah aku anggap sebagai Ibuku sendiri dan aku harus menceritakan masalah ini kepada beliau. Aurora sudah tertidur di kamarnya, beberapa bulan terakhir aku mengajarkan dia untuk tidur sendirian supaya dia lebih mandiri dan tidak bergantung kepadaku. Mbok Marni sudah ada di ruang keluarga. "Mbok, sebenarnya saya tadi ke kantor saya yang lama. Seperti yang mbok tahu, pendapatan di toko bunga milik saya turun drastis dan saya memecat beberapa karyawan. Singkatnya Saya ingin kembali ke kantor untuk bekerja seperti 3 tahun yang lalu. Maaf saya memberikan informal kepada mbok secara mendadak," ujarku. "Mbak mau kerja lagi?" Mbok Marni bertanya dan mendapatkan anggukan dari diriku. "Mbak, kalau menurut mbak itu keputusan yang terbaik. Maka mbok pasti mendukungnya, sewaktu mbak bekerja. Nanti biar Aurora ada di rumah saya saja.""
YUMNA POVHari ini adalah hari pertama aku mulai bekerja, aku tidak mau satu ruangan dengan Farez. Karena jika melihat wajah dia akan membuat ku sakit hati, mungkin orang-orang akan bertanya mengapa aku masih mau bekerja di sini setelah apa yang Farez lakukan. Selain untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhanku dan Aurora, mencari tahu kehidupan lebih dalam dari seorang Farez. Mau bagaimanapun aku menyembunyikan bahwa ayah Aurora adalah Farez, pasti akan ketahuan juga. Tetapi ucapan dia kemarin Jika dia tidak mau mengakui Aurora adalah anaknya cukup membuatku tertampar. Tetapi aku tidak akan memohon-mohon kepada dia untuk menyayangi Aurora. Yang sekarang harus aku lakukan adalah bekerja setiap mungkin dan jika toko bungaku kembali stabil aku akan keluar lagi dari kantor ini. Mario mendatangi meja kerja ku. "Yumna, ini ada beberapa berkas yang harus diacc sama Pak Farez. Sana kamu minta tanda tangannya. Sama tungguin laporan keuangan dari Tika, udah masuk awal bulan. Kalau laporannya
AUTHOR POVMalam semakin larut, Farez belum juga tertidur. Padahal besok pagi-pagi sekali dia harus pergi ke kantor. Malahan sekarang ini laki-laki itu berada di balkon kamar sembari menatap bulan dan bintang yang berada di langit sana. Istrinya sudah tidur terlebih dahulu, sementara dirinya tidak bisa tidur karena memikirkan percakapan padi antara ia dan juga Diana sewaktu di ruang keluarga. Keluarganya terus mendesak dirinya untuk segera memiliki anak supaya marga Mahatama bisa diteruskan. Bahkan keluarganya sendiri tidak mau mengerti bagaimana keadaannya, mereka berpikir istrinya tidak mau memiliki anak. Padahal mati-matian ia juga Diana berjuang supaya diberikan anak oleh Tuhan. Tujuannya menikah dengan Diana itu karena cinta, dirinya tidak ingin istrinya itu tertekan karena permintaan dari keluarganya. Selamat bertahun-tahun dirinya menjauh dari keluarganya. Tiba-tiba saja ia teringat dengan kejadian 3 tahun yang lalu antara dirinya dan juga Yumna. Setelah diselidiki ternyata
YUMNA POV "Aku tidak bisa percaya kalau aku menemukan sesuatu yang mengejutkan tentang kejadian 3 tahun lalu."Aku terkejut mendengarnya menyebutkan kejadian 3 tahun lalu. Hanya sedikit orang yang mengetahui tentang insiden itu, dan aku tidak pernah mengira bahwa Ryan, seorang karyawan biasa seperti dia, akan mengetahuinya."Dari mana kamu tahu tentang itu?" tanyaku dengan penuh keheranan.Ryan tersenyum misterius, membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan diungkapkannya. "Saat aku membersihkan gudang kemarin, aku menemukan sebuah laci yang tersembunyi di sudut yang terabaikan. Ketika aku membukanya, aku menemukan beberapa dokumen lama yang terkait dengan kejadian itu. Tidak banyak orang yang mengetahui tentang ini, tapi aku merasa perlu memberitahumu."Aku duduk tegak, merasa campur aduk dengan berita yang tiba-tiba ini. Kejadian 3 tahun lalu telah menjadi rahasia tersembunyi yang aku pikir telah terlupakan, tapi sekarang ada karyawan biasa yang mengetahuinya.Saat aku sedang
Yumna berjalan dengan hati-hati di lorong-lorong supermarket, fokus mencari barang-barang yang dia butuhkan. Pikirannya terfokus pada tugas-tugas sehari-hari, hingga tiba-tiba dia melihat sosok yang sangat akrab. Dia terhenti sejenak saat melihat Diana, istri dari Farez, berada di lorong yang sama.Pandangan mereka bertemu, dan saat itu Yumna merasakan kejutan dan kebingungan. Dia tidak pernah mengharapkan bertemu dengan Diana di tempat seperti ini. Wajah Diana mencerminkan kejutan yang sama, seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat.Keduanya saling menatap, terdiam dalam ketidaknyamanan yang terasa tegang di antara mereka. Yumna merasa ada begitu banyak yang ingin dia katakan, namun dia terbungkam oleh keheningan dan beban masa lalu.Diana akhirnya memecah keheningan, mencoba menjalin komunikasi dengan sikap yang tegar. "Yumna, apa kabarmu? Aku tidak mengharapkan bertemu denganmu di sini."Yumna menggigit bibirnya, mencari kata-kata yang tepat untuk merespons. Dia merasakan kebin
Di pagi hari yang sibuk, Yumna bangun dengan energi dan semangat yang tinggi. Dia tahu bahwa dia memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan sebelum berangkat ke kantor. Dengan cekatan, dia bangun dari tempat tidur dan segera mulai mempersiapkan diri.Yumna bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan mengenakan pakaian yang rapi dan profesional. Dia mengatur rambutnya dengan cepat, memberikan sentuhan akhir pada penampilannya yang segar. Setelah itu, dia bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan yang sehat dan bergizi.Sambil sarapan, Yumna juga memeriksa jadwal harian dan daftar tugas yang harus diselesaikan. Dia membuat daftar prioritas dan memastikan semuanya terorganisir dengan baik. Dia memeriksa email dan pesan-pesan penting yang masuk, memastikan tidak ada hal yang terlewatkan.Setelah sarapan selesai, Yumna membersihkan dapur dan merapikan rumah sebelum pergi. Dia ingin meninggalkan rumah dalam keadaan yang rapi dan bersih agar bisa kembali dengan tenang nantinya. Setelah itu,
Setelah pernikahan yang bersejarah itu, kehidupan Farez dengan Yumna, Diana, dan Aurora berjalan dengan harmonis. Mereka berusaha membangun keluarga yang saling mendukung dan penuh kasih. Farez dengan bijaksana membagi waktunya di antara kedua istrinya, memberikan perhatian dan kasih sayang yang setara kepada Yumna dan Diana. Di rumah, mereka menjalin ikatan yang kuat. Aurora, sebagai buah cinta dari Farez dan Yumna, tumbuh dengan penuh kebahagiaan dan cinta dari kedua ibunya. Yumna dan Diana bekerja sama dengan baik dalam merawat Aurora, memastikan bahwa ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih dan nilai-nilai yang baik.Farez, sebagai suami dan ayah, berperan sebagai pilar yang kuat bagi keluarga. Dia berusaha menciptakan waktu berkualitas bersama istri-istrinya dan Aurora, mengadakan kegiatan keluarga, seperti piknik, perjalanan, dan makan malam bersama. Setiap hari, mereka mengisi rumah dengan tawa, keceriaan, dan kebersamaan yang erat.Dalam kehidupan sehari-hari, Farez mempe
Tiga bulan telah berlalu sejak Yumna dan Farez mengumumkan rencana pernikahan mereka. Pada hari yang ditunggu-tunggu, keluarga dan kerabat dekat berkumpul di tempat pernikahan yang indah. Suasana penuh kebahagiaan dan haru terasa di udara, menggambarkan awal dari ikatan baru yang akan terjalin.Di tengah hening, Farez berjalan dengan tegap menuju altar, disambut dengan senyuman hangat dari keluarga dan teman-teman yang hadir. Setelah itu, tiba giliran Yumna yang menyusul, berjalan dengan anggun memakai gaun pernikahan yang memancarkan kecantikan dan kebahagiaan.Pada momen sakral itu, dua hati yang telah mengalami perjalanan panjang dan penuh liku ini bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Upacara dipenuhi dengan doa, janji, dan harapan untuk masa depan yang penuh cinta dan kebahagiaan.Setelah penandatanganan saksi-saksi pernikahan, pasangan itu keluar dari pelaminan dengan senyuman bahagia yang tak terhingga. Mereka saling memandang dengan penuh kasih sayang, merasakan kehangatan dar
Yumna duduk bersama Aurora di ruang keluarga, senyuman bahagia terpancar di wajahnya. Dia menggenggam tangan Aurora dengan lembut dan berkata, "Aurora, mama punya kabar baik untukmu. Aku dan ayahmu, Farez, telah memutuskan untuk menikah."Aurora melihat ibunya dengan tatapan penuh kegembiraan dan kegugupan. "Benarkah, Bu? Ayah dan Bu akan menjadi suami istri?"Yumna tersenyum lembut, mengangguk, dan menjawab, "Ya, sayang. Kami berdua sangat mencintai satu sama lain dan ingin membentuk keluarga yang bahagia bersama. Ayahmu juga sangat senang dan mendukung keputusan ini."Aurora merasa takjub dan berseri-seri. "Aku sangat bahagia, Bu! Aku senang memiliki ayah dan sekarang akan memiliki ibu baru juga. Aku tidak sabar menikmati momen-momen indah bersama keluarga kita."Yumna mengelus kepala Aurora dengan lembut. "Kamu adalah anugerah besar dalam hidup kami, Aurora. Kami berdua akan selalu ada untukmu, mendukungmu, dan mencintaimu dengan sepenuh hati. Ini adalah awal dari babak baru dalam
Dalam suasana yang tegang, Farez memutuskan untuk mengumpulkan kedua orang tuanya dan kedua orang tua Diana untuk membicarakan keputusannya untuk menikah kembali dengan Yumna sebagai istrinya yang kedua. Farez, dengan hati yang penuh harap, berusaha menjelaskan alasan di balik keputusannya dengan tulus dan jujur."Ayah, Ibu, Mama, Papa, terima kasih telah bersedia hadir di sini hari ini. Saya ingin berbicara dengan jujur dan terbuka tentang keputusan yang saya ambil. Saya ingin memulai babak baru dalam hidup saya dengan Yumna sebagai istrinya yang kedua," ucap Farez dengan penuh kerendahan hati.Tentu saja, kehadiran mereka di ruangan tersebut dipenuhi dengan kejutan dan kebingungan. Wajah-wajah mereka mencerminkan campuran perasaan antara kebingungan, kekhawatiran, dan keinginan untuk memahami situasi tersebut."Namun, saya juga ingin menyampaikan bahwa saya menghormati pandangan dan perasaan semua orang yang hadir di sini. Khususnya, saya membutuhkan restu dari Diana, mantan istri s
Farez duduk di samping Yumna yang masih dalam keadaan lemah di rumah sakit. Ia ingin meyakinkan Yumna bahwa semuanya akan baik-baik saja, meskipun mereka telah mengalami cobaan yang begitu berat."Farez, aku takut. Aku takut semuanya tidak akan pernah kembali seperti semula," desis Yumna dengan suara serak.Farez memegang tangan Yumna dengan lembut dan mengucapkan kata-kata dengan penuh keyakinan, "Yumna, aku tahu kita telah melewati banyak hal yang sulit bersama. Tapi aku yakin kita bisa menghadapinya. Kita telah mengalahkan rintangan-rintangan sebelumnya, dan kita akan mengalahkan juga yang satu ini. Kita memiliki kekuatan dan cinta yang tidak tergoyahkan."Yumna menatap Farez dengan mata penuh keraguan dan rasa takut. Namun, ia bisa merasakan kehangatan dalam kata-kata Farez. Ada ketenangan dan keyakinan yang tersirat di dalamnya.Farez melanjutkan, "Kita akan bangkit dari semua ini, Yumna. Kita akan saling mendukung dan menjaga satu sama lain. Kami akan memulihkan segalanya, langk
Farez memasuki kantor polisi dengan perasaan campur aduk. Matanya masih memancarkan kecemasan dan raut wajahnya penuh ketegangan. Petugas di meja penerimaan segera menghampirinya."Selamat datang, Bapak Farez. Apa yang bisa kami bantu?""Saya ingin mengetahui perkembangan penyelidikan tentang kecelakaan yang menimpa istri saya, Nyonya Yumna. Bagaimana keadaannya?""Maafkan saya, Bapak Farez, saya tidak memiliki informasi terbaru tentang kondisi Nyonya Yumna. Namun, kami telah mengidentifikasi mobil yang menabraknya dan sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut.""Apakah Anda bisa memberikan informasi tentang pemilik mobil itu? Saya ingin tahu siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini.""Kami telah menghubungi pemilik mobil dan sedang menjadwalkan pemeriksaan. Namun, saya tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut saat ini. Proses penyelidikan masih berlangsung.""Saya memahami. Tapi, tolong pastikan bahwa penyelidikan ini dilakukan dengan cermat dan tuntas. Saya ingin keadi
Dalam keadaan yang semakin genting, Farez dengan hati berdebar-debar mendekati Yumna yang berada di sudut ruangan. Namun, saat Yumna melihat wajah Farez yang datang mendekat, dia merasakan rasa takut yang begitu besar hingga refleksnya langsung bereaksi. Yumna panik dan berusaha kabur dari rumah, meninggalkan Farez yang terkejut dan bingung."Apa yang terjadi?" gumam Farez dengan kebingungan, sebelum menyadari bahwa Yumna sedang dalam keadaan yang tidak stabil. Tanpa ragu, Farez segera mengejar Yumna yang berlari keluar rumah dengan kecepatan penuh. Dalam pelariannya, Yumna dikejar oleh bayangan-bayangan masa lalunya yang terus menghantuinya.Sementara itu, Aurora menangis sambil memeluk boneka kesayangannya. Dia merasa takut dan bingung dengan kejadian yang sedang terjadi di sekelilingnya. Tangisnya memenuhi ruangan, mencerminkan kecemasan yang dirasakannya.Farez, dengan kekuatan dan tekad yang penuh, terus mengejar Yumna, berharap dapat meraihnya dan membawanya kembali ke tempat ya
Maya merasa bingung dan khawatir melihat kondisi Yumna yang semakin memburuk. Ia tahu bahwa harus ada tindakan yang diambil untuk membantu Yumna. Maya mengambil ponsel Yumna yang tergeletak di meja, lalu mencari nomor telepon Farez. Dalam hati, Maya berharap Farez akan mendengarkannya dan memberikan perhatian yang dibutuhkan.Setelah menekan tombol panggil, suara dering ponsel terdengar di seberang sana. Akhirnya, seseorang menjawab panggilan tersebut. "Halo?" suara Farez terdengar dari seberang sambungan."Farez, ini Maya," ucap Maya dengan suara serius. "Aku perlu bicara denganmu tentang Yumna."Farez terdiam sejenak, kemudian menjawab, "Maya? Ada apa dengan Yumna?"Maya menarik napas dalam-dalam sebelum menjelaskan situasi yang dialami Yumna. Ia bercerita tentang bagaimana Yumna terjebak dalam keadaan yang mengkhawatirkan, kehilangan kendali diri, dan terus-menerus mengalami serangan kepanikan."Farez, aku tak tahu apa yang terjadi pada Yumna. Tapi kondisinya semakin memburuk dan d
Yumna duduk termenung di tepi tempat tidurnya, jantungnya berdegup kencang. Ketakutannya semakin memuncak, seolah ada sesuatu yang menghantui dirinya tanpa henti. Suara-suara aneh dan bayangan yang melintas di sudut matanya membuatnya merasa tak berdaya."Tidak bisa, aku tidak bisa mengendalikan diriku," gumam Yumna dengan suara gemetar. Ia merasa seperti ada kekuatan tak kasat mata yang menguasai dirinya, menggerakkan tubuhnya tanpa izin. Ia merasa seperti dihantui oleh makhluk yang tidak bisa ia lihat dengan mata telanjangnya.Keringat dingin mengalir di dahinya saat kepanikan semakin merayap dalam dirinya. Ia mencoba mengendalikan diri, tapi serasa semakin sulit untuk melawan pengaruh yang menghantui pikirannya. Ia merasa dirinya tidak lagi memiliki kendali atas tubuh dan pikirannya sendiri."Mohon, berhentilah menghantui aku," desah Yumna dengan nada putus asa. Air mata mengalir di pipinya, mencerminkan ketakutannya yang mendalam. Ia merasa terjebak dalam kegelapan yang menguasai