Trisha masuk ke dalam rumah dengan lemas, dia benar-benar lelah karena belum banyak istirahat. Apalagi besok dia harus kembali bekerja, malam ini pun dia harus begadang untuk membuat kelanjutan komik yang sudah hampir satu minggu belum dia perbarui. Wanita gemuk itu menghela napas panjang seraya merenggangkan otot punggungnya yang terasa pegal.
“Kenapa?” tanya seseorang yang baru saja keluar dari kamar dan membuat Trisha terkejut.
Trisha langsung melihat ke Lio yang tengah menatapnya, melihat Lio yang ada di sana sekilas mirip Sev dari kejauhan. Sedangkan Lio yang di tatap Trisha pun mengangkat satu alisnya dan berjalan mendekat, lalu menepuk pundak wanita itu sedikit kencang.
“Apa yang lo lihat?” tanya Lio membuat Trisha tersadar dari lamunannya.
Trisha menggelengkan kepalanya cepat dan tersenyum canggung. “Enggak apa. Gue … ke kamar dulu.” Wanita gemuk itu langsung berjalan menuju kamarnya meninggalkan Lio yang
Trisha merenggangkan ototnya yang terasa kaku setelah duduk semalaman untuk menggambar, sekarang sudah pukul setengah lima pagi. Dia ingin tidur, tapi tidak bisa karena takut kalau kesiangan. Apalagi kemarin Zhui sudah memberitahu kalau Sev sudah ke luar rumah sakit dan mulai syuting.Trisha beranjak berdiri dari duduknya, lalu berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan badan sekakigus menghilangkan rasa ngantuk.Hanya membutuhkan waktu lima belas menit, dia keluar hanya menggunakan balutan handuk saja. Trisha menutup pintunya, lalu melangkahkan kakinya ke lemari pakaian. Tadi malam dia memang tidak menutup pintu karena merasa kepanasan, AC di kamarnya rusak dan belum diperbaiki.Trisha memilih menggunakan baju casual berwarna pink soft, kemudian dia memakai make-up tipis agar tidak ada yang melihat wajah pucat dan mata pandanya. Selesai berdandan, dia kembali duduk di meja kerjanya untuk menyelesaikan komiknya yang hampir selesai. Awalnya dia mau mem
Trisha berjalan memasuki perusahaan, dia menyapa beberapa staff yang dia kenal dengan senyuman canggung. Meskipun sudah satu bulan bekerja menjadi asisten Sev, dia masih canggung menyapa mereka. Ya, meskipun mereka baik, tapi tetap saja canggung. Saat menoleh ke kanan, matanya membelalak lebar saat melihat mobil Sev memasuki perusahaan. Trisha langsung berjalan cepat menuju ruangan sang aktor tampan sebelum keduluan olehnya. Trisha menghela napas lega saat sudah berdiri di ruangan Sev, dia mengatur napasnya dan meniup tangan karena gelas kopi Sev yang sedikit panas. “Lo ngapain berdiri di sini?” tanya Sev yang baru saja datang. Trisha hanya tersenyum, lalu masuk ke dalam dan meletakkan gelas kopi itu di meja kerja Sev. Wanita gemuk itu menoleh pada Zhui yang diam saja, perasaannya mendadak tidak enak. Apa terjadi sesuatu dengan Zhui? “Zhui, lo—“ “Sev, duduk! Sha, lo tunggu di luar. Gue mau bicara empat mata sama Sev,” ucap Zhui dengan
“Halo, apa?”“Masih hidup, kan, lo? Gimana kondisi lo?”“Kurang ajar lo! Gue … baik-baik aja, tapi masih harus menginap tiga hari.”Trisha mengangkat satu alisnya. Menginap satu hari? Bukankah kondisinya sudah baik-baik saja? Wanita gemuk itu pun menggelengkan kepalanya cepat, untuk apa memikirkan dia yang selalu bersikap aneh. Tidak ada gunanya.“Lo enggak nanya alasan gue gitu?”“Nggak, lo memang aneh, buat apa nanya. Udah dulu.” Trisha langsung mematikan sambungan telepon itu karena tidak mau mengobrol dengannya lagi. Trisha pun berjalan keluar pantry menuju ruangan Sev.Yang pertama dia lakukan adalah menyiapkan pakaian untuk Sev, lalu memasukkan minuman dan roti ke dalam tas. Dia juga merapikan ruangan lelaki itu yang sedikit berantakan. Setelah selesai, dia tersenyum melihat pekerjaannya yang selalu memuaskan.Trisha pun menulis pesan di kertas tempel, l
Trisha berjalan memasuki area universitas, dia melihat setiap kelasnya untuk mencari kelas yang lebih banyak mahasiswanya agar dosen yang mengajar tidak menyadari kehadiran wanita gemuk itu. Dia juga mencari dosen yang terlihat tidak galak.Trisha pun berhasil menemukan satu kelas yang banyak murid, dia juga melihat dosen yang menjelaskan dengan kesabaran dan suara yang lembut. Wanita gemuk itu masuk ke kelas melalui pintu belakang dan sedikit membungkukkan tubuhnya agar tidak dilihat oleh dosen. Trisha memilih tempat duduk paling belakang, dia tersenyum canggung pada orang yang duduk di sampingnya.Wanita itu mengganti ponsel ke nada diam karena untuk mengantisipasi jika ada telepon atau pesan masuk. Dia merekam suara penjelasan dosen wanita paruh baya itu dan berpura-pura menulis materi. Namun, baru beberapa menit dia menulis rasa kantuknya pun muncul, membuat Trisha menguap sesekali.Trisha menelungkupkan tubuhnya di meja dan menutupi wajah dengan buku tulisn
Trisha menguap dengan lebar dan beranjak dari duduknya, dia merenggangkan ototnya yang terasa sangat pegal setelah duduk semalaman di depan komputer. Bahkan, pakaiannya yang basah kuyup sudah kembali kering. Hanya demi menyelesaikan lima chapter, wanita gemuk itu tidak makan sama sekali. Dia hanya minum kopi agar tidak mengantuk.Trisha membuka jendelanya membiarkan sinar matahari masuk dengan bebas. Dia menarik napas panjang, lalu mengembuskan dengan perlahan. Setelah itu dia kembali duduk ke meja kerjanya untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.Dia sudah menyelesaikan dua chapter, masih kurang tiga chapter lagi. Trisha kembali beranjak dari duduknya untuk mengambil minum karena haus. Saat berjalan, kepalanya mendadak sakit, pandangannya matanya sedikit buram. Dia langsung memegang tembok agar tidak jatuh.Trisha berjalan perlahan dengan meraba tembok menuju dapur. Badannya mendadak terasa tak enak, dia berdoa dalam hati agar tidak sakit di saat sepe
Trisha duduk di meja kerjanya dengan perlahan, Lio memastikan kalau wanita gemuk itu sudah duduk dengan nyaman. Setelah itu dia kembali berjalan cepat menuju kamar untuk mengambil selimut, dan memakaikan selimut itu di bahu Trisha untuk memberikan sedikit kehangatan.Wanita gemuk itu menoleh pada Lio dengan senyuman tulus sekaligus sangat beruntung bisa tinggal bersama lelaki yang berdiri di sampingnya itu. Dulu dia menganggap Lio sangat mirip dengan Sev, sekarang dia bisa melihat sisi baik yang tidak dipunyai oleh aktor tampan itu.Lio memang kasar, suka bicara tanpa memikirkan perasaan orang lain. Akan tetapi, pertolongannya ini sangat terasa tulus tanpa beban. Trisha juga bisa melihat wajah lelaki itu yang tampan sekaligus imut.“Kenapa lihat gue gitu? Ganteng, kan?” tanya Lio dengan tersenyum bangga dan membuat Trisha sadar dari lamunannya.“Gue nggak punya banyak duit, kalau minta imbalan karena udah bantu gue--"“Ck! T
Trisha berjalan cepat keluar rumah dan masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesan, Zhui bilang dua puluh menit lagi sutradara akan datang untuk menanyakan surat perjanjian itu, jadi wanita gemuk itu tidak mempunyai banyak waktu. Trisha terus memijat pelipis karena rasanya semakin pusing.Ia pun menyuruh sopir itu untuk melaju lebih cepat, untung saja jalanan tidak terlalu padat, jadi taksi ini mudah mencari sela. Trisha juga sedikit cemas kalau sutradara lebih dulu datang. Sev pasti akan semakin marah kepadanya.Trisha sedari tadi melihat jam yang ada di ponselnya, ia juga memantau melalui map untuk memastikan kalau jalur yang diambil oleh sopir itu adalah yang tercepat. Lima belas menit kemudian, taksi itu terhenti di depan lokasi syuting. Zhui mengatakan kalau Sev sudah menunggunya di luar, tapi di luar tidak ada siapapun.“Mbak, mau turun atau tidak, ya?” tanya sopir itu yang membuat Trisha tersenyum canggung.Trisha pun member
Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan apapun. Sev fokus menyetir, dan Trisha bingung karena harus memulai pembicaraan apa. Dia terus menatap keluar jendela untuk mengatur detak jantungnya yang mendadak berdegup kencang. Dia ingat betul kalau suster hanya mengatakan kalau penyakit lamanya kambuh, tidak ada penyakit tambahan seperti jantung.Tapi kenapa kini jantungnya berdetak lebih cepat?Trisha menggigit bibir bawahnya, dia tidak biasa keheningan seperti ini. Wanita gemuk itu sendiri juga bingung harus bicara apa. Tidak mungkinkan kalau dia memohon pada Sev untuk menerimanya lagi sebagai asisten? Sama aja itu merendahkan diri sendiri, bukan?Wanita gemuk itu menghela napas panjang dan menoleh pada Sev. Saat menoleh, lelaki itu juga melihatnya sekilas.“Mau ngomong apa?” tanya Sev yang membuat Trisha sedikit terkejut dan bersusah payah menelan salivanya. Dia benar-benar tidak ada yang dibicarakan dengannya.“Nggak ada. Kenapa?&
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka