"Hubungan kita tidak cocok untuk terus dilanjutkan lagi."Kalau tidak bisa mendapatkan keuntungan dari hubungan ini, untuk apa Callista melanjutkannya lagi.Meskipun Jason membuat Callista ketagihan, pria ini sudah mengungkapkan kalau dia tidak peduli akan hal ini, bahkan di depan orang lain juga tidak peduli.Dia adalah tuan kedua Keluarga Davis yang terkenal. Meskipun hal itu terjadi, juga tidak ada yang berani membantahnya.Akan tetapi, Callista tidak bisa seperti Jason.Dia selalu hidup dengan hati-hati, mungkin satu hal yang salah bisa membuatnya terjerumus dalam bahaya.Sekarang sudah ada kesempatan, jadi sebaiknya secepatnya memutuskan hubungan dengan Jason.Setelah mendengar permintaan Callista, Jason mengerutkan alisnya. "Kamu tidak ingin bersamaku?"Callista takut membuat Jason marah, jadi dia hanya bisa berkata, "Bagaimanapun juga, aku adalah calon istri Edbert, jadi tidak baik kalau kita berhubungan seperti ini."Jason merasa tidak senang, jadi dia tidak tertarik melakukan
Callista yang seharusnya kabur sambil menangis, tetapi dia malah menggantungkan mantelnya di tiang gantungan, lalu pergi ke dapur untuk mencuci buah dan duduk di hadapan mereka berdua.Stroberi dimasukkan ke dalam mulut, Callista sambil makan sambil melihat.Kedua orang yang sedang bermesraan pun merasa tidak nyaman dengan tindakan Callista.Edbert tidak tahan lagi, jadi dia memarahi Callista, "Untuk apa kamu duduk diam di sana?!"Callista menelan stroberinya, lalu menjawab, "Kamu membawa Jessica kembali, bukankah untuk ditunjukkan padaku?"Dia mengambil satu stroberi lagi dan memakannya. "Aku sedang melihat."Edbert tercengang.Apa yang dikatakan Callista benar, dia memang membawa Jessica pulang untuk ditunjukkan pada Callista.Dalam ekspektasinya, Callista akan merasa malu, tidak senang, bahkan marah.Callista mau menunjukkan emosi apa pun, menurut Edbert sangat baik, tetapi Callista tidak seharusnya menunjukkan ekspresi menonton drama.Melihat tatapan Callista seperti ingin melihat
Setelah menutup telepon, Jessica tertawa terbahak-bahak.Ternyata punya Peter.Kalau begitu, itu semua bisa dijelaskan.Tak heran Tuan Jason tahu Callista, pasti Peter yang mengungkitnya.Bisa-bisanya dia mencurigai Callista punya hubungan dengan Tuan Jason, benar-benar lucu sekali.Bahkan Edbert saja tidak suka pada Callista, jadi mana mungkin Tuan Jason bisa menyukainya.Mengenai Peter, dia memang ada latar belakang yang cukup baik.Dua puluh tahun yang lalu, Keluarga Wijaya adalah tokoh terkenal di dunia politik dan banyak orang yang menyanjungnya.Hingga terjadi perubahan besar, semuanya tiba-tiba berubah.Hanya saja jarang yang tahu kalau Peter adalah orang dari Keluarga Wijaya. Sekarang di mata Jessica, Peter hanya salah satu anak buah Jason saja.Bisa dibilang seorang preman saja.Jadi kalau ada hubungan selingkuh dengannya, hanya akan membuat diri sendiri malu.Makin dipikir, Jessica makin merasa Callista itu konyol. Edbert tidak suka padanya, dia malah memilih jalan yang sanga
Miriam menunjuk garis merah yang tidak mencolok di ujung jarinya, lalu berkata dengan marah, "Apa yang terjadi?!"Setelah dipukul, ahli manikur tidak hanya tidak berani mengatakan kata "tidak", juga sangat takut sampai gemetar."Ma … maaf nona, tadi aku tidak sengaja menggoresnya ketika mengasa kukunya, a … aku akan mengoleskan krim tangan pada tanganmu .…""Jangan sentuh aku! Pergi sana!""Baik, baik, baik, aku akan segera pergi!"Alih manikur itu pergi dengan gaya merangkak, takut dirinya akan mati kalau terlambat.Setelah kejadian ini, suasana hati Miriam yang baik pun hilang.Ketika menghadapi permintaan Wendry, ekspresinya menjadi masam. "Tangan mana yang menyentuh Tuan Jason, tangan itulah yang dipotong!"Di ruang bawah tanah.Setelah Wendry melampiaskan hasrat terakhir pada wanita itu, dia pun berdiri sembari berkata, "Kamu sudah boleh pergi."Beberapa hari ini wanita itu sudah disiksa hingga kehilangan kesadaran, setelah merespons sejenak, dia baru mengerti ucapan Wendry.Awaln
Seketika itu juga, jantung Callista berdegup kencang, keringat dingin menetes tipis di punggungnya.Nada bicara Wendry tidak seperti beberapa hari sebelumnya, saat dia mencoba mencari tahu. Kali ini, suaranya penuh dengan keyakinan dan membuat Callista merasa ada sesuatu yang tidak beres.Callista berusaha untuk tetap tenang. “Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan,” ujar Callista.“Tunanganku masih menunggu di luar. Aku pergi dulu,” lanjut Callista.Wendry tentu saja tidak akan membiarkan Callista kabur begitu saja. Dia menghentikan langkah Callista.“Berbicara tentang Tuan Edbert, kami sempat mengobrol sebentar. Dia bahkan memberitahuku sesuatu.”Dari tatapan Wendry, terlihat dia sedang merencanakan sesuatu yang menjengkelkan. “Nona Callista memang sering sakit sejak kecil, tapi siapa sangka setelah sakit berat setengah tahun lalu, tubuhmu tiba-tiba menjadi sehat. Baru-baru ini, penyakit tuanku juga kambuh kembali. Aku juga ingin merekomendasi dokter yang begitu hebat padanya.”Calli
Hari ini, seperti biasanya, Miriam tampil mencolok. Pola bunga retro yang dirajut dengan tangan menyelimuti pinggangnya dengan indah dan roknya yang besar memberikan nuansa gaya Eropa yang kental.Meskipun gaya Miriam begitu mencolok, aura pria yang berada di sampingnya itu tidak memudar.Jas pria dengan kain premium, membungkus garis otot yang superior, mengungkapkan kekuatan liar yang dimilikinya, serta memancarkan hormon maskulin yang sulit diabaikan.Miriam yang biasanya angkuh, tiba-tiba terlihat lemah lembut dan ramah saat berada di samping Jason.Callista tahu bahwa dia akan sering bertemu dengan Jason, tetapi dia tidak pernah mengira kalau ini akan terjadi begitu tiba-tiba.Saat mata mereka bertemu, pandangan Jason jatuh pada tangan Callista yang melilit lengan Edbert.Tangannya yang halus dan putih meluncur keluar dari ujung lengan baju berwarna hijau muda, warna kulitnya terlihat begitu pucat.Terakhir kali mereka bertemu, kedua tangan itu masih merangkul di pundak Jason, den
Callista yang kebingungan pun kembali tenang, suaranya terdengar sangat gembira, sunguh berbeda dari sebelumnya."Kamu belum pergi!"Jason memalingkan pandangannya ke wajah Callista yang terlihat sangat bahagia, kemudian perlahan-lahan tersenyum, "Kenapa? Kamu rindu padaku?""Ah, mana mungkin. Kamu sendiri yang mengatakan kalau kita tidak pantas melanjutkan hubungan kita."Mendengar ucapan Jason ini, membuat Callista tidak dapat melontarkan kata-kata dari mulutnya.Callista pun berkata dengan malu-malu, "Maafkan aku, Tuan Jason. Sebelumnya, aku yang tidak tahu diuntung."Jason mengeluarkan sebatang rokok dari kotak dan menaruh rokok itu di mulut, "Jadi sekarang kamu sudah mengerti?"Callista melangkah maju dan mengambil pemantik api dari tangan Jason. Callista berjalan sampai satu anak tangga lebih rendah dari posisi Jason berdiri dan langsung menyalakan rokok Jason.Postur tubuh Callista sangat jelas sedang merayu Jason. Tatapan mata Callista juga terlihat penuh perasaan."Sebelumnya,
"Aku sudah menyuruh orang secara khusus menyiapkan anggur ini. Kalau Nona Lusianti tidak meminumnya, bukankah artinya kamu sedang mempermalukan Miriam Lopez?"Lusianti melihat anggur yang ada di nampan. Belum diambil saja, Lusianti sudah bisa mencium bau alkohol yang sangat menyengat.Lusianti sudah meminum tiga gelas anggur, alkohol yang terkandung dalam tiap gelasnya semakin lama semakin banyak.Beberapa gelas anggur itu bagaikan sedang membakar perut Lusianti. Dengan segenap tenaga, Lusianti terus menahan agar tidak memuntahkan semuanya.Miriam malah ingin Lusianti minum lebih banyak lagi.Pelayan pun mendekatkan gelas anggur ke arah Lusianti. Lusianti tidak dapat menghindarinya.Lusianti memandang Miriam dan berkata, "Nona Miriam, aku benar-benar tidak bisa minum lagi."Wajah Lusianti memerah karena mabuk. Melihat tubuh Lusianti yang lemah lembut itu membuat Miriam sangat marah.Apakah mungkin dia berpenampilan seperti ini saat merayu Tuan Jason?Karena sudah diabaikan oleh Jason,
Kebetulan, sekarang jam sibuk saat orang mulai pulang kerja, beberapa ruas jalan macet sehingga orang yang ada di jalan terihat panik.Callista terus saja melihat ponselnya, takut Jason akan berpikir dia akan berniat kabur lagi, lalu Callista mengambil ponselnya dan bersiap untuk menelepon Jason.Ponselnya tidak mengeluarkan suara, ini membuatnya semakin panik.Keadaan ini, membuatnya sangat takut saat memasuki Paviliun Marlion.Melewati taman kecil dan melihat lampu yang telah menyala di ruang tamu.Callista menelan ludah, dia memperlambat langkah kakinya dan diam-diam masuk ke dalam. Jason yang duduk di atas sofa, mengangkat kakinya di meja dan memainkan ponsel yang ada di tangannya, tetapi dia tidak mendongak kepalanya untuk melihat Callista."Sudah datang."Callista menggigit bibirnya, "Jalanan macet, aku ....""Omong kosong ini tidak perlu dibicarakan lagi."Jason melempar ponselnya, lalu menolehkan pandangannya ke Callista yang perasaannya sekarang tidak tenang, lalu dia menunju
Callista bernapas dengan tersengal-sengal, "Uang itu, memang sudah ditransfer ke luar negeri, tapi bukan seperti yang kamu pikirkan, aku akan membeli sesuatu dengan uang itu.""Oh?"Jason sangat senang menikmati kegelisahan yang dirasakan Callista saat ini, lalu dia berkata, "Barang apa yang membuatmu sampai menghabiskan banyak waktu dan tenaga?""Meski aku mengatakannya, Tuan Jason pasti tidak akan percaya, bagaimana kalau kita langsung pergi lihat saja?" Callista dengan tulus mendiskusikan dengan Jason.Jason tidak mengatakan ya atau tidak. Dia hanya mengamati gerak gerik Callista.Reaksi Callista membuat Jason merasa sangat aneh.Dalam pemikiran Jason, Callista mungkin akan mengodanya, bahkan berpura-pura terlihat kasihan.Satu-satunya yang tidak terpikirkan oleh Jason, sikap Callista tetap tenang, dia bisa memberikan jawaban yang masuk akal.Callista bahkan tidak menunda, melainkan ingin membawanya, "Melihat secara langsung dengan mata kepalanya sendiri."Semua ini membuat Jason m
Kalau Jason bisa bersikap patuh, itu baru aneh namanya. Jason dengan tangan yang panas meraba kulit Callista yang lembut."Kenapa dengan kondisi kita sekarang?"Callista mendongakkan matanya ke arah rumah sakit dermatologi, "Bukankah kamu mengatakan takut orang akan salah paham padaku, kalau aku pergi ke spesialis dermatologi? Sekalian saja, aku buktikan pada mereka."Mendengar kata itu, Callista merasa kata yang diucapkan sebelumnya seperti senjata makan tuan, tidak lama kemudian wajahnya menjadi muram.Kenapa Callista bisa lupa, selama ini Jason tidak pernah mau dirugikan.Memikirkan kapan saja Julia akan kembali ke mobil, Callista hanya bisa menenangkan Jason dahulu baru membuat rencana selanjutnya.Callista merangkul pergelangan tangan Jason dengan kedua tangannya dan berkata, "Tuan Jason sangat perkasa ... apa perlu dibuktikan lagi? Callista yang di depannya sesekali melirik ke pintu masuk rumah sakit, sambil menyenangkan hati Jason.Ujung jari Callista menggosok pergelangan tang
Terlihat satu persimpangan jalan lagi, mereka akan sampai di tujuan.Mobil yang mengikuti dari belakang makin mendekat.Saat Callista merasa segalanya akan berakhir di sini, tiba-tiba dia terpaku pada layar navigasi yang bertuliskan nama rumah sakit.Seketika itu juga, Callista tidak memedulikan Julia melihat atau tidak. Callista hanya bisa memanfaatkan lampu merah yang sedang menyala untuk mengetik kalimat di pesan teks.Saat lampu hijau menyala, Callista melajukan mobilnya sambil melihat ke belakang dengan kaca spion.Sesampainya Callista di persimpangan jalan, mobil yang sebelumnya mengikutinya, malah membelok ke samping area parkir supermarket yang ada di dekat sana.Callista merasa lega, kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Pada saat yang sama, Jason mengetuk layar ponsel dengan tangan besarnya, membaca sms dengan serius.[Kita akan pergi ke rumah sakit spesialis dermatologi, kalau ada orang melihat mobil Tuan Jason ada di sana, bukankah nanti akan merusak citramu?]
"Ini ...."Callista tampak malu dan menutup mulutnya, lalu berbisik, "Sebenarnya, kami tidak punya anak, karena Edbert yang kurang mampu." "Apa!" pekik Julia."Bagaimana mungkin!" serunya tidak percaya.Julia tampak marah, "Omong kosong apa yang kamu bicarakan!"Callista tidak berdaya dan berkata, "Bu, Anda yang meminta saya untuk mengatakannya." Melihat wajah serius Callista, ekspresi Julia berubah menjadi khawatir.Sebagai seorang wanita, Julia tahu apa arti masalah ini.Julia paling memperhatikan muka, putranya memiliki masalah seperti itu, ini lebih buruk daripada membunuhnya.Gaya angkuhnya tidak ada lagi, ketika Julia berbicara lagi, kesombongannya sedikit berkurang, "Apa yang kamu katakan itu benar?"Callista menjawab dengan serius, "Bu, bagaimana saya bisa bercanda tentang hal semacam ini?" Setelah berbicara, Callista menambahkan dengan lemah, "Tapi hal semacam ini melukai harga diri pria, tolong jangan menyebutkannya di depan Edbert. Kalau itu adalah masalah psikologis, sal
Sunsity.Begitu Peter memasuki ruangan itu di pagi hari, Rudy menyapanya dengan suara yang nyaring."Kak Peter, pagi!"Peter hampir mati ketakutan, raut wajahnya begitu garang. Dia mengedipkan mata dan mengisyaratkannya untuk diam. "Ssst!"Rudy tampak bingung, "Kamu ingin buang air kecil?"Peter hampir pingsan dan memberi isyarat agar Rudy bergegas pergi.Alasan kenapa dia sangat gugup, terutama karena setelah empat hari berturut-turut, Tuan Jason memintanya untuk memeriksa masalah ini tetap tidak ada petunjuk.Ini yang menyebabkan Peter sangat ingin bersembunyi, ketika dia melihat Jason akhir-akhir ini.Tepat ketika, Peter akan menyelinap keluar seperti beberapa hari yang lalu, sebuah kalimat melayang keluar dari pintu yang terbuka di samping, "Peter, ke sini!"Peter memukul keningnya. Hari telah tiba!Memasuki ruangan, Peter menundukkan kepalanya dan tidak berani mengangkatnya, dengan tergagap menyapa, "Kak Jason!" Jason meliriknya dan kemudian melihat kembali ke ponselnya."Kamu si
"Apa artinya tidak ada foto?"Raungan terdengar dari sebuah vila kecil di Kota Sakata."Bukankah kemarin kamu telah mengatakan berhasil melacak pelacur itu? Bagaimana bisa tidak ada fotonya?"Jessica berbicara dengan suara serak pada ponselnya.Suara samar seorang detektif swasta datang dari pengeras suara, "Hmm, setelahnya kami kehilangan titik keberadaannya, jadi tidak bisa mengambil fotonya," kata detektif itu berusaha menjelaskan. "Baru-baru ini, kami memiliki terlalu banyak menerima tawaran juga. Jadi tidak ada waktu untuk melakukan ini lagi, Anda bisa mencari tempat lain saja.""Toot toot!" suara telepon dimatikan."Hei? Hei!" teriak Jessica.Melihat orang itu benar-benar menutup teleponnya, Jessica hampir menjadi gila.Sejak Jessica diusir dari Keluarga Davis, dia telah berubah dari status setengah putri di Keluarga Davis menjadi seorang gadis yatim piatu yang bukan apa-apa.Jessica merasa telah menjadi bahan tertawaan kalangan kelas atas di Kota Sakata.Bahkan Edbert, yang sela
"Tak kusangka, Callista, kamu masih memiliki hubungan dengan Keluarga Lopez."Suzy mengambil sepotong kecil makanan penutup dan memandang Callista yang berada di sisi berlawanan sambil tersenyum.Callista berhenti mengunyah dan dia menyesap es buah untuk menekan rasa manis di mulutnya."Kak Suzy memang pandai bercanda, Keluarga Lopez jauh di Kota Guno. Mana mungkin, aku akan ada hubungannya dengan Keluarga Lopez," ucap Callista."Benar juga," ucap Suzy.Suzy melihat ekspresi Callista seperti biasa, dia beralih berbicara dari sisi lainnya."Sepertinya, Wendry telah melakukan sesuatu yang tidak pantas, jadi membuatmu harus mengeluarkan uang untuk menyumpalnya," ujar Suzy penasaran.Karena Callista telah membiarkan Suzy bertindak, keberadaan uang itu tentu saja tidak dapat disembunyikan darinya.Callista memilih alasan yang masuk akal, "Keluarga Garcia bekerja sama dengan Gedung NYC milik Kak Christian. Kebetulan, Wendry melihatku keluar masuk sana sebelumnya, kalau sampai hal ini menyeba
Mendengar ini, Callista tertegun sejenak.Beberapa kata ingin diucapkan, tetapi tanpa status, semuanya kembali ditahan olehnya.Callista sambil tersenyum ringan berujar, "Baiklah, Tuan Jason. Berhati-hati di jalan, ya." Melihat wajah Callista terlihat seperti biasa, Jason berseloroh langsung, "Ya, nanti ingat kirim sms, kalau tubuhmu sudah mulai nyaman." Kalimat yang terdengar bercanda, malah seperti baskom berisi air dingin yang turun menyirami Callista.Kata-kata ini secara terbuka memberi tahu inti dari hubungan mereka, hanyalah sebatas untuk memuaskan nafsu semata dan bukan atas dasar cinta.Callista menelan emosi di tenggorokannya, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Baik, aku juga berharap Tuan Jason bersenang-senang malam ini." "..."Kekuatan yang menekan sudut bibir Callista sepertinya berbobot seribu kilogram. Semuanya runtuh, begitu pintu kamar itu tertutup.Semangkuk sup di atas meja yang sebelumnya, dia merasa sangat nikmat. Kini, terasa dingin dan kental, juga terlihat s