"Apa yang terjadi dengannya ?" tanya salah satu teman Alder saat masuk ke dalam ruangannya yang diikuti oleh temannya yang lain.
"Iya. Dia terlihat sangat marah," lanjut teman Alder yang lain
"Tidak usah dihiraukan. Hari sampai di sini dulu. Masih ada yang harus kulakukan," ucap Alder langsung beranjak keluar.
****
Alder meninggalkan klub itu langsung menuju ke apartemennya.
Apartemennya terletak di lantai 7.
Alder sengaja memilih lantai itu karena di lantai ini ada kolam renang tertutup.
Alder langsung mengganti pakaiannya dan masuk ke dalam kolam renang.
Dia langsung duduk di dalam kolam renang dengan lutut menempel di dadanya.
Dia menggamit erat kakinya dengan kedua tangannya.
Alder selalu melakukan hal itu saat dia merasa kesepian dan sedih
Alder teringat kilasan kenangan masa lalu.
Dia teringat saat ibu tirinya masuk ke dalam kamarnya dan mengajak ke sebuah bar.
Padahal usianya baru memasuki masa pubertas.
Ibu tirinya membuatnya menyaksikan hal yang belum siap diterimanya waktu itu.
Dia langsung muntah saat menyaksikan hal itu.
Ibu tirinya hanya tertawa melihat kondisinya.
Itu adalah sebagian dari sekian banyak perbuatan ibu tirinya padanya.
Hal ini membuat Alder tidak menyukai perempuan.
Alder bahkan tidak tertarik secara seksual terhadap perempuan.
Walaupun ayahnya tidak pernah menyerah menjodohkannya dengan anak kolega ayahnya.
Alder akhirnya kembali ke permukaan setelah cukup lama menahan nafas di air.
Alder kembali ke apartemen dan memilih untuk menyesap wine sambil menatap ke arah luar jendela yang menyuguhkan kelap-kelip lampu di malam hari.
*****
"Bagaimana tidurmu ?" tanya Sudra sambil menenteng sejumlah berkas yang harus diperiksa oleh Sal
"Sangat menenangkan," jawab Sal menuju ke ruangannya.
Sal mengecek berkas yang diberikan oleh Sudra.
Dia memperhatikan satu berkas yang mapnya berwarna biru.
Isinya mapnya adalah syarat kerjasama dengan perusahan Alder.
Sal menatap keluar jendela sambil memegang map biru itu.
Dia memutuskan mengambil hpnya dan menghubungi sebuah nomor.
"Selamat pagi," ucap Sal
"Pagi. Ini siapa ?" tanya laki-laki yang memiliki suara yang berat
"Saya putrinya Demian. Nama saya Salena," jawab Sal
"Ohh iya nak. Ada apa nak ?" tanya laki-laki dengan nada suara yang menjadi ramah
"Bisakah saya memanggil Anda dengan paman ?" tanya Sal
"Ohh Tentu saja," jawab laki-laki itu
"Begini paman soal kontrak kerjasama kita. Saya berniat membatalkannya," ucap Sal
"Memangnya kenapa ? Apakah ada masalah saat pertemuan dengan Alder ?" tanya Ayahnya Alder
"Bukan begitu paman. Saya sudah mempertimbangkannya kerjasama kedua perusahaan tidak memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kedua perusahaan," jawab Sal
"Apakah keputusan ini juga disetujui oleh ayahmu ?" tanya Ayahnya Alder
"Saya sudah ditunjuk untuk menjadi direktur oleh ayah saya sendiri. Jadi saya rasa keputusan apapun yang saya buat pada akhirnya ayah saya akan menyetujuinya," jawab Sal
"Baiklah. Paman menghormati keputusanmu. Tapi berikan paman kesempatan," bujuk Ayahnya Alder.
Ayahnya Alder langsung menutup telponnya.
Sal belum sempat memberikan jawabannya.
****
Ayahnya Alder langsung memanggil Alder untuk menemuinya di ruangannya.
Alder merasa ada yang salah saat melihat tatapan tajam ayahnya.
"Ada apa ?" tanya Alder langsung duduk di sofa
"Bagaimana soal pertemuanmu dengan putri Demian ?" tanya Ayahnya Alder
"Lancar. Ada apa memangnya ?" tanya Alder sedikit beringsut dari sofanya.
"Lalu kenapa dia mau membatalkan kerjasama ?" tanya Ayahnya Alder
"Dia mau membatalkan," jawab Alder
"Iya. Barusan dia menghubungi ayah dan dia terlihat sangat yakin dengan keputusannya," jawab Ayahnya Alder
"Aku akan menemuinya sekarang," putus Alder langsung bangkit dari sofanya
"Bagus. Aku harap kau memberikan kabar baik bagiku," jawab Ayahnya Alder
****
Alder langsung menghubungi Sudra.
"Halo," ucap Sudra
"Selamat pagi pak Sudra. Saya Alder Condrata," jawab Alder
"Ohh iya pak," ucap Sudra
"Saya mau bertemu dengan Ibu Salena. Apakah bisa pak ?" tanya Alder
"Nona Salena ada waktu sekitar pukul 09.00," jawab Sudra
"Baiklah. Saya akan menuju langsung ke kantornya. Terima kasih sekali lagi pak," ucap Alder
****
Sudra langsung menuju ke ruangan Sal untuk memberitahukan kedatangan Alder.
"Dia ke sini ?" tanya Sal heran
"Iya. Dia sebentar lagi datang," jawab Sudra
"Ahh ini pasti gara-gara telpon tadi pagi," batin Sal
"Jadi bagaimana ?" tanya Sudra lebih lanjut.
"Tidak apa-apa. Persilahkan saja dia masuk," jawab Sal
Alder membawa mobilnya untuk ke kantor Sal.
Alder memarkir mobilnya basement.
Alder langsung menuju ke kantor Sal.
Alder mengetuk pintu kantor Sal.
"Silahkan masuk," ucap Sal yang masih disibukkan dengan sejumlah berkas di atas mejanya.
"Apakah saya mengganggu Anda ?" tanya Alder
"Tidak. Tidak masalah. Silahkan duduk," jawab Sal sambil menunjuk sofa di depannya.
Alder duduk di sofa itu.
Sal meninggal meja kerjanya dan duduk berseberangan dari Alder.
"Ada apa sampai Anda datang di pagi hari ?" tanya Sal
"Ini mengenai kerjasama kedua perusahaan. Saya mendengar Anda membatalkannya," jawab Alder
"Anda pasti sudah mendapatkan kabar dari ayah Anda. Saya memang membatalkan kerjasama," ucap Sal
"Apa alasan Anda melakukan hal itu ?" tanya Alder
"Anda sebenarnya tau apa alasannya. Anda pernah berkata bahwa Anda tidak pernah bisa membedakan urusan pribadi dengan perusahaaan maka saya juga melakukan hal yang sama," jawab Sal
"Ahh karena itu. Anda takut saya akan memanfaatkan kontrak kerjasama kita untuk alasan pribadi," sindir Alder
"Saya tidak pernah takut," jawab Sal tersinggung
"Saya yang salah. Anda memang bukan penakut, Anda hanya tidak mau saya memanfaatkan perusahaan Anda untuk membuat Anda mengatakan kebenaran soal Dewa," ucap Alder blak-blakkan
"Sebaiknya Anda tutup mulut Anda," hardik Sal
"Saya hanya mengatakan kebenaran. Itu yang sebenarnya," ucap Alder
"Dan adalah hal yang benar juga jika cinta Anda sudah ditolak," balas Sal
"Cinta. Saya tidak mencintai Dewa jika itu yang Anda maksudkan. Hubungan kami hanyalah sebuah hasrat," ucap Alder
"Ahh bukankah itu seharusnya mudah untuk dilupakan dan berpindah ke yang lain lagi. Lalu apa masalah Anda ? Anda merasa dikhianati atau kesal karena dia memilih yang berbeda jenis ?" sindir Sal
"Kauu," ucap Alder berdiri sambil menunjuknya
"Sebaiknya Anda singkirkan tangan Anda. Andalah yang datang ke sini," jawab Salena
Alder kembali duduk di sofanya.
"Sebaiknya Anda pertimbangkan kerjasama ini," ucap Alder
"Lalu apa ? Kau akan menjadikan kerjasama ini untuk menekanku dan Dewa. Kalaupun akhirnya masa lalu Dewa terungkap, apakah kau pikir dia akan kembali padamu ? Atau kau berpikir kau akan merusak hubungan mereka atau hubunganku dengan keluargaku ? Itu niatmu," balas Sal
"Aku berjanji tidak akan menjadikan kerjasama kedua perusahaan ini untuk urusan pribadiku," putus Alder
"Bagaimana caranya aku bisa mempercayai kata-katamu ?" tanya Sal sangsi
"Aku hanya mengatakannya sekali dan pasti kulakukan," jawab Alder langsung berdiri dari sofanya.
Sal hanya duduk di sofa tadi sambil merebahkan kepalanya.
Sal menatap keluar jendela. Sal mendapatkan telpon dari ayahnya. "Halo ayah," sapa Sal "Ayah baik saja. Bagaimana kabarmu ?" tanya ayahnya Sal "Baik yah" jawab Sal "Ayah mendengar kau membatalkan kerjasama dengan perusahan Condrata," kata ayahnya Sa "Iya," sahut Sal "Ada apa dengan perusahaan itu?" tanya ayahnya Sal "Tidak ada masalah dengan perusahan itu," jawab Sal "Lalu ada apa ?" tanya ayahnya Sal "Hanya saja kerjasama kita dengan perusahaan mereka tidak terlalu menjanjikan. Sebenarnya Sal heran kenapa kita bekerjasama dengan perusahan mereka," jawab Sal Ayahnya Sal menghela nafas "Kau semakin mirip dengan ayah. Ayah melakukannya sifatnya balas budi dengan keluarga Condrata. Memang kerjasama ini lebih menguntungkan perusahaannya daripada kita tapi apa salahnya kita membantu mereka," ujar ayahnya Sal "Balas budi ?" tanya Sal bingung "
Alder sedang mengangkat barbel dalam posisi tidur.Alder terlihat tidak berkonsentrasi dalam mengangkat barbel.Alder terlihat gemetaran waktu mengangkat beban.Hal ini tentu saja menjadi perhatian trainernya."Ada apa bos ? Tumben kok lesu," tanya trainernya lembutAlder mengambil sikap duduk dan mengelap wajah dan lengannya yang basah oleh keringat.Alder mendesah."Ada masalah di kantor," jawab Alder"Tumben. Biasanya masalah apapun tidak berpengaruh untuk bos," ucap trainernya heran"Bukan perusahaan bokap tapi perusahaan rekanan," jawab Alder"Ohh gituu tohh bos. Siapa yang nyebelin bos ?" tanya trainer Alder heran"Pimpinan sekarang," jawab Alder"Cewek atau cowok bos ?" tanya trainer Alder tersenyum penuh arti"Sayangnya cewek," jawab Alder"Emang seluruh cewek itu nyebelin. Mereka itu dikit-dikit pake emosi," bela
Sal punya perkerjaan sampingan sebagai penyiar radio ReNa."Semua sudah siap mas Tio," tanya SalMas Tio hanya memberikan sinyal dengan jari jempolnya tandanya sudah siap.Mas Tio adalah program director di radio ReNa."Halooo apa kabar semuanya," sapa Sal yang sudah mengudara"Gue harap semua happy hari terutama malam ini karena ditemenin oleh penyiar paling happy di dunia," lanjut Sal"Inget kata mantra kita malam ini, masalah elu masa lalu sekarang masa depan elu," ucap Sal"Yang tentuin," potong Alder sambil tersenyum tipis sambil rebahan di kasur yang empuk."Nihh cewek suaranya bagus juga ngademin. Gue ga perlu minum obat itu lagi kalo mau tidur," batin Alder membesarkan speaker agar terdengar ke penjuru ruangan kamarnyaSiaran berlangsung cukup cepat bagi Alder.Dia ingin mendengar suara perempuan itu lagi."Andai bisa ketemu langsung," batin Alde
Alder merasakan emosinya membuncah.Dia bergerak sangat cepat menuju ke ruangan kerjanya ayahnya.Dia mendengar suara tinggi ayahnya dari balik pintu ruangan ayahnya.Dia membuka kenop pintu ayahnya dan melihat perempuan itu sedang duduk di sofa.Perempuan itu terlihat bersikap acuh tak acuh dengan kemarahan ayahnya.Perempuan itu menoleh saat melihat Alder masuk ke ruangan mereka.Perempuan itu terlihat biasa-biasa saja saat melihat AlderAlder merasakan kebencian yang sangat dalam saat melihat perempuan itu.Alder merasakan seluruh tubuhnya tegang saat melihat perempuan itu kembali dalam hidupnya."Apa maksudmu datang kembali ke sini ?" tanya Alder sambil mengepalkan buku tangannya"Tentu saja untuk melihatmu.Anakku tersayang," jawab perempuan itu enteng"Kau bukan ibuku dan selamanya tidak akan pernah menjadi ibuku," balas Alder sengit&nbs
Di balik pohon ada seorang laki-laki yang memperhatikan Sal dan Alder di taman.Laki-laki itu memakai kaos merk polo, celana pendek dan sepatu olahraga.Laki-laki tampak sangat kesal dan marah melihat kedekatan mereka.****Alder langsung mengajak Sal ke ruangan rapatDi dalam ruangannya sudah menunggu Sudra dan karyawan ayahnya Alder.Sudra terlihat lega melihat Sal."Darimana saja ?" tanya Sudra ketika Sal duduk di sebelahnya."Ceritanya panjang. Nanti saja," jawab SalMereka membahas mengenai progres kerjasama kedua perusahaan.Mereka terlihat puas dengan hasil yang telah mereka capai.Tiba-tiba salah satu karyawan Alder mengetuk pintu."Masuk," ucap AlderKaryawan itu memberikan sebuah berkas dalam map biru kepada AlderSaat dia berpaling dan melihat Sal, dia terlihat sangat terkejut.&nbs
Alder masih di kantornya.Dia masih disibukkan dengan lembaran berkas yang ada di atas mejanya saat hpnya berdering.Alder langsung mengangkatnya saat mengetahui yang menghubunginya."Halo bos jadi khan latihannya sore ini," rayu trainer Alder"Tentu saja," jawab Alder"Bos, cowok yang bos ajak makan akan latihan juga sore ini," ucap trainer Alder"Baguslah," jawab Alder singkat"Bos seperti tidak tertarik dengan info ini yaa," ucap trainer Alder"Begitulah," jawab Alder"Ohh kalo begitu bos tenang saja Aca akan bereskan semuanya untuk bos. Bos datang saja," bujuk Aca"Oke. Terima kasih yaa Aca," jawab Alder"Apa sihh yang ga buat bos," rayu AcaAlder langsung membereskan semua berkas yang dikerjakan dan memanggil sekretarisnya untuk menyimpan berkas tersebut.Alder bertemu dengan wanita yang menabraknya di lift beberapa hari yang lalu.&nbs
Pertandingan akan dimulai jam 7 malam. Namun antusias Sal terbawa sampai ke kantor. Sal lagi memeriksa berkas saat Sudra masuk ke ruangan membawa berkas lain. "Bawa ke sini," ucap Sal saat melihat berkas itu. Sudra memperhatikan hal itu dan meletakkan berkas di meja kerja Sal. " Ada kabar baik hari ini," pancing Sudra "Tentu saja," jawab Sal tersenyum padanya Sudra mengeryitkan dahinya "Kabar apa ?" tanya Sudra penasaran "Coach memperbolehkanku untuk menonton pertandingan malam ini," jawab Sal ceria "Kak Drew juga setuju ?" tanya Sudra heran "Kau sama saja dengan kak Raya sangsi dengan perkataan coach. Kak Drew juga setuju," jawab Sal "Woww luar biasa. Sangat jarang ehh tidak pernah dia mengajak satu wanita pun ke acara itu," ucap Sudra "Kalau begitu aku yang pertama mungkin karena aku spesial," jawab Sal enteng "Kalau itu memang suatu hal yang tidak bisa dipungkiri. Hanya saja mengajakmu sama besar resikonya dengan menginjak bom," ucap Sudra "Ini nii tem
Sal langsung menghubungi Seth. "Kakak," teriak Sal Seth sampai harus menjauhkan telinganya dari handphone. "Iya. Ada apa ?" tanya Seth "Apa maksud kakak dengan ngomong kayak gitu ke coach ?" tanya Sal "Itu untuk kebaikanmu," jawab Seth "Kak, Sal bukan anak kecil lagi untuk tau maba yang baik atau ga. Lagipula Sal cuma mau nonton," rengek Sal "Nahh ini katanya sikap dewasa," ucap Seth "Oke kalo gitu. Kakak ga boleh menghubungi Sal selama sebulan," ancam Sal ***** "Lohh kok gitu. Ini bisa dibicarakan khan. Kakak cuma ga mau konsentrasi kakak terganggu saat lomba nanti," jawab Seth "Kakak cukup ajak kak Raya saja buat nemenin Sal kalo kakak cemas," bujuk Sal Seth terlihat lama berpikir membuat Sal menjadi tegang. Akhir dari perdebatan Seth dengan Sal akhirnya dimenangkan Sal. Seth tau tidak ada gunanya jika Sal sudah nekat. Sal akan menggunakan segala macam cara untuk bisa melihat pertandingan malam ini. Sal puas karena akhirnya dia mendapatkan persetujuan Seth
Orangtua Sal yang sedang berlibur ke Hawai kembali pulang ke tanah air karena mendapatkan kabar Sal masuk ke rumah sakit. Mereka langsung menaiki pesawat jet supaya bisa cepat sampai ke tanah air. Sal hanya bisa melongo saat melihat orangtuanya datang. Dia menatap tajam ke arah Sudra. "Kalau ini bukan gue," bisik Sudra Ibu Sal langsung memeluk Sal. Dia melihat Sal dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. "Kau tidak apa-apa nak ?" tanya ibu Sal terlihat cemas "Sal baik-baik saja bu," jawab Sal Sal menatap Seth. Seth hanya bisa memalingkan wajah. "Sudah kuduga," bisik Sal "Kalian menemukan siapa pelakunya ?" tanya ayah Sal Seth menggelengkan kepalanya. Kening ayahnya Sal terlihat menunjukkan kerutan. "Bukankah lebih baik kau menyewa penjaga," usul ayah Sal Sal langsung mengerang. Ayahnya sudah berulang-ulang kali menyuruhnya untuk memiliki bodyguard. Sal selalu mengelak. Sal berhasil menyakinkan ayahnya saat dia menunjukkan kemampuan bela dirinya. Sal hanya tidak menyan
Alder langsung pulang ke apartemennya. Alder menghubungi Sudra. Alder merasa tidak enak karena membuat Sal masuk ke rumah sakit. "Malam pak," sapa Alder "Malam juga pak," jawab Sudra "Bagaimana kondisi Sal ?" tanya Alder "Dia sudah mulai membaik. Sekarang dia lagi sibuk menenangkan kedua kakaknya yang emosi karena kejadian tadi," jawab Sudra "Ohh begitu. Bapak masih di rumah sakit ?" tanya Alder "Iya. Besok Sal sudah boleh perawatan di rumah," jawab Sudra "Syukurlah," ucap Alder Alder memilih berendam dalam bathup sambil menyesap segelas wiski. Hari ini dia tidak bisa mendengar penyiar radio kesukaannya karena dia sakit. Itu yang diumumkan oleh penyiar penggantinya. "Aku harus menepis kecurigaan mereka terhadapku," bisik Alder Keesokan paginya, Alder langsung mengunjungi restoran itu. Dia berhenti di parkiran mobil. Dia keluar dari mobilnya sambil menatap lingkungan sekitar restoran. Dia memperhatikan setiap gedung yang berada di sekitar restoran. Matanya tertumbuk saat melih
Iwan dan Ratas sedang berkendara menuju ke tempat pertemuan mereka."Kau tidak curiga ?" tanya Iwan "Maksudmu ?" tanya Ratas menoleh ke arah Iwan"Begini sayang, Alder dan Dewa itu bukan seperti kita. Mereka tidak pernah memiliki hubungan seperti kita," jawab Iwan Ratas seperti berpikir keras "Iya juga sih. Mereka selalu pulang ke rumahnya masing-masing," ucap Ratas "Gue tau kalo sayang ada utang budi sama Alder tapi kita harus mengakui kalo mereka itu beda dengan kita," jawab Iwan "Iya juga sihh," ucap Ratas "Benci dengan cewek bukan berarti mereka suka sama cowok khan," jawab Iwan "Jadi maksud sayang, Alder itu suka sama Sal ?" tanya Ratas Iwan langsung tertawa lepas. "Lohh kok sayang tertawa sihh," ucap Ratas jengkel"Gini lohh sayang kalaupun seandainya itu benar maka itu musibah bagi Alder. Sayang khan tau kalo kakaknya Sal itu banyak dan protektif sama Sal," jelas Iwan "Ahh itu... tapi Dewa aman aja kok," ucap Ratas "Beda sayang. Dewa belum ketahuan saja tapi seandainy
Sudra terlihat tidak tenang. Dia berjalan mondar mandir di depan pintu ruang UGD. Alder berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di dinding rumah sakit. Seth menuju ke arah mereka dengan setengah berlari. "Bagaimana kondisinya ?" tanya Seth cemas "Masih di dalam," jawab Sudra "Jika terjadi sesuatu dengannya aku tidak pernah memaafkanmu," ancam Seth Dokter pun menghampiri mereka. "Siapa keluarganya ?" tanya dokter "Kami," jawab Seth dan Sudra bersamaan Seth terlihat kesal saat menatap Sudra."Baiklah. Dia baik-baik saja sekarang. Dia sudah bisa masuk ruang perawatan," ucap dokter Seth dan Sudra menghembuskan nafas "Tadi saya mendengar dia mengalami hal traumatis sehingga dia takut ruangan gelap dan sempit. Tadi dia hampir terkena serangan jantung dan sesak nafas. Untuk sementara waktu jangan diingatkan soal kejadian tadi," saran dokter "Baik dok," jawab Sudra "Kalau begitu saya undur diri," ucap dokter Mereka menemani S
Paginya di kantor, Sal masih setengah mengantuk. Dia langsung meminta untuk dibuat kopi hitam. Dia melihat tumpukan berkas di atas mejanya. "Untung tidak ada rapat hari ini," ucap Sal Dia hanya akan mengecek ke lapangan saat pukul 09.00 nanti. Sudra mengetuk pintu ruangan Sal. "Masuk," ucap Sal "Ini minumannya bos," jawab Sudra langsung meletakkan kopi hitam di meja kerja Sal dan duduk di depannya.Sal terlihat bingung. "Bibi tadi mau membuatnya tapi kubilang biar aku saja tohh yang paling tau selera kopimu khan hanya aku," jelas Sudra bangga "Terima kasih," jawab Sal tersenyum tulus ke arah Sudra "Apapun untuk nona manis lima watt," goda Sudra "Lima watt," ucap Sal bingung "Matamu itu sudah seperti bohlam yang redup," jawab Sudra Sal hanya bisa tertawa. "Hari ini kita jadi khan ke lapangan," ucap Sal "Tentu saja. Semua persiapan sudah beres plus mereka tidak tau kalau kita meninjau hari ini," bisik Sudra memajukan tubuh
"Wow coach kalau laki-laki itu yang akhirnya harus berhadapan dengan kak Seth pasti sulit. Soalnya menang dan kalah baginya biasa," bisik Sal"Ahh kau memperhatikan juga yaa. Kalau pada akhirnya ini bukan sekedar pertandingan fisik melainkan mental juga," jawab coach terlihat bangga."Dia punya kepercayaan diri yang cukup tinggi," ucap SalAlder hanya menyimak perkataan mereka.Pertandingan selanjutnya adalah pertandingan Seth.Sal berteriak riuh saat Seth masuk ke dalam ring. Rivalnya memberikan kecupan angin kepada Sal. Ketiga kakaknya yang melihat itu kelihatan kesal."Kau pasti menang, my champ," teriak SalSeth menoleh ke arah Sal dan tersenyum ke arah Sal sambil menunjuk ke arahnya.Peserta lomba menuju ke tengah ring dipanggil oleh wasit untuk mengingatkan kembali mengenai aturan dalam bertanding.Seth memberikan penampilan yang optimal sehingga hasilnya tidak mengecewakan
Sal langsung menghubungi Seth. "Kakak," teriak Sal Seth sampai harus menjauhkan telinganya dari handphone. "Iya. Ada apa ?" tanya Seth "Apa maksud kakak dengan ngomong kayak gitu ke coach ?" tanya Sal "Itu untuk kebaikanmu," jawab Seth "Kak, Sal bukan anak kecil lagi untuk tau maba yang baik atau ga. Lagipula Sal cuma mau nonton," rengek Sal "Nahh ini katanya sikap dewasa," ucap Seth "Oke kalo gitu. Kakak ga boleh menghubungi Sal selama sebulan," ancam Sal ***** "Lohh kok gitu. Ini bisa dibicarakan khan. Kakak cuma ga mau konsentrasi kakak terganggu saat lomba nanti," jawab Seth "Kakak cukup ajak kak Raya saja buat nemenin Sal kalo kakak cemas," bujuk Sal Seth terlihat lama berpikir membuat Sal menjadi tegang. Akhir dari perdebatan Seth dengan Sal akhirnya dimenangkan Sal. Seth tau tidak ada gunanya jika Sal sudah nekat. Sal akan menggunakan segala macam cara untuk bisa melihat pertandingan malam ini. Sal puas karena akhirnya dia mendapatkan persetujuan Seth
Pertandingan akan dimulai jam 7 malam. Namun antusias Sal terbawa sampai ke kantor. Sal lagi memeriksa berkas saat Sudra masuk ke ruangan membawa berkas lain. "Bawa ke sini," ucap Sal saat melihat berkas itu. Sudra memperhatikan hal itu dan meletakkan berkas di meja kerja Sal. " Ada kabar baik hari ini," pancing Sudra "Tentu saja," jawab Sal tersenyum padanya Sudra mengeryitkan dahinya "Kabar apa ?" tanya Sudra penasaran "Coach memperbolehkanku untuk menonton pertandingan malam ini," jawab Sal ceria "Kak Drew juga setuju ?" tanya Sudra heran "Kau sama saja dengan kak Raya sangsi dengan perkataan coach. Kak Drew juga setuju," jawab Sal "Woww luar biasa. Sangat jarang ehh tidak pernah dia mengajak satu wanita pun ke acara itu," ucap Sudra "Kalau begitu aku yang pertama mungkin karena aku spesial," jawab Sal enteng "Kalau itu memang suatu hal yang tidak bisa dipungkiri. Hanya saja mengajakmu sama besar resikonya dengan menginjak bom," ucap Sudra "Ini nii tem
Alder masih di kantornya.Dia masih disibukkan dengan lembaran berkas yang ada di atas mejanya saat hpnya berdering.Alder langsung mengangkatnya saat mengetahui yang menghubunginya."Halo bos jadi khan latihannya sore ini," rayu trainer Alder"Tentu saja," jawab Alder"Bos, cowok yang bos ajak makan akan latihan juga sore ini," ucap trainer Alder"Baguslah," jawab Alder singkat"Bos seperti tidak tertarik dengan info ini yaa," ucap trainer Alder"Begitulah," jawab Alder"Ohh kalo begitu bos tenang saja Aca akan bereskan semuanya untuk bos. Bos datang saja," bujuk Aca"Oke. Terima kasih yaa Aca," jawab Alder"Apa sihh yang ga buat bos," rayu AcaAlder langsung membereskan semua berkas yang dikerjakan dan memanggil sekretarisnya untuk menyimpan berkas tersebut.Alder bertemu dengan wanita yang menabraknya di lift beberapa hari yang lalu.&nbs