Setelah seharian penuh drama masa lalu menghantui, Rama dan Doni akhirnya pulang dengan wajah lelahnya. Naya dan Bella yang menyambut kedatangan mereka di depan pintu saling pandang, wajah mereka berdua sangat lelah dan beda dari biasanya. Apakah pekerjaan hari ini sangat menguras tenaga batin Bella.
"Mas...." Sambut Bella dengan senyum terkembang ketika Rama mengulurkan tangan kanannya.
"Assalamu'alaikum." Salam keduanya yang dijawab oleh Bella dan Naya bersamaan.
"Mas capek banget ya?" Rama mengangguk lalu menoleh sekilas pada putrinya yang meraih tangannya.
"Rama abis ngamuk Bel." Bisik Doni ketika Rama mengusap puncak kepala putrinya.
"Oh pantesan." Sahut Bella lirih lalu menggenggam tangan Rama yang akan memasuki rumah.
"Om..." Panggil Naya yang membuat Doni menoleh.
"Kenapa Yang?" Tanya Doni yang melihat wajah bingung Naya.
"Papa kenapa?" Tanya Naya yang membuat Doni tersenyum karena Naya selalu peka dengan mood Rama.
Naya menatap heran papanya yang keluar dari kamar Doni seorang diri, sepertinya Rama gagal membawa Doni untuk bergabung dengan mereka, batin Naya. Alisnya menukik ketika Rama menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. Tak biasanya Rama menatap Naya seperti itu, sehingga Naya dibuat kebingungan. “Ada apa Pa?” Tanya Naya ketika tatapan Rama makin sendu.“Om Doni tiba-tiba mau ke Bandung besok. Kamu tau kenapa Om Doni tiba-tiba mau ke Bandung Kak?” Tubuh Naya seketika menegang mendengar itu, sore tadi memang mereka sedang memperdebatkan perihal Fika—sekretaris Bu Ajeng pada zaman dahulu kala.“Enggak tau Pa, emang Papa gak nanya kenapa Om Doni mau ke Bandung tiba-tiba?” Tanya Naya mencoba untuk terlihat biasa saja agar tak menimbulkan kecurigaan Rama.“Papa udah nanya, cuma katanya emang mau ke sana aja. Soalnya tadi Om Doni abis ngamuk di kantor. Mungkin dia butuh penenang, dia kan suka suasana Bandung yang
"Iya heran lah Om, Om kan biasanya gak pernah naik pesawat kalau lagi pergi." Ucap Naya sewot. "Pernah tuh, kalau ke luar kota kan selalu naik pesawat." Kilah Doni. "Iya tapi kan yang jauh Om!" Sentak Naya yang tak mau kalah. "Bandung luar kota bukan?" Tanya Doni. "Iya luar kota lah." "Nah itu tau kan kalau Bandung luar kota, yang namanya luar kota mah udah pasti jauh kan? Terus masalahnya dimana?" Naya mendengkus kesal lalu ingin beranjak dari ranjang Doni namun dicekal oleh Doni. "Mau kemana?" Tanya Doni dengan tangan masih mencekal tangan Naya. "Mau bobok, udah malem. Om kan juga mau istirahat besok ke luar kota." Ucap Naya tak santai. "Kamu marah?" Tanya Doni ketika menyadari wajah Naya berubah merah padam karena marah. "Enggak!" Naya mencoba melepas cekalan Doni. "Kamu marah?" Tanya Doni lagi sampai Naya mau mengakui kemarahannya. "Enggak Om." Kilah Naya yang berhasil membuat Doni menutup la
“Roman-romannya bahagia banget ini Nay?” Tanya Risma ketika mereka akan memasuki kelas.“Gak tuh, b aja.” Jawab Naya yang membuat Risma menoleh cepat.“B aja? Kok cengar-cengir gue perhatiin.”“Besok gue mau ke Bandung, lu mau ikut gak?” Mata Risma seketika berbinar mendengar kota Bandung di ucapkan oleh Naya.“Seriusan ke Bandung Nay?” Naya mengangguk membenarkan pertanyaan Risma. “Emang ikut boleh sama Om Rama?” Naya hanya meresponnya dengan anggukan kepala.“Bolehlah, ayo nanti kita sekamar di hotelnya.” Risma langsung mengangguk antusias.“Asik ke Bandung sebelum ujian. Coba nanti gue tanya Papah sama Mamah dulu ya Nay. Takutnya gak dibolehin.” Naya mengangguk karena memang mendapatkan izin dari Yuni dan Diki susah-susah gampang.“Iya nanti gue temenin sama Om Doni juga bilangnya.”“Emang nanti di jemput Om Doni pulangnya?” Naya mengangguk, “pantesan berangkat di anterin sama Pak Man. Ada maksudnya toh.” Naya terbahak mendengar gerutuan Risma.---Rama dan Doni sudah berada di kan
“Ngapain lu bilang? Setiap orang bukannya punya hak masing-masing? Terus kenapa sekarang lu jadi heboh?” Tanya Doni sewot. “Masalahnya gue kadung janji sama Pak Ryan buat ngenalin lu ke anaknya.” Ungkap Rama jujur agar Doni mengerti maksudnya. “Salah sendiri kenapa gak konfirmasi gue dulu, gue udah pacar apa belum. Lu aja sono kenalan sama anaknya Pak Ryan. Barangkali kalian cocok.” Sarkas Doni sambil menatap tajam Rama yang mulai salah tingkah karena merasa bersalah dengan Doni. “Abisnya lu gue liat-liat gak ada pergerakan sama sekali. Ya gue inisiatif sendiri lah sebagai orang terdekat lu.” Kilah Rama yang membuat Doni menaikkan sebelah alisnya. “Terserah, susah emang kalau ngomong sama orang yang gak mau mengakui kesalahannya mah. Berasa bener aja udah semua yang dia lakuin. Angel, angel.” Ucap Doni dengan menirukan logat jawa Anita—ibu Bella. “Lu-nya aja yang gak berterimakasih jadi orang.” “Apa? Terimakasih lu bilang? Gue gak sala
Doni benar-benar menepati janjinya pada Naya, yaitu mengantarkannya ke toko buku agar bisa mengerjakan tugasnya nanti. Setelahnya Doni mengajak mereka untuk makan siang lebih dulu sebelum kembali melakukan aktifitasnya di kantor. Rama sebenarnya tidak mempermasalahkan Doni jika tak kembali ke kantor, karena Rama tahu kemana arah tujuan Doni, menjemput putri kecilnya yang kini mulai beranjak dewasa."Agak telat ya Ram." Ucap Doni ketika menghubungi Rama setelah menyelesaikan makan siangnya."Iya santai aja, yang penting anak-anak gak rewel." Ucap Rama yang memang merasa ketidak pergian Doni hari ini adalah hasil kerja keras Naya yang merayu Doni."Bentar ini masih pada makan, abis ini gue balik ke kantor." Rama mengiyakan ucapan Doni setelahnya panggilan berakhir.Naya dan Risma yang sudah selesai makan siang akhirnya diantar pulang oleh Doni. Naya sebenarnya tak rela jika Doni harus kembali ke kantor, namun dia juga harus segera mengerjakan tugas
TokTokTok"Kamu kenapa Kak?" Tanya Bella setelah mengetuk pintu kamar Naya. Naya dengan cepat menghapus air matanya ketika mendengar suara Bella dan ketukan pada pintu kamarnya. "Kak.... Kakak...." Panggil Bella lagi ketika tidak mendapat sahutan dari dalam."Iya Ma." Naya mencoba menetralkan napasnya dan memasang senyum manisnya ketika akan membuka pintu kamar."Kok lama banget sih?" Bella memindai Naya dari atas hingga kebawah. Tampilannya masih sama, hanya terlihat berbeda ketika menatap wajah sendu Naya yang ditutupi oleh senyumnya. Wajah Naya terlihat sembab dan memerah karena menangis. Bella membingkai wajah Naya lalu memeluknya. "Ada apa Kak?" Tanya Bella setelah mereka berpelukan agak lama."Aku gak apa-apa Ma. Mama ada apa ke sini?" Bella menguraikan pelukannya lalu menggelengkan kepalanya."Jangan bohongi Mama, kamu gak pinter bohong Kak. Ada apa?" Bella kembali menatap intens pada netra Naya."Mama sore-sore ada ap
Doni tampak memutar otak untuk memberi penjelasan pada Naya. Jika Naya sudah bersama Anita dan Dimas, maka bisa dipastikan semuanya tak akan baik-baik saja untuk Doni. Apalagi Dimas sudah mengatakan akan mengajak Naya pergi dan entah kemana arahnya, semakin membuat Doni sulit untuk menjelaskan tentang Sefa—anak dari Pak Ryan yang membuat huru-hara pada hari itu. Doni meraih ponselnya dan bersiap akan menuliskan pesan untuk Naya, namun setelah banyak pertimbangan Doni urungkan niatnya.Doni merasa lebih tepat sasaran jika dibicarakan langsung daripada melalui pesan, yang tak jarang malah menimbulkan permasalahan baru. Bukannya meredakan masalah, terkadang pesan yang dikirimkan malah bisa membuat masalah baru muncul karena membacanya dengan emosi. Doni merebahkan diri sejenak karena memang tubuhnya sangat lelah setelah seharian bekerja, rencananya yang akan ke Bandung-pun sudah tak dipikirkannya karena sibuk memikirkan untuk menjelaskan perkara anak Pak Ryan pada Na
“Mas, kamu malah di sini ngobrol sama Mas Doni. Aku dari tadi nungguin kamu biar bisa nego sama Ibu sama Ayah juga, malah asik sendiri. Itu Naya bagaimana besok~?” Tanya Bella dengan mendayu sekaligus gemas dengan suaminya yang sedari tadi ditunggunya tak kunjung tiba.“Ini Mas juga lagi usaha sayang, kamu mah sabar dulu kek. Sekarang Ayah sama Ibu udah pulang belum?” Rama menghampiri istrinya yang masih berdiri di ambang pintu kamar Doni.“Udah lah, orang nungguin kamu juga gak keluar-keluar.” Sungut Bella lalu menatap nanar ke arah Doni. “Mas Doni tolong bujuk Naya ya, dia kenapa sih Mas kok tiba-tiba mau pergi sama Ibu, Ayah, lama pula. Gak biasanya begini, Mas Doni tau gak kira-kira?” Bella berharap Doni menjawab ‘Iya Bel aku tau’ namun Doni hanya menjawabnya dengan gelengan kepala.“Keluar dulu yuk Yang, kita ke kamar Naya aja. Kita tanya langsung ke anaknya.” Ajak Rama yang langsung di