Trisha berjalan cepat keluar rumah dan masuk ke dalam taksi yang sudah dia pesan, Zhui bilang dua puluh menit lagi sutradara akan datang untuk menanyakan surat perjanjian itu, jadi wanita gemuk itu tidak mempunyai banyak waktu. Trisha terus memijat pelipis karena rasanya semakin pusing.
Ia pun menyuruh sopir itu untuk melaju lebih cepat, untung saja jalanan tidak terlalu padat, jadi taksi ini mudah mencari sela. Trisha juga sedikit cemas kalau sutradara lebih dulu datang. Sev pasti akan semakin marah kepadanya.
Trisha sedari tadi melihat jam yang ada di ponselnya, ia juga memantau melalui map untuk memastikan kalau jalur yang diambil oleh sopir itu adalah yang tercepat.
Lima belas menit kemudian, taksi itu terhenti di depan lokasi syuting. Zhui mengatakan kalau Sev sudah menunggunya di luar, tapi di luar tidak ada siapapun.
“Mbak, mau turun atau tidak, ya?” tanya sopir itu yang membuat Trisha tersenyum canggung.
Trisha pun member
Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan apapun. Sev fokus menyetir, dan Trisha bingung karena harus memulai pembicaraan apa. Dia terus menatap keluar jendela untuk mengatur detak jantungnya yang mendadak berdegup kencang. Dia ingat betul kalau suster hanya mengatakan kalau penyakit lamanya kambuh, tidak ada penyakit tambahan seperti jantung.Tapi kenapa kini jantungnya berdetak lebih cepat?Trisha menggigit bibir bawahnya, dia tidak biasa keheningan seperti ini. Wanita gemuk itu sendiri juga bingung harus bicara apa. Tidak mungkinkan kalau dia memohon pada Sev untuk menerimanya lagi sebagai asisten? Sama aja itu merendahkan diri sendiri, bukan?Wanita gemuk itu menghela napas panjang dan menoleh pada Sev. Saat menoleh, lelaki itu juga melihatnya sekilas.“Mau ngomong apa?” tanya Sev yang membuat Trisha sedikit terkejut dan bersusah payah menelan salivanya. Dia benar-benar tidak ada yang dibicarakan dengannya.“Nggak ada. Kenapa?&
“Tumben mau traktir gue, udah kaya lo?” tanya Vanda seraya duduk di hadapan Trisha yang tengah menikmati matcha latte kesukaannya. Wanita gemuk itu hanya memutar bola matanya malas tanpa mengucap sepatah kata pun.“Gue boleh pesan apa aja, nih?” tanyanya lagi untuk memastikan kalau Trisha tidak berbohong kepadanya. Dia ingat betul kejadian dua tahun lalu, ketika wanita gemuk itu berbohong. Pada akhirnya Vanda yang bayar, bukan Trisha.Wanita gemuk itu pun menganggukkan kepalanya. “Pesan aja, asal di bawah dua puluh lima ribu, oke?” ujar Trisha dengan menyengir.Vanda sekilas tersenyum, lalu mengambil buku menu untuk memesan. Sudah biasa baginya menghadapi Trisha yang seperti itu, karena ia tahu kalau sahabat dekatnya tidak mempunyai banyak uang dan selalu membatasi pengeluaran.“Gue heran sama lo, Sha. Lo dapat gaji dua kali lipat, kenapa masih berhemat?” tanya Vanda yang membuat Trisha langsung mel
“Maaf nunggu gue lama,” ucap Zhui yang baru saja datang.Trisha pun hanya menganggukkan kepalanya dan mempersilakan wanita itu duduk. “Mau pesan apa, Kak?”“Ah, nggak perlu, gue nggak lama kok.”Trisha yang melihat raut wajah serius Zhui pun masih bingung, kenapa wanita itu mencarinya? Apa Sev ada masalah dengan kontrak kerja? Apa Zhui akan menyalahkannya karena Sev membatalkan perjanjian kontraknya? Bagaimana pun juga ini juga salahnya.“Kenapa, Kak?”“Oke, gue nggak akan basa-basi. Gue dengar lo jadi asisten lagi?” tanya Zhui yang hanya dijawab anggukan oleh Trisha. “Malam ini lo harus tinggal di rumah Sev.”Trisha pun langsung tersedak ketika mendengar ucapan Zhui. Tinggal bersama dengan aktor menyebalkan itu? Bukankah itu sama saja menyerahkan nyawa? Disiksa saat bekerja sekaligus di rumah? Membayangkan saja sudah membuatnya merinding.Zhui memberikan tisu pad
“Lo kenapa ada di rumah gue?” tanya lelaki itu dari belakang Trisha.Trisha pun terlonjak kaget dan membalikkan tubuhnya cepat. “Bikin kaget! Lo dari mana?”“Gue dari perusahaan. Lo sendiri kenapa ada di sini? Bawa koper pula, jangan bilang lo mau nginap di rumah ini?!” tebaknya dengan suara sedikit meninggi.Trisha pun langsung memberikan ponselnya pada Sev. Lelaki itu menatap wanita gemuk dengan pandangan tidak paham. Kenapa tiba-tiba menyodorkan ponsel? Trisha yang tidak sabar pun langsung meletakan di telapak tangan Sev.“Halo, Sev!” panggil Zhui dari dalam telepon yang membuat Sev langsung menatap ponsel itu, dia mematikan pengeras suara, lalu menempelkan di telinga.“Apa lagi yang lo rencanakan, Zhui?” tanya Sev dengan suara tak suka.Trisha pun memilih untuk mundur dan menjauhi lelaki itu karena terlalu menyeramkan jika terlalu lama di lihat. Dia duduk di kursi panjang dengan
Sev membuka matanya dengan raut wajah marah ketika mendengar suara bising dari luar kamar yang mengganggu tidurnya. Dia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul enam pagi, masih ada waktu satu jam untuk tidur sebelum ke perusahaan. Lelaki itu menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan, mencoba untuk kembali tidur.Namun, suara panci dan teriakan wanita yang nyaring itu membuatnya kembali memejamkan mata dengan mengusap wajahnya kasar. Ia pun memutuskan untuk beranjak dari kasur untuk melihat apa yang terjadi di luar.“Lo bisa nggak, sih, jangan membuat keributan!” tanya Sev dengan nada marah dan tatapan mata tajam.Trisha yang terkejut mendengar bentakan Sev pun bersusah payah menelan salivanya dengan menundukkan kepalanya. Dia menyembunyikan tangannya yang terluka akibat air panas. “Maaf ganggu.”Sev menghela napas panjang dengan mengangguk dan tersenyum paksa. “Oke, gue maafkan. Awas aja kalau lo berisik!” ketus
“Jadi … kabar apa yang mau lo sampaikan. Sepuluh menit dari sekarang, Van.”“Lo buru-buru banget?” tanya Vanda melihat raut wajah Trisha yang terlihat sedikit cemas.“Banget! Jam delapan gue harus udah sampai di perusahaan. Gimana kalau Sev pecat gue lagi?”Vanda mengangguk paham dan mengangkat tangan Trisha yang terbalut perban. “Lo baru satu malam tidur di rumah Sev, tapi udah luka gini? Sev nggak nindas lo, kan?”Trisha pun langsung menarik tangannya dari Vanda dan menghela napas panjang. “Bahas ini belakangan, Van. Sekarang kabar lo. Buruan!”“Oh, oke. Gue cuma ada dua kabar, yang pertama …” Vanda memberikan map biru pada Trisha. Dengan cepat wanita gemuk itu mengambil map itu dan membacanya. “Lomba pemilihan karya baru bulan depan, lo terpilih!” seru Vanda yang sangat bersemangat. Tidak hanya dia yang senang, Trisha pun tidak kalah bahagia mendeng
Sudah dua jam Trisha menunggu dan menemani Sev syuting. Wanita gemuk itu berada tidak jauh dari sang aktor, karena tugasnya sekarang adalah memberikan dia minum ketika istirahat dan menyeka keringat yang ada di wajahnya.Namun, dia beruntung bisa ada diposisi ini. Film yang diperankan olehnya adalah romansa, jadi dia belajar banyak hal tentang keromantisan saat berpacaran.Saat sutradara memberitahu kalau syuting berakhir, Sev langsung pergi begitu saja menuju ruang istirahat. Trisha pun bergegas mengikuti aktor itu dan berdiri di belakangnya. Entah kenapa dia merasa sangat canggung saat berdua dengan Sev.“Ambilin gue minum,” ucap Sev tanpa menoleh dan memainkan game di ponselnya.Trisha mengambil botol yang ada di tas, lalu meletakkan botol itu di meja. Dia kembali berdiri di belakang Sev. Keheningan pun mulai terasa, hanya ada suara dari game yang dimainkan oleh Sev. Trisha sendiri bingung harus berbuat apa.Biasanya ada Zhui yang me
“Hah, lo nggak salah ngomong, kan? Gue jadi asisten lo?” kaget Lio saat mendengar tawaran Trisha untuk menjadi asisten gambarnya. Sebenarnya Lio mau-mau saja, hanya dia sudah sangat lama ingin melepas semua impiannya. Termasuk menjadi mangaka.Trisha menatap Lio dengan penuh harap, cuma lelaki itu satu-satunya orang yang bisa membantunya. Tidak ada lagi yang mereka kenal selainnya. Apalagi mengingat gambaran Lio yang sangat rapi dan halus, tapi kenapa dia terlihat ragu? Apa penawaran yang dia berikan kurang? Pikir wanita gemuk itu dengan mengangat satu alisnya.Dia juga berdoa dalam hati agar lelaki itu mau menolongnya. Kalau saja dia tidak tinggal di rumah Sev, sudah pasti dia bisa mengerjakan itu sendiri. Dia terlalu takut ketahuan kalau menggambar di rumah itu. Bagaimana kalau Sev masuk ke kamar saat ia tertidur? Dengan cepat Trisha menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran itu.“Terlalu jauh pikiran lo, Sha!”
Trisha berjalan di tepi pantai yang sudah tidak ada pengunjung sama sekali. Tiga tahun ini dia selalu datang ke pantai, tempat pertama kali dia bertemu dengan Sev. Dengan harapan lelaki itu datang menghampirinya.Wanita itu kembali menangis ketika teringat pada masa lalunya. Dia benar-benar merindukan lelaki itu. Dia adalah orang yang membuatnya berdiri sampai sekarang, tanpa dia mungkin Trisha tidak akan menjadi mangaka.Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri di hadapannya. “Jangan nangis, nanti make-up lo luntur.”Trisha yang mendengar perkataan itu merasa tidak asing dan langsung mengangkat kepalanya, matanya menatap lelaki itu dengan tatapan tidak percaya.Severino berdiri di hadapannya dengan tersenyum lebar dan membentangkan tangannya. Trisha pun langsung berdiri dengan memeluknya erat.“Kenapa lo nggak kasih tau gue kalo udah balik?!” tanya Trisha dengan menangis sesenggukan.Sev mengelus punggung Trisha den
Tanpa dirasa tiga tahun berlalu dengan sangat cepat. Trisha melewati banyak rintangan dan sukses menjadi mangaka yang memiliki banyak penggemar. Tidak hanya dari Indonesia, tapi dari berbagai negara menyukai komik yang dibuat oleh wanita gemuk itu. Ralat, wanita yang sangat cantik dengan tubuh ideal.Trisha berhasil diet dengan cara memperbaiki pola hidupnya. Tidak ada panggilan wanita gemuk lagi untuknya.Trisha sudah sangat sukses di dunia komik, dia mendapatkan banyak penghargaan dan tawaran dari penerbit. Tidak hanya itu, satu komik yang sudah terjual jutaan eksemplar akan dijadikan film oleh salah satu sutradara terkenal. Benar-benar perkembangan yang pesat.Hanya saja, Trisha masih merasakan ada yang kurang dari semua pencapaian ini. Ya, kehadiran seseorang yang sudah dia tunggu selama tiga tahun.Tanpa di rasa wanita itu menunggu Sev selama tiga tahun. Dia sangat merindukan sosok lelaki itu yang menghilang tanpa kabar.Dua hari yang lalu, Tr
Tiga hari berlalu dengan sangat cepat, tidak bagi Trisha yang merasa kalau hari sangatlah lambat. Selama tiga hari dia tidak keluar dari apartemen, tidak membuka ponsel dan tidak melihat televisi. Semua itu dia lakukan hanya untuk tidak melihat wajah Sev.Trisha berhasil melakukan itu, tapi tidak berhasil melupakan lelaki itu dalam ingatannya. Entah kenapa setiap ingin melupakan, justru dia semakin ingat akan perhatian Sev yang dilakukan diam-diam. Apa kabar dengan lelaki itu? Apa dia semakin menerima banyak tawaran film?Tidak hanya Sev yang dia pikirkan, melainkan memikirkan cara agar komiknya kembali lagi dari platform dan membersihkan namanya itu. Vanda selalu menyuruhnya untuk menenangkan pikiran dan istirahat satu minggu.Namun, baru lima hari dia sudah merasa bosan dan ingin kembali bekerja seperti biasanya. Dia ingin melihat Sev meski dari kejauhan. Ia juga sudah menghitung total tabungan yang dimiliki. Uangnya hanya bisa membayar setengah dari jumlah to
Langkah Sev terhenti di tepi pantai, dia menatap tempat pertama kali bertemu dengan Trisha. Pertemuan yang pada saat itu Trisha tidak tahu kalau Sev adalah aktor. Lelaki itu duduk tanpa menggunakan alas apapun, pandangannya lurus ke depan.Entah kenapa, wanita itu membuat perubahan terbesar dalam hidupnya. Sev belum bisa melupakan Trisha, tapi dia ingin melupakan dia agar bisa pergi meninggalkan Indonesia dengan mudah. Yang ada di pikirannya adalah ‘apa dia mau menunggunya?’Sev merasa kalau Trisha sudah membenci dan tidak ingin bertemu lagi. Lelaki itu melirik ke kanan, dia mendapati wanita gemuk yang duduk seorang diri di tepi pantai dengan memakan burger. Bukankah itu sama seperti Trisha dulu? Bibir Sev perlahan tersenyum.Lelaki tampan itu mulai menyadari perasaannya. Dia tidak menyukai Tiana, yang dia sukai adalah Trisha. Hanya wanita itu yang membuatnya nyaman. Namun, sekarang sudah terlambat. Sev ingin mengulang semuanya, dia ingin lebih dekat
Tok … tok … tok …“Kak, ada yang cari lo,” ucap Beni dari luar ruangan yang sedikit berteriak.Zhui yang mendengar ucapan Beni kembali membuka matanya perlahan dengan menarik napas panjang dan mengembuskan dengan perlahan. “Ya, tunggu!” teriaknya seraya membenarkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah Sev yang masih memejamkan mata.“Gue harap, lo nggak melakukan hal buat gue marah! Jangan klarifikasi kalo lo nggak mau kehilangan pekerjaan lo!” perintah Zhui berdiri dari duduknya.“Gue nggak janji,” jawab Sev yang membuat Zhui mendengus dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan meninggalkan Sev.Saat mendengar suara pintu tertutup, Sev membuka matanya perlahan seraya mengeluarkan ponselnya dari saku. Dia menatap seisi ruangan dengan senyuman samar. “Maaf, Zhui. Gue harus melakukan sesuatu. Gue nggak mau jadi pengecut yang selalu bersembunyi setiap ada masalah,” gum
“Ada apa?” tanya Sev seraya masuk ke ruangannya dan duduk di hadapan Zhui dengan raut wajah bingung.Zhui memijat pelipis untuk sedikit menghilangkan rasa pening, banyak direktur yang menelponnya setelah melihat berita di artikel. Sang manager menyuruh temannya untuk mencari tau siapa yang membuat berita tidak jelas itu. Dia juga menyuruh security untuk memperketat orang yang masuk ke perusahaan untuk mengantisipasi agar tidak ada wartawan yang masuk.Wanita itu memutar laptopnya untuk memperlihatkan kabar yang menjadi trending. Banyak yang bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Tiana, ada juga yang tidak percaya kalau perusak hubungan Tiana adalah Sev.Sev yang membaca isi artikel itu mengepalkan tangannya, dia sangat marah pada orang yang membuat berita tidak benar itu.“Kita harus—““Direktur dan sutradara membatalkan kontrak setelah membaca skandal ini. Masalah lo kali ini sulit untuk diselesaikan, Sev
Sev yang tengah menunggu pesanannya di restoran hanya diam dengan menatap luar jendela. Dia memikirkan ucapan Zhui. Apa dia sudah keterlaluan pada Trisha?Dia mengamati beberapa pengunjung yang bermesraan dan saling mengobrol, tiba-tiba saja dia teringat pada Trisha saat makan berdua di restoran, dia juga ingat saat dia sering mengajaknya berbicara dan bermain game.Sev mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan panggilan telepon dari Zhui. Dia membuka platform dan mencari komik milik wanita gemuk itu. Melihat banyak chapter yang sudah diterbitkan membuat perkataan Zhui terngiang di dalam pikirannya.“Dia udah banyak berkorban sama pekerjaan ini. Pagi dia jadi asisten lo, malam dia buat komik.”Apa benar yang diucapkan oleh Zhui? Itu artinya dia hanya tidur satu jam setiap harinya? Pikir Sev yang melihat waktu penerbitan komik itu. Banyak chapter yang diterbitkan antara pukul tiga atau empat subuh. Sev tau kalau wanita gemuk itu selalu ba
Trisha sementara waktu tinggal di apartemen Vanda karena rumah dan studio sudah dikerubungi oleh wartawan untuk meminta kejelasan. Wanita gemuk itu juga terus menghubungi Sev meski pesan tidak ada yang dijawab satu pun. Jangankan dibalas, dibaca pun tidak.Wanita itu hanya bisa melihat Sev dari televisi. Dia tidak diperbolehkan keluar rumah sampai wartawan pergi dengan sendirinya. Sev pun tidak memberikan tanggapan lagi, dia hanya bilang kalau akan menuntutnya. Benar ucapan Lio. Sev tidak akan tinggal diam.Yang wanita gemuk itu pikirkan sekarang adalah cara membayar uang kompensasi untuk penerbit dan tuntutan Sev. Uang tabungan Trisha tidak cukup, dia juga tidak mau merepotkan orang di sekitarnya. Trisha merasa kalau ini adalah masalahnya sendiri.Seharusnya Trisha tidak menjadi asisten Sev dan memilih untuk mencari referensi lain. Namun, sudah terlambat untuk menyesali.Trisha merebahkan tubuhnya di kasur dengan menatap langit dari jendela, entah kenapa
Trisha sedari tadi melihat ke layar ponsel dengan harapan kalau Sev membalas pesannya. Namun, nihil. Sudah dua jam tidak ada balasan darinya. Hati wanita gemuk itu gusar dan bingung harus berbuat apa. Hanya satu yang diinginkan olehnya, Sev memaafkannya.Vanda yang melihat Trisha tampak gelisah pun hanya bisa menghela napas panjang sambil memakan cheese cake strawberry yang baru saja datang. Dia juga bingung harus membantu sahabatnya itu bagaimana.“Sha, udah dua jam lo lihat ke ponsel, tapi tetep aja nggak ada balesan. Sev butuh waktu buat maafin lo,” ucap Vanda dengan wajah datarnya.Trisha meletakan ponsel di meja dengan melihat ke arah Vanda. “Menurut lo … Sev bakal maafin gue nggak?” tanya Trisha.Vanda mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tau. Namun, melihat tingkah Trisha yang berbeda sebelumnya membuat ia curiga. “Kenapa lo khawatir banget soal Sev maafin lo apa nggak? Jangan bilang lo … suka