Beranda / Romansa / Honey Baby / Honey Baby - 59

Share

Honey Baby - 59

Penulis: fishycattos
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Hamil?!" Kagetku.

Violla mengangguk pasrah. Lututnya yang lemas membuatnya segera merebahkan diri kembali ke tempat tidurnya dan secara sadar aku membantunya untuk memperbaiki posisi wanita malang ini agar tetap dalam kondisi sadar meski wajahnya semakin memucat.

Aku mengambil tombol bantuan agar suster segera datang dan memperbaiki infus di tangan Violla. Aku hanya menatap Violla yang wajahnya terlihat semakin kacau. Setelah suster selesai memperbaiki selang infus dan meninggalkan kami berdua, aku mulai memberanikan diri menanyakan hal yang mengganggu pikiranku dari tadi.

"Kenapa kamu takut sekali dengan kehadiran Roger di sini? Apa kamu tidak ingin kehamilanmu sampai ketahuan?" Tanyaku menatap sendu wajah Violla.

Violla menggigit bibirnya seolah menahan kekecewaannya selama ini.

"Ada yang lebih kutakutkan dari pada Captain yang mengetahui kehamilanku, Anna." Jawabnya lesu.

Aku menatapnya semakin penasaran.

"Aku tidak tau siapa Ayah dari anak ini." Jawabnya meneteskan air mata.

Juju
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Christina
gosh. viola. why? aku saja yang baca sedih. apa gaji pramugari Masih kurangkah, sampai menjajakan diri.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Honey Baby   Honey Baby - 60

    "Astaga!" Pekikku tidak percaya.Roger hening seolah tau respon apa yang akan keluar dari wajahku."Lalu bagaimana dengan kandungannya?" Tanyaku khawatir."Dokter masih belum bisa memastikan, karena usianya yang masih terlalu dini. Tapi kemungkinan besar, pasti akan tertular." Jawab Roger datar."Lalu Daddy..." Kini mataku lesu melihat matanya."Daddy rutin melakukan medical check up karena itu sudah menjadi syarat pekerjaan Daddy. Daddy juga sudah pernah melakukan suntikan pencegahan, belum lagi Daddy yang selalu pakai pengaman kalau bersamanya jadinya Daddy cukup yakin kalau Daddy sudah terhindar." Balasnya pasti."Tapi tidak ada salahnya memeriksanya kembali. Daddy tidak mau menyeretmu kalau sampai terjadi apa-apa." Tambahnya.Kini tangan Roger meraih tubuhku agar lebih mendekat kearahnya. Aku tidak menolaknya karena aku juga menginginkan sebuah pelukan yang mampu membuat perasaan yang sedari tadi menggangguku ini lenyap seketika."Jangan pernah mengucapkan kata-kata itu lagi, saya

  • Honey Baby   Honey Baby - 61

    Keesokan paginya, aku ikut menemani Roger ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan laboratorium sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Ternyata sudah ada banyak orang yang berdatangan menunggu giliran untuk pengetesan. Aku bisa mengenali beberapa orang yang termasuk anggota dari tim yang dipimpin Roger. Wajah mereka terlihat tegang saat melihat Roger menghampiri mereka.Kuputuskan untuk duduk manis untuk menunggu Roger sembari mengamati mereka satu persatu. Tanpa pakaian seragam mereka terlihat seperti manusia biasa. Hanya saja para wanitanya tampil lebih cantik dengan tubuh mempesona melebihi wanita pada umumnya. Termasuk aku. Ada sedikit rasa minder melihat rekan kerja Roger yang tampil begitu mengagumkan."Baby..." Roger menyapaku.Aku menolehkan kepalaku menatapnya kaget."Daddy sudah mendapatkan nomor antrian. Apa kamu tidak masalah Daddy tinggal sendiri?" Tanyanya khawatir."Tentu Daddy. Aku akan tetap disini menunggumu."Roger tersenyum lalu mengelus kepalaku lembut sebel

  • Honey Baby   Honey Baby - 62

    Setelah menikmati makan siang yang tenang bersama, Roger lalu kembali ke rumah sakit untuk menerima hasil yang dijanjikan akan keluar setelah jam makan siang. Tanpa menunggu lama karena penasaran akan hasilnya, Roger menyetir dengan sedikit mengebut.Saat tiba di rumah sakit satu persatu rekan Roger menerima hasilnya dengan wajah yang berseri-seri. Tidak satupun dari tim Roger yang ikut terinfeksi penyakit tersebut. Namun beda halnya dengan beberapa orang dari tim lainnya. Wajah mereka pucat pasi sehingga membuat banyak spekulasi negatif tentang yang terjadi pada mereka.Tidak mau memakan berita yang tidak jelas, Roger dengan berani melangkahkan kakinya untuk mendekati mereka dan menanyakan kabar yang sesungguhnya. Dan benar saja, ketiga pria dewasa itu ikut terinfeksi penyakit yang sama dengan Violla. Bahkan salah satu dari mereka disinyalir sebagai penyebar virus tersebut.Apa aku berhak bernafas lega setelah melihat hasilnya sekarang? Artinya Roger bukanlah Ayah dari anak yang Viol

  • Honey Baby   Honey Baby - 63

    Aku menyusuri lobby yang tampak tidak terlalu ramai ini menuju ke lift yang akan mengantarku ke lantai tempat kamarku berada dan tentu saja tidak lama setelah pintu lift terbuka, aku mendapati Rayes sedang duduk bersantai di sofa yang memang disediakan, tepat depan pintu lift. Wajahnya berubah lebih ceria begitu melihat kedatanganku. Ia segera berdiri dari posisinya dan menyambutku dengan sebuah pelukan dan sebuket bunga di tangannya."Kamu jalan sama siapa? Kenapa tidak mengabari Daddy? Daddy bisa menyuruh Daniel untuk mengantarmu." Ucapnya setelah melepaskan pelukan singkatnya.Jujur aku sedikit kaget mendapati sikap manja Rayes yang tiba-tiba saja memelukku di tempat terbuka seperti ini. Ada apa? Melihat dari pakaiannya, dia tampak belum menggantinya semenjak pulang dari rumah sakit itu. Apa terjadi sesuatu padanya?"Tidak Daddy. Aku tidak mau merepotkanmu." Balasku menggeleng.Rayes tesenyum dan mengecup singkat keningku."Kamu tidak pernah merepotkan Daddy, sayang. Ayo masuk. Dad

  • Honey Baby   Honey Baby - 64

    "Safe flight, see you in 3 days" Ucap Rayes yang mengecup keningku sesaat sebelum masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju ke kantor dini hari."See you Daddy. Take care." Ucapku memberikannya lambaian tangan perpisahan sebelum pintu lift menutup dengan sempurna.Aku berjalan tidak menuju ke kamarku, melainkan ke kamar Roger yang terletak di seberang sana. Kuketuk dan kutekan tombol bel untuk membangunkannya yang masih tertidur. Tidak lama Roger membuka pintu dengan wajah khas orang bangun tidur."G'morning Baby. Come in." Ajaknya menarikku masuk ke kamarnya."I'm sorry, sudah mengganggu jam tidurmu Daddy." Ucapku memeluk tubuhnya."It's okay. I can smell his collogne on your shirt, you know." Ucapnya yang kesal namun tetap membalas pelukanku.Aku mengangguk malas. "Sorry for that too.""Hm? Ada apa? Kamu tidak semangat seperti biasanya." Rayes melepaskan pelukannya untuk melihatku."Pria itu memberikanku kesempatan untuk pulang dan mengambil barang-barangku sebelum memulai keh

  • Honey Baby   Honey Baby - 65

    "Come on, we drunk that night Li. Itu tidak akan terjadi lagi untuk yang kedua kalinya. Maaf sudah memanfaatkanmu seperti tiu." Ucapku yang kembali mengingat kejadian yang Liam maksud itu."Memanfaatkanku?" Liam terkekeh. "Kalau begitu aku merasa sangat senang sudah dimanfaatkan dengan baik olehmu. Kabari aku kalau kau ingin memanfaatkanku lagi." Racaunya.Entah aku harus menanggapi serius tanggapannya yang satu itu atau aku cukup mengabaikannya. Tapi yang jelas aku tidak akan mungkin mau melakukannya dengan Liam saat aku sudah mempunyai dua pria yang menjagaku dengan sangat baik.Aku terkekeh sampai saat Nathaniel kembali menemani kami dengan membawa potongan buah yang baru ia kupas di dapur. Kami menikmati malam ini dengan bersenda gurau...."Good morning, Daddy." Sapaku saat pintu kamar hotel dibuka oleh Roger."Good morning, sweety. How's your sleep?" Roger memelukku saat aku melangkah masuk untuk menyapanya."Home sweet home." Senyumku."Sure. Bagaimana respon keluargamu?" Rog

  • Honey Baby   Honey baby - 66

    Aku melihat Daniel yang segera berjalan mendekatiku saat ia melihat bayanganku keluar dari pintu kedatangan. Dengan sigap ia segera mengambil koper serta barang bawaanku yang lain dan mengarahkanku ke mobil yang sudah dikendarai oleh Rayes yang sedang duduk di kursi pengemudi. Aku mengambil posisi duduk tepat di sebelahnya. Mobil yang Rayes kendarai akhirnya membawa kami menuju ke apartemen tempat tinggalku mulai saat ini."Astaga, mau sampai kapanpun rasanya aku tidak sanggup tinggal di sini. Ini terlalu mewah." Ungkapku yang masih takjub melihat desain interior apartemen baruku.Rayes terkekeh.Daniel segera menutup pintu apartemenku begitu ia menyelesaikan urusannya memasukkan barang-barangku ke kamar tidur utama."Kamu harus terbiasa sayang. Setiap weekend nanti Daddy akan datang menemanimu." Ucapnya sembari menjatuhkan dirinya ke sofa utama dan masih menatap tingkah lakuku yang belum bosan menyusuri setiap sudut ruangan ini."Apa tidak masalah? Maksudku, bagaimana dengan keluarga

  • Honey Baby   Honey Baby - 67

    "Good evening, Baby Girl." Sapa Rayes diujung telepon saat aku tengah asik bercengkrama dengan Violla."Hai, Daddy." Sapaku.Violla tersenyum menggodaku lagi."Kamu dimana? Bagaimana hari pertamamu? Apa Adel melayanimu dengan baik?""Aku ada di Prime Care Hospital, Daddy. Dan Adeline sangat baik padaku. Jujur aku sangat mengagumi etos kerjanya. Hari pertamaku menjadi sangat menyenangkan." Aku menjelaskan situasinya dengan semangat."Tunggu. Apa yang kamu lakukan di sana? Kamu sakit?" Suara Rayes berubah khawatir."Oh, tidak Daddy. Temanku sedang sakit dan dirawat di sini. Aku kemari untuk menjenguknya." Balasku.Kulihat Violla mulai mengernyitkan dahinya."Oh, astaga. Jantung Daddy rasanya hampir berhenti. Jangan pernah membuat Daddy panik seperti itu.""Hehe, sorry Daddy. I'm totally fine. I'll see you tomorrow."Aku mulai melihat ekspresi Violla seperti sedang menungguku untuk menjelaskan sesuatu."Baiklah kalau begitu. Besok gunakan pakaian yang lebih mudah. Bantu Daddy mewujudkan

Bab terbaru

  • Honey Baby   (Ekstra Part 5) My Beautiful Life

    Tri semester terakhir menjadi tantangan terbesar bagiku yang semakin kesulitan untuk bernafas karena rasa sesak memenuhi perutku yang sudah terlalu besar. Layaknya ibu hamil pada umumnya, semua ukuran baju dan sepatuku mendadak berubah. Dan untuk alasan tertentu, dokter menyarankan agar aku terus melakukan olahraga ringan di pagi dan sore hari demi mempertahankan posisi bayi kami yang sudah berada pada tempatnya."Baby? Are you ready?" Tanya Roger yang sudah siap dengan pakaian olahraganya.Sepulang dinas dan sebelum berangkat kerja, sudah menjadi tugas tambahan untuk Roger menemaniku jalan-jalan di sekitar taman. Dengan senang hati Roger menemaniku karena selain meniduri wanita, olahraga merupakan salah satu kegiatan favoritnya."Let's go." Ajakku bersemangat.Roger tersenyum sebelum berjalan beriringan bersamaku menuju ke lift apartemen. Namun untuk kali ini sepertinya sesuatu yang tidak beres sedang melandaku ketika lift yang kami tumpangi sedang bergerak turun ke lantai dasar."Mh

  • Honey Baby   (Ekstra Part 4) Godaan

    Kondisi perutku mulai terlihat lebih menonjol di usia kandunganku yang sudah memasuki tri semester kedua. Setelah puas bergulat dengan rasa mual dan ngidam yang aneh-aneh, kini aku harus memasuki fase dimana gairah seksualku mendadak berubah.Beberapa kali aku harus memancing nafsu para serigala yang sedang tampak tenang itu, namun mereka tolak mentah-mentah mengingat dokter melarangku untuk berhubungan intim di awal kehamilan demi menjaga keselamatan kandunganku yang masih sangat rentan.Tapi untuk malam ini, rasanya aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi. Karena terus dianggurkan selama beberapa bulan belakangan ini, sekarang aku ingin menjamah tubuh mereka seperti yang biasanya kulakukan setiap malam sebelum aku menyadari kalau aku sedang hamil."Papa Dan~" R

  • Honey Baby   (Ekstra Part 3) Positif

    Hampir tiga bulan lamanya aku menjalani kehidupan baruku sebagai wanita yang sedang berbadan dua. Meski pada awalnya berat menerima kehadiran makhluk hidup baru yang tumbuh dan berkembang di dalam perutku. Suami dan kedua sugar daddyku terus memberikanku support yang tidak pernah berhenti. Bahkan mereka tidak ingin mempertanyakan anak siapa yang sedang kukandung, karena bagi mereka ini adalah anak dari buah cinta mereka.Jadi kunikmati seluruh kasih sayang yang mereka limpahkan padaku tanpa henti sampai makhluk kecil ini hadir diantara kami berempat dan merebut semua perhatian kami. Seperti saat jadwal check up rutin datang, aku bahkan sampai harus mengacuhkan pandangan orang-orang Rumah Sakit yang kebingungan melihatku dikawal oleh suami serta dua sugar daddyku yang sampai harus izin tidak masuk kerja hanya untuk melihat tumbuh kembang anak mereka dalam perutku. Kini tantangan terbesar yang harus kulewati adalah fase mual dan ngidam yang berlebihan. Ah- Membayangkan kombo mematikan

  • Honey Baby   (Ekstra Part 2) Mual

    Beberapa bulan setelah kunjungan Mama dan Papaku, kujalani hari-hari sibukku sebagai istri rumah tangga yang baik untuk suami dan kedua sugar daddyku. Mengurusi segala kebutuhan mereka lahir maupun batin. Dan sesuai keinginanku yang disepakati bersama, kegiatan panas kami akhirnya berjalan teratur sesuai jadwal. Malam tertentu aku hanya milik mereka seorang dan malam khusus dimana aku akan menjadi milik mereka bertiga. Khusus untuk Daniel, malam kami hanya diisi dengan kegitan manis di ranjang bersama. Tanpa sedikitpun aktivitas panas yang akan memicuku untuk menggodanya, Daniel akan terus mencurahkan perasaannya melalui perlakuan manisnya yang membuatku semakin mencintainya sebagai pasangan hidupku yang sah. Namun untuk pertama kalinya semenjak kami memutuskan untuk tidur di ranjang yang sama, perutku merasakan sesuatu yang membuat tubuhku tidak karuan. Rasanya aku ingin memuntahkan makan malam yang barusan kami santap berempat sebelum berpisah untuk tidur di kamar masing-masing kar

  • Honey Baby   (Ekstra Part 1) Kunjungan

    "Halo? Ya Ma?" Sapaku ketika mengangkat telepon dari Mama yang jarang sekali menghubungiku di pagi hari seperti ini."Dek, Mama dan Papa sudah boarding pesawat ya. Jemput kami nanti di bandara ya." Pinta Mama yang berhasil membuat jantungku berhenti berdetak untuk beberapa saat kemudian."Hah?! Mama mau ke sini? Kok nggak bilang dari kemarin?" Keluhku yang membuat Roger kebingungan karena aku segera terbangun dari pahanya."Ya namanya juga kejutan. Ini saja Mama ngabarin kamu dulu, takutnya kamu lagi nggak di rumah. Gimana kalau Mama dan Papa langsung gedor pintu rumahmu, hayo." Mama membela dirinya."Iya iya iya.. Ya sudah, Mama Papa safe flight ya. Aku bersih-bersih rumah dulu." Ucapku yang segera beranjak dari tempatku bersantai dengan Roger."Baby? Kenapa? Apa orang tuamu mau ke sini?" Tanya Roger melihatku berlari panik."IYA!" Teriakku menuju ke kamar utama tempat dimana barang pribadiku berada.Segera kuraih tas hitamku yang setahun lalu pernah kugunakan untuk kabur bersama den

  • Honey Baby   Honey Baby - 150 (TAMAT!)

    Beberapa haripun berlalu, berkat segala bantuan Rayes dan Roger akhirnya secara hukum aku sudah sah menjadi Nyonya Henery. Tidak ada acara mewah setelah kami menandatangani akta pernikahan kami. Yang ada kedua Daddyku hanya mempersiapkan acara makan siang sederhana di yacht pribadinya. Mereka berpesan agar aku tetap menjaga stamina sebelum pulang kembali ke kotaku untuk melaksanakan resepsi yang sebenarnya. Tidak masalah untukku. Aku juga merasa tidak terlalu merasa nyaman dengan keramaian Ibu Kota. Lebih menyenangkan berkumpul bersama mereka bertiga. Menikmati indahnya sinar matahari dengan hembusan angin laut yang menyegarkan. "Baby, jangan berjemur disana. Kulitmu bisa terbakar. Ingat kamu masih punya resepsi minggu ini." Pesan Roger yang sedang duduk dengan Rayes serta Daniel dengan segelas champagne di tangan mereka masing-masing. "Sayang sekali rasanya kalau tidak berjemur di laut." Keluhku. "Seharusnya kamu pakai bikinimu. Kalau tidak, kulitmu akan belang." Rayes menambahka

  • Honey Baby   Honey Baby - 149

    "Honey?" "Honey??" "Sayang???" Sayup-sayup suara Daniel yang sedang memanggilku berulang kali berhasil menyadarkan dari tidur pulasku semalam. Sampai-sampai aku tidak menyadari sentuhan tangan hangat Daniel yang terus membelai rambutku seolah sedang berusaha menyadarkanku. "Sayang, bangun." Daniel mengusap keningku berkali-kali. "Mhh~" Lenguhku manja karena rasanya aku masih mau melanjutkan tidurku. "Bangun sayang. Aku dan Tuan Rayes akan segera berangkat kerja. Roger belum pulang karena terjebak delay. Apa kamu tidak masalah ditinggal sendirian?" Tanya Daniel mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Aku mengernyitkan dahi sambil berusaha membuka mataku. "Iya." "Minumlah dulu. Aku sudah menyiapkan sarapan di atas meja untuk kalian berdua nanti. Sekarang bangunlah dulu. Aku sedikit trauma meninggalkanmu dalam kondisi tidur seperti ini." Pinta Daniel. Tanpa bantahan meski dengan kondisi mata yang masih terasa sangat berat, Daniel melihatku terbangun dari tempat tidur dan berjalan l

  • Honey Baby   Honey Baby - 148

    Mataku yang terbuka secara tiba-tiba membuat tubuhku tersentak pelan seakan aku baru saja mengalami kejadian yang sangat menegangkan. Kesadaranku yang perlahan pulih sejalan dengan nafasku yang berburu seperti mencoba menenangkan detak jantungku yang tidak beraturan untuk kembali pada ritmenya. "Baby?" Kaget Rayes yang ikut terbangun masih dengan lengan kokohnya yang kujadikan sebagai bantal tidur. Aku menatap Rayes yang tertidur di sebelah kiriku dan Daniel tertidur disebelah kananku dengan tangannya yang berada di atas perutku. Masih dengan detak jantung yang belum tertata, aku tersenyum menanggapi pertanyaan Rayes. "Daddy Roger sudah berangkat ya?" Tanyaku kemudian. Rayes mengangguk. "Sekarang masih jam setengah dua belas malam. Do you need something, Baby?" Tanya Rayes dengan suaranya yang serak-serak basah. Aku mengangguk. "I need to clean that part. Sepertinya aku tidur terlalu lama. Rasanya badanku segar sekali." "Baiklah, sayang. Bersihkan tubuhmu dulu. Kamu terlalu

  • Honey Baby   Honey Baby - 147

    Dengan sorot matanya yang semakin dibutakan oleh kabut gairahnya sendiri, Daniel terus memijat batang kejantanannya yang sudah menegang di ujung sana. Tidak sedikitpun ia berniat mendekatiku yang sedang sibuk bersetubuh dengan Rayes sembari memeluk Roger yang tak henti-hentinya memberikanku rangsangan kecilnya dengan memijat kedua gunung kembarku. Desahan dan lenguhan terus kulanturkan karena kenikmatan tanpa ujung yang diberikan oleh kedua sugar daddyku. "Damn, you're hot as hell." Desis Rayes yang kembali menghentakku agar kembali fokus pada genjotannya. "Daddy~" Rengekku pada Roger yang kini meraih bibirku untuk menciumku dengan rakus. "Ah- Kau sangat spesial sayang." Rayes kembali mendesis dan memukul-mukul buritan sintalku secara bergantian. "Nggh, capek." Keluhku saat kulepas bibirku dari pagutan bibir Roger. Tak ambil pusing, tanpa melepas miliknya dari kewanitaanku. Rayes lalu menarik tubuhku dari pelukan Roger dan segera menjatuhkanku di atas pangkuannya yang sedang terdu

DMCA.com Protection Status