"Ayah, apakah itu penting?"
"Dia memanfaatkan kelemahanmu untuk membantu Fien Clark. Aku tahu kau tak mencintai siapapun selain Fien Clark, dan laki-laki itu hanya mengambil keuntungan darimu, apa aku salah, putriku?"
"Tapi ayah, dia mencintaiku," lirihnya.
Felix memicingkan matanya, ia bahkan baru tahu Grace membutuhkan cinta selain Fien.
"Itu hanya omong kosong. Aku akan mengadakan perhitungan dengannya, berikan nomornya kepadaku," kata Felix.
"Tidak, jangan lakukan apapun kepadanya. Kumohon," Grace kembali berlutut di depan ayahnya.
"Setelah semua ini terjadi, pria tua ini tak bisa membiarkan segalanya lepas kendali. Tenangkan diri sendiri alih alih banyak mengeluh," ujarnya lalu pergi meninggalkan Grace yang masih bersimpuh.
Grace tahu, kalau ayahnya tak akan berhenti mencari keberadaan Peter.
*
Fien Clark merayakan perceraian dengan mengunjungi ayahnya. Ia tahu Jennifer ibunya juga berada di rumah ayahnya.
"I
Alice sedikit was was dengan pertanyaan dokter, hatinya sungguh sakit menghadapi persalinan tanpa seorang suami. Beberapa kali ia memikirkan ia masih belum bisa menemukan jawaban sosok seperti apa pria yang bersamanya. Antonio sepertinya tahu tapi memilih untuk tidak mengatakannya.Ia menatap Antonio yang memasuki ruang dokter sendirian. Ada apa sebenarnya sehingga hanya mereka yang berbicara?Antonio duduk di hadapan dokter."Alice terlihat drop, persalinan ini akan dilakukan sesegera mungkin selama kondisi mentalnya membaik. Terlebih traumatis yang masih belum hilang sepenuhnya seharusnya ia agak sedikit tenang kali ini," ujar sang dokter menasehati.Antonio mengangguk. Ia tahu Alice mengalami tekanan yang membuatnya banyak berpikir sekarang ini. Terutama ia mendesak untuk mengetahui siapa ayah bayinya tersebut."Apa yang dokter katakan?" tanya Alice saat Antonio keluar dari ruangan dokter."Tidak ada, dokter memintaku kau menyiapkan menta
Kehamilan Grace membuat Peter tercengang. Ia memang berharap bisa menikahi Grace, tapi situasi yang sangat kacau ini tentu tidak menguntungkan. Mengingat, Fien akan mengajukan tuntutan pembunuhan itu.Ia segera bergegas untuk menemukan Fien Clark yang kini berada di kota lain.Sementara itu Fien Clark merasa jengah karena terlalu banyak keluyuran kesana kemari tanpa arah. Ia bahkan berada di bandara seharian atau ke tempat tempat wisata. Pikirkan yang selalu dipenuhi Alice dan Alice."Apa dia sungguh tak berada di kota ini? Tak mungkin! Aku bahkan melihatnya dua kali," gerutunya menatap jalanan pasar tradisional yang dipenuhi pengunjung wanita.Lalu ia menghubungi Eddie."Eddie, siapkan berkas tuntutan untuk Grace. Meskipun Alice tak bisa kutemukan, aku tetap akan menuntutnya," terang Fien Clark."Baik, Tuan. Ah ya, siapkan aku penerbangan dalam beberapa hari ini. Aku akan segera menyelesaikan masalah ini.""Menurutku, anda tak us
"Apa yang terjadi? Kenapa dengan Alice?""Kamu sedang menanganinya, sebaiknya Anda keluar ruangan," kata perawat tersebut dan mendorong tubuh Antonio menjauh.Antonio tak bisa melawan, bagaimanapun mereka lebih berwenang menangani Alice dengan keahlian mereka. Saat itu, Sherly tergopoh-gopoh berlarian bersama Barenzki Rudolf ayah Alice."Apa yang terjadi? Apakah bayinya sudah lahir?"Antonio mengangguk lemah."Lalu? Ada apa? Sepertinya terjadi sesuatu bukan? Ataukah ... Alice?"Antonio balas menatap Sherly dengan tatapan kosong. Ia hanya mengingat wajah Alice yang pucat pasi di pembaringan. Bahkan tenaga medis sangat panik karenanya."Hei, kenapa tak menjawab ku?" Sherly makin gusar sementara ayah Antonio hanya menonton dan wajahnya terlihat ikut cemas.Setelah satu jam kemudian, dokter telah mengijinkan mereka untuk menemui Alice dan bayinya."Dokter, apakah Alice putriku baik baik saja?" tanya Barenzki Rudolf pad
"Siapa kau sebenarnya? Lepaskan aku!" pekik Alice membuat orang orang melihatnya sangat kesal."Alice, kenapa kau begitu mudah melupakan aku? Tidakkah kau ingat bagaimana kita dahulu?" kata Fien memelas. Lalu ia menyentuh rahang Alice tapi Alice menepisnya."Pergilah, aku tak mengenalmu. Maaf," Alice berusaha untuk pergi, tapi cekalan Fien Clark semakin kuat dan justru menarik kearah pria itu dengan cepat. Sekali lagi Alice jatuh dalam pelukan Fien Clark."Sialan! Lepaskan aku! Kau pasti yang terburuk dalam hidupku dulu. Apakah kau yang telah berusaha membunuhku? Pergilah atau aku akan berteriak dan membuatmu malu?"Fien Clark tak perduli. Ia mendekap Alice dan menciumi rambut Alice yang wangi. Ia rindu aroma yang sangat ia kenal itu.Pada saat seperti itu, orang orang merasa kasihan dengan Alice dan meminta pihak kafe untuk menengahi mereka."Apa yang terjadi, Tuan. Kenapa Anda mengganggu pengunjung kami?""Sialan! Jangan ikut campur
Antonio menggendong Alex yang begitu menggemaskan. Bocah itu tertawa senang saat melihat Alice ada di depannya. Tentu saja bocah itu mencari ibunya yang sejak tadi tak kelihatan."Putramu mencarimu, kau tak kunjung kelihatan," kata Antonio kemudian, saat itu ia melihat Alice terlihat gugup. "Tapi apa yang terjadi?""Tak ada. Ayo kita pulang," ujarnya dan mengambil Alex dari gendongan Antonio.Di mobil, Alice terlihat murung tak banyak berbicara. Ia merasa tertekan dengan kondisi dirinya yang masih belum juga mengingat apapun tentang hidupnya.Sekarang ini ia sungguh membutuhkan masa lalunya demi Alex. Tak mungkin Alex lahir tanpa seorang ayah. Lalu ia membelai rambut kepala Alex dengan lembut. Sejak tadi, Alex hanya menatap mata Alice dan menyusu. Seakan bocah itu mengerti apa yang sedang Alice alami.#Fien Clark tertegun di tepian sungai. Ia tak bisa melupakan pertemuan dengan Alice yang menyebalkan. Suasana kafe dan Alice yang tak mengena
Bella memungut pakaiannya, lalu mengenakannya perlahan. Ia bisa melihat Fien Clark sama sekali tak terhibur."Bella, kau bisa minum sebanyak kau mau. Jangan khawatir dengan bayarannya. Aku akan membayar cukup pantas," ujarnya."Terimakasih, Tuan. Tapi sepertinya aku tak bisa membuatmu terhibur. Anda sangat berbeda dengan tamu yang biasa datang ke tempat ini," kata Bella lalu menuang segelas bir untuknya."Tidak, kau menghiburku. Hanya saja aku merasa kedatanganku ke kota Inis sepertinya sia sia. Dia bahkan tak mengingatku sama sekali meskipun aku adalah kekasihnya."Bella mendengarkan dengan baik ucapan Fien Clark yang sedang kecewa dan patah hati."Apakah anda yakin bahwa dia melupakan Anda, Tuan? Bahkan aku saja yang hanya sekali bertemu dengan Tuan akan sulit melupakan orang seperti Anda."Fien Clark terkekeh dengan penuturan Bella. Gadis itu ternyata cukup menghibur."Apa warna rambut aslimu?""Aku?"Fien menga
Bella berdebar hebat, napasnya memburu dalam pagutan Fien Clark. Sampai pada suatu titik Fien Clark mengehentikan aksinya dan membuat gadis itu terlihat kecewa."Aku melakukan pelanggaran bukan? Mereka bilang, aku tak bisa menyentuh penari di sini," ujar Fien."Tidak, ini kesalahanku. Jangan khawatir, mereka hanya akan memberikan denda jika aku yang komplain."Fien Clark bangkit untuk turun dari bathtub. Sebenarnya ia memang tak mau melakukan hal semacam itu sementara kepalanya masih dipenuhi Alice."Maaf, kita terbawa suasana tadi. Bisakah kita menyudahi ini."Setelah mengatakan hal itu, Fien membilas tubuhnya dengan mengguyur dirinya di bawah shower dan Bella juga melakukan hal yang sama.Bella melihat raut wajah Fien yang begitu murung sehingga ia tak mampu berkata-kata."Di tempat ini, banyak tempat yang indah jika kau mau. Jangan khawatir, kalau kau mau aku akan memberikan layanan itu secara gratis untukmu. Besok aku libur
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Bella saat Fien Clark mengatakan menemui dokter yang menangani pengobatannya."Aku akan membawamu ke rumah sakit pusat di kota. Dokter menyarankan pengobatan yang lebih serius agar tidak terlambat.""Tidak mungkin, biaya pengobatan di sana sangat mahal. Aku tak akan kuat menjalaninya."Bella mendengkus. Efek kemoterapi belum hilang sepenuhnya. Pada siklus kedua ini ia merasa cukup berat melakukannya. Ucapan Fien membuatnya semakin mual."Aku ingin kau mendapatkan pelayanan terbaik. Aku akan membayar semua pengobatan sampai kau sembuh total. Untuk persahabatan kita, kumohon terima saja tawaranku, oke?"Bella tak menjawab. Ia sedang memikirkan pekerjaannya, mana mungkin ia bolak balik ke kota, itu terlau jauh."Tuan, aku tak bisa menerimanya. Aku harus bekerja, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang bisa membayarku dengan harga tinggi.""Kau masih penariku, Bella. Aku yang akan membayar gajimu dengan
Fien Clark hanya pasrah kemana Alice dan Alex membawanya. Hingga akhirnya Alex tahu bahwa mereka menuju sebuah arena bermain."Wah, permainan apa yang akan kita mainkan?""Tidak sulit, ini cuma roll coaster, kau pasti akan menyukainya."Fien Clark makin terkejut. ia tak pernah tahu Alice suka dengan yang seperti ini.Sebenarnya Fien Clark tak pernah punya kesempatan untuk melakukan hal semacam itu. Ia bahkan merasa ngeri membayangkan sensasi semacam itu."Alice, bagaimana kalau kalian berdua saja yang melakukannya?""Apakah kau takut?""Ah, bukan begitu.... tapi aku merasa tak punya pengalaman.""Nah, itulah sebabnya kau harus mencobanya.""Daddy, aku percaya Daddy lebih hebat dari paman Erick. Jadi, Daddy harus mencoba. Bagaimana?"Mendapatkan tantangan dari Alex, Fien Clark tak berdaya. Ia terpaksa menuruti kemauan putranya apalagi setelah kejadian burung yang kabur tadi."Oke, tapi kalian harus jamin semua baik baik saja."Alex dan Alice melakukan tepukan toast tanda sepakat. "Ali
"Tapi Alice, balas dendam sangat tidak bagus dalam hidup kita ini. Kita harus selalu memaafkan dan tidak selalu menjadikan kemarahan itu hal yang penting. Dengan begitu hidup kita akan menjadi tenang dan membahagiakan.""Baik, tapi... apakah kita harus jujur dalam sesuatu? Misalnya haruskah kita jujur dalam sebuah kesalahan dan mengakuinya?""Tentu saja? Manusia yang baik adalah yang jujur. Bukankah begitu Alex?""Jadi, kau sungguh tak tahu siapa pria mengumopatku waktu itu?"Fien Clark melebarkan matanya. Ternyata Alice sungguh mengingat semuanya."Ah...itu...," ia mulai menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Uhmm, baiklah... aku mengakui bahwa itu adalah aku... maafkan ya...humm?"Alice sangat gemas dengan mimik wajah Fien Clark yang lucu sehingga ia mencubit kedua pipi Fien Clark."Alice, kau pasti sangat sedih waktu itu. Kau kehilangan pria sebaik saudaraku."Alice hanya diam, ia merasa itu hanya samar. Baginya hanya ada Fien Clark saat ini, kesedihan itu sepertinya hilang bersam
Ya, secara diam diam kebetulan Alice sering mengunjungi makam Erick tanpa sepengetahuan Fien Clark. Ia ingin tahu sejauh mana hubungan mereka dulu sehingga ia diam diam mengenang perjalanan ke makam tersebut. nyatanya ia hanya ingat seorang pria yang sering mengintai dirinya di makam tersebut. Ia tahu betul bahwa pria itu adalah Fien Clark. Untuk sebuah alibi, Alice akan mengajak Alex berjalan jalan dan memberi banyak makanan sehingga Alex melupakan masalah berdiam diri di makam dan hanya mengingat senangnya bepergian itu."Mau pergi kemana?" Fien Clark sedikit memiringkan kepalanya."Ayolah Daddy, sesekali kita ke makam paman Erick. Mommy sering membawaku ke sana.""Alice? Adakah penjelasan untukku?""Apa yang harus kujelaskan? Kau bisa ikut jika mau. Toh aku hanya berkunjung dan pergi bersenang senang dengan Alex. Kenapa? Kau cemburu?""Aku? Cemburu? Hah, bagaimana mungkin?"Alice mengulum senyum, ia tahu ekspresi Fien Clark yang masih saja cemburu."Bagus, aku senang pria yang spo
Banyak hal yang dilalui, Peter sedikit bersyukur pada akhirnya keadaan menyatukan mereka.bersama kondisi kejiwaan Grace yang berubah. Ketulusannya membuahkan hasil, sebagaimana Fien Clark yang berhasil mendapatkan wanita yang dicintainya. Di sisi lain Peter juga harus kehilangan sahabatnya Fien Clark karena sebab perbuatan Grace. Akan tetapi ia juga menyadari, bahwa kehidupan memang tak sempurna dan berjalan mulus sesuai keinginan. Ia kehilangan Fien Clark, tapi mendapatkan Grace. Sekarang ia hanya perlu memperbaiki semua sisi yang ia mampu, berharap Grace bisa mencintai sebagai ia mencintainya.Bagi Fien Clark, Peter adalah yang terbaik. Disaat semua membenci karakter Grace, pria itu malah menyukainya. Bahkan rela melakukan apapun."Maafkan Grace, aku tahu dia tak bisa memikirkan hal lain selain mengganggu hidupmu," kata Peter suatu hari saat menemui Fien Clark."Suatu hari nanti, aku berharap kita akan bertemu dalam keadaan melupakan semua dendam dan kesalahan Grace dan juga kesalah
Grace terus mencoba mengerti apa yang Peter ucapkan. Baginya itu terlalu menakutkan jika harus bersama dengan pria yang tidak dicintainya, tapi lihatlah apakah cinta itu begitu penting untuk dibahas lagi sementara ia hanyalah wanita yang butuh dengan superhero seperti Peter?Seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang dan cinta, ia bahkan sedikit canggung dan benci karena itu adalah putra Peter."Kenapa kau sanggup menjalani hal semacam ini? Aku merasa terlalu banyak berhutang kepadamu. Bagaimana aku bisa lepas dari dirimu?""Kalau begitu, jangan pernah mencoba untuk pergi dariku. Aku akan mencari kemanapun kau pergi. Lagipula aku sudah tak perlu merasa khawatir karena semua sudah berakhir. Percayalah, kau justru yang akan merindukan aku, hmm?"Grace tersenyum. Sebenarnya itu mulai bisa dibenarkan."Jangan terlalu percaya diri. Bagaimana kalau ternyata aku benar-benar pergi darimu, kau mungkin juga sudah bosan menderita."Peter menatap tajam Grace, hati kecilnya sebenarnya t
Bukan hal yang aneh lagi, kalau Alice dan Fien Clark cenderung sering berdebat seperti orang bertengkar. Siapapun yang melihatnya akan merasa pasangan ini justru terlalu sering mengumbar kebersamaan."Lihat, kau ini wanita kenapa nggak nurut sama suamimu," begitu kata Fien Clark kalau sudah kalah debat."Ya ampun, apa itu sangat membuatamu senang? Aku menurut tapi menyimpan ketidak sukaan, nggak terima dan benci. Lebih baik aku mengatakan argumentasi, kalah menang memang bukan tujuan." "Begitu?"Fien Clark menyerah, Alice memang sangat pintar berargumentasi dengan sesuatu yang lebih masuk akal.Selain itu, cinta memang telah membuat ia sepenuhnya mempercayai Alice dan sangat ingin membuatnya bahagia. Ia tak ingin menyesal dan kehilangan Alice lagi yang membuatnya menderita."Kau bisa memilih gadis lain yang lebih baik dan cantik dariku seandainya kau tak menemukan aku pada waktu itu," suatu hari mereka berbincang tentang kisah bagaimana Fien Clark berjuang mencari keberadaan Alice."
Hampir saja membuat Barenzki menyesali apa yang terjadi kalau saja bukan karena gadis biasa seperti Sherly, yang selalu membuat Antonio tegar, melupakan Cindy dengan cepat. Ah, Fernandez bahkan berharap Antonio sungguh melupakan Cindy sama sekali.Kabarnya gadis itu telah kehilangan pekerjaannya karena terlalu berani menerima suap dari klien sehingga menghilangkan tanda bukti kejahatan seseorang. Salah satunya adalah kasus pembunuhan Grace dan komplotannya, ia menerima suap dari Wiliam, paman Grace. Pada akhirnya karir Cindy hancur, begitu juga keluarga Grace menerima hasil dari perbuatan mereka masing masing.Antonio akhirnya menyadari bahwa Cindy bukan wanita yang seharusnya dicintai. Bisa saja cinta itu sulit untuk dibuang, akan tetapi seorang pria pasti berharap hidupnya penuh ketenangan dan tidak mau dikhianati.Hal itu lambat lain membuat Antonio akhirnya menerima Sherly yang memang telah lama menyukai Antonio."Daddy, kemana saja, Antonio mencarimu sejak tadi." Tiba tiba Sherl
Tentu saja Alice menggelengkan gelengkan kepalanya dengan tingkah kedua ayahnya tersebut.Mereka hanya meributkan soal apakah Alice akan aktif dalam perusahaan ayahnya atau akan tetap bersama keluarga Fien Clark dengan aktifitas dirinya yang hanya mengurusi rumah tangga."Daddy, perusahaan itu bisa diserahkan kepada Sherly, dia lebih punya latar belakang bekerja, dan aku cuma sekolah rendahan. Tak akan bagus hasilnya sehingga usaha yang kau rintis itu hanya akan hancur di tanganku.""Ah, itu bisa dipelajari sambil bekerja. Kau juga pintar dan punya kemampuan, aku yakin itu.""Tidak, Daddy. Biarkan saja usaha itu dikelola Antonio dan Sherly dan aku hanya dapat hasilnya saja meskipun sedikit. Aku sudah cukup berlebih di sini, dan Antonio juga sudah mapan, Daddy tidak perlu khawatir tentang anak-anak Daddy.""Oh, jadi kau hanya mau terima beres ya? hmm?"Alice tertawa. Ia tahu ayahnya melunak, tak bisa lagi berbuat apa-apa dengan keputusannya."Benar, aku yakin Fien Clark tidak akan setu
Terbayang dalam ingatan, bagaimana ia berusaha dengan keras berbuat adil kepada dua orang anak lelaki yang merupakan putra Jenifer dan juga putranya, mereka dalam tanggung jawabnya sebagai seorang ibu setelah Jenifer pergi dari rumah itu. Akan tetapi berjalan waktu dirinya mulai menyesal karena tak semudah itu menjadi ibu Fien Clark. Bocah itu selalu protes dan memintanya pergi dari rumah. Sifat Fien Clark sangat keras seperti ayahnya, dan karena kerasnya mereka tidak pernah akur samasekali. Adapun putranya, Erick Davis, bocah itu selalu mengalah dalam banyak hal. Seolah-olah mengerti posisi dirinya. Seakan mengerti bahwa ibunya adalah orang yang pantas untuk disalahkan atas perceraian antara Fernandez dengan Jenifer. Mengingat hal itu, hati Nancy sangat terluka. Pada akhirnya putranya justru membenci dirinya, ibunya sendiri. Adapun dengan Fien Clark, saudara tirinya, Erick Davis selalu membela dan menyayangi kakak tirinya meskipun ia diperlakukan dengan sangat menyedihkan.Nancy