Seorang pria bertampang preman, bertubuh kekar dan memakai jaket hitam berdiri di depan meja pendaftaran. "Boby, Boby Owen," si pria menyebutkan namanya. "Aku punya janji temu."
Kebetulan saja Alex melintas disana, dia melihat gerak-gerik yang aneh pada diri Boby. Genangan yang cukup banyak berwarna merah mengelilingi pijakan kakinya. Ternyata tetesan darah yang keluar dari tubuh Boby,
"Permisi, pak, eh, kau berdarah, apa kau tidak keberatan jika aku ..." Alex berusaha mencari sumber luka.
"Tentu tentu," pria bertampang preman berhati pramuka ini masih cengengesan meski tubuhnya terluka. Dia lantas membuka jaket nya.
"Lihatlah, Ini sebuah tembakan," Sekonyong-konyong mata Alek terbelalak melihat lubang peluru di lengan kiri atas Boby."
"Yeah," jawab Boby santai.
"Kita mendapat luka tembak. Kita harus membawanya ke IGD. Duduk, Tuan ..." Alex berteriak panik minta bantuan.
"Uh ... Aku Boby. Baiklah, tapi ini bukan keadaan
Izzie masih memberikan arahan mengenai tindakan yang akan dia lakukan pada Mario. Hanya saja dia merasa, terlalu banyak drama yang harus dia tonton dari pasangan Mario dan Maya."Akan lebih aman untuk menunggu sampai makan siangmu dicerna sebelum kita melakukan prosedurnya.""Sempurna," cetus Maya. "ini seharusnya sempurna, aku berharap bisa berada di Bali sekarang juga."Izzie tidak memberi kesempatan pada Maya untuk bicara. "Kamu akan berada di bawah sedasi* yang berarti kau akan terjaga, tapi tak akan merasakan apapun."Tunggu tunggu. Apakah ini akan menyakitkan?" tanya Mario pada Izie."Kami akan memberimu sesuatu untuk rasa sakit.Ternyata Maya belum puas memarahi Mario. "Kamu tahu bagaimana kau membuatku terlihat bodoh?""Kupikir kau akan menganggap ini lucu." Meskipun dengan susah payah, tetap saja Mario berusaha menjawabnya. Posisi Izzie yang dipaksa ada di tengah-tengah mereka
Sementara perhatian Izzie terfokus dengan tindakan yang dilaksanakan pada Mario. Ocehan Maya yang tak ada letihnya membuat Izzie sedikit kesal."Aku tidak akan berada di sini jika tidak..." [Monitor bip] Apa kamu benar ingin tahu.mengapa saya pergi?!" Maya berteriak di telinga Mario. "Bagaimana bila alasanya karena kau mulai bersikeras bahwa aku harus keluar dari pekerjaanku, ketika aku menghasilkan lebih banyak uang daripada kamu?"Mario tidak menjawab karena sedang ditindak. Sedangkan kesabaran Izzie sendiri sudah mencapai ubun-ubun. "Itu seharusnya menjadi sedotan terakhir." Maya masih belum juga mau berhenti. "Sedotan terakhir seharusnya terjadi ketika aku mengetahui telepon tersebut yang terus Kamu tolak dari wanita lain benar-benar berasal dari ibumu!""Ini tidak sehat. Diamlah!" Akhirnya Izzie membentaknya. "Bisakah kalian berdua berhenti?!"Maya tetep saja nyerocos. "Kau tidak mencintai aku, Rio. Ka
♥Diary Gina/ Kau tahu kenapa pada masa kecil kau percaya pada dongeng? Fantasi itu tentang apa jadinya hidupmu. Gaun putih, Prince Charming, yang akan membawamu pergi ke sebuah kastil di atas bukit. Kau akan berbaring di tempat tidur di malam hari dengan mata tertutup, dan kau memiliki keyakinan yang lengkap dan utuh.♥Daniel bersiap-siap untuk berangkat kerja. Gina yang sedari tadi memperhatikannya membuat Daniel salting pagi itu. Sudah tak ada lagi yang dirahasiakan dari Izzie dan Gaby. Sebentar lagi mereka akan turun ke dapur lantas sarapan bersama-sama atau hanya sekedar menikmati kopi panas.Sementara itu, ditemani Gaby, Izzie masih saja berkutat dengan resep kue nya. "Delapan jam, 16 ons coklat dan 32 cupcakes, dan semuanya masih terasa salah," Izzie mendengus. Beberapa cipratan tepung menempel di rambutnya yang terikat ke belakang.♥DG/ Sinterklas, peri gigi, pangeran tampan. Mereka ter
Alex dan Gaby berada dalam satu ruangan untuk melakukan intubasi* pada pasien dr. Bram yang tak sadarkan diri. Sebenarnya Alex sudah menawarkan bantuan. Hanya saja Gaby bersikeras untuk melakukannya sendiri."Mm-hmm. Ew. Tebal, pendek leher. Ini tidak bagus. Sulit untuk intubasi. Kau ingin aku melakukan itu?" tanya Alex. Mereka tidak tahu kalau dr. Bram memperhatikannya dari luar."Dia pasienku. Aku baik-baik saja," tolak Gaby. "Aku belum bisa melihat apa-apa. Tolong suction!" Gaby meminta tolong pada Alex."Jangan mematahkan gigi apapun."Gaby merasa diremehkan lantas membentak Alex. "Aku tahu ... bukankah menurutmu aku tahu?""Pulse ox turun 87 persen.""Beri dia oksigen!" Pinta Gaby."Tentu, tadi kamu tidak ingin aku melakukan itu?" Alex mulai ngeyel."Tidak, sial itu! Tabung." Gaby mulai panik."Ada di kerongkongan. Tidakkah kamu tahu esofagus dari trakea*?" Ejek Alex."Anatomi kacau di sini," elak Gaby.
Siang itu Tn William tiba-tiba mengeluh bahwa dia tidak bisa menggerakan tangannya. Daniel dan Gina yang masih berada di kamarnya langsung berusaha memberikan tindakan yang tepat untuk Tn William."Permisi." Tn Will memanggil dr. Daniel. Pertama kakiku, lalu perut. Allah. Dokter! Dok, tanganku tak bisa bergerak."Daniel langsung berlari mendekati ranjang Tn William. "Remas jari saya," pinta Daniel."Aku tidak bisa." Jawab Tn William."Disini. Terasa tidak?" tanya Daniel sambil menusuk lengan Tn William dengan Karim. "Beritahu saya jika Kamu merasakan sakit. Bagaimana dengan ini?" Daniel menusuk lengan Tn William di tempat yang berbeda. "Sini?" Tn William menggelengkan kepalanya. "Terasa sesuatu disini? dibawah sini?" tetap saja Tn William menggelengkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan segera kembali." Daniel memanggil perawat yang membantunya. "Perawat, batalkan MRI kedua. Persiapkan ruangan untuk operasi." Perintah Daniel."Kamu beroperasi? Operasi a
Sudah hampir tujuh jam Daniel dan Gina melakukan operasi pada Tn. William."Drainase dan Suction," pinta Daniel pada perawatnya."Disiapkan…"Daniel mulai menghisap darah di sekitar tulang belakang yang diperbaiki."Apa ini?" gumam Gina pelan."Lihat sendiri. Thoracic* tulang belakang kedua," dengan bangga Daniel memamerkan ketepatannya dalam mendiagnosa penyakit Tn. William.Lagi-lagi Gina terkejut. "Oh, Tuhanku. Aku melihatnya. Memang benar-benar ada.""Tentu saja," cetus Daniel bangga. "Hisap dan buang pendarahannya, ya?"Akhirnya operasi bisa diselesaikan dengan baik oleh Daniel
Bulan demi bulan berjalan tanpa kendala. Dibawanya Gina ke kediaman Daniel menandakan hubungan mereka lebih serius. Kadang-kadang jika waktu libur, Gina menginap di tempat Daniel. Hanya saja seringnya Daniel yang menginap di rumah Gina karena jarak ke RS lebih dekat.♥DG/ Rahasia tidak bisa disembunyikan dalam ilmu pengetahuan. Obat punya cara untuk mengungkapkan kebohongannya. Dalam dinding rumah sakit, kebenaran tidak dapat ditutupi. Bagaimana cara kita menjaga rahasia kita diluar rumah sakit...Yah, itu sedikit berbeda.♥Gagang pintu bergerak, Izzie memanggil-manggil Gaby yang sudah dua jam berada di dalam WC. "Gabb?" panggil Izzie. "Pintunya kau kunci. Aku harus mandi." Gaby yang sebenarnya sedang membaca artikel tentang penyebab gatal dan lecet yang dia rasakan pada penis, kaget karena panggilan Izzie."Ah, Ah, Aku akan keluar sebentar lagi," teriak Gaby dengan nada yang gugup."Kau sedang apa disitu?""Urusan pribadi," jawab Gaby
Seorang pria tua denga perut membengkak memjadi pasien Cristina dan Izzie. Hari itu mereka mulai pemeriksaan, "Tn. Frank, sudah berapa lama perutmu begini?" tanya Cristina."Perutnya membesar selama beberapa waktu," jawab Ny. Frank."Aku sudah bilang padanya ada yang salah," Alice, anak dari tuan Frank ikutan berkomentar. "Tidak ada orang yang menggemuk secepat ini. Sudah ku bilang. Semua orang sudah bilang padanya," dia berbicara dengan nada sinis pada ayahnya."Dia mengidap adanya gumpalan cairan. Pembuluh darah abnormal di dekat kulit," ungkap Izzie."Apa artinya itu?""Kita harus melakukan beberapa pemeriksaan.""Bagus…" sela Alice. "Berapa yang harus kita bayar kali ini?""Alice, jangan!" Ny. Frank memotong ucapan Alice.☆☆☆Menjelang sore Gaby menghampiri ruangan hasil lab untuk mengetahui hasil pemeriksaan dirinya. "Hai, ah, hasil untuk Gaby?""Aku tidak lihat ada disini. Siapa nama pasiennya?"
Izzie terburu-buru pergi ke ruangan anak. Di tangga darurat dia bertemu dengan Alex. Izzie malu-malu saat bertemu Alex. Jelas sekali tampak dari wajahnya kalau dia memang sudah jatuh cinta pada Alex."Hei ... Hei tunggu," sapa Alex.Izzie berhenti dan berbalik "Apa?""Nih ada bulu mata di pipimu," suara Alex manja. "Ayo make A wish." Gurauan Alex berhasil membuat Izzie tertawa.Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan seorang perawat yang sering membantu Alex. Perilaku Alex yang manis tiba-tiba berubah menjadi arogan. Satu hal yang Izzie benci. "Hei, Perawat bodoh. Ada bau orang mati kamar 4125. Lakukan sesuatu sebelum dia membusuk," kata Alex dengan sinis. Izzie lalu berjalan menjauh melihat kelakuannya."Lihat? Itulah yg ingin aku katakan. Kenapa kamu begitu takut meperlihatkan pada orang bahwa kau juga manusia?" Gaby serta Merta menyela."Ingat saat dia memasang wallpaper di tempat itu de
Pagi itu, sebelum berangkat kerja Gina mengajak Cristina Jogging. Selama Jogging tak henti hentinya mereka saling mengumpat. "Oh. kamu bodoh. oh, Tuhan. Kamu seorang gadis jahat bodoh dan aku ingin membunuhmu," umpat Cristina sambil terus berlari.Gina langsung berkomentar. "Endorfin itu baik. Endorfin* adalah lift mood. Ini seharusnya membuat kitamerasa lebih baik. Oh, Tuhan. Apakah kamu merasa lebih baik?" Gina malah balik bertanya pada Cristina."Aku bodoh, nyonya slutty, wanita nakal hamil. Tidur dengan atasan kita.adalah ide yg bagus." Cristina langsung menghela nafas sambil membaringkan dirinya di rumput taman. Gina mengikutinya, dia rebah di sebelah Cristina. "Kamu tahu apa yang menghancurkanku?" kata Gina sambil sesekali mengatur nafasnya. "Kapal feri. Dulu aku suka kapal feri. Dan Daniel berhubungan dengan kapal feri. Sekarang setiap kali aku lihat kapal feri ..."Cristina tak mau kalah, dia ceritakan juga kegalauannya. "Kamu tahu apa yang mengh
dr. Bram mendapatan laporan dari Ny. Paula, sekretaris dia. "Donor dari Jakpus harus berada di sini jam tiga. Tim Harvest dalam perjalanan masuk. Aku perlu menghubungi pusat transplantasi tentang Bob mendapatkan hati anaknya."Gina muncul menghadap pada dr Bram. "dr. Bram? dr.Han membutuhkan OR dan ruangan semua dipesan.""Untuk?" tanya Bram.Gina memberikan hasil pemeriksaan. "Obstruksi usus yang muncul.""Obat-obatan?" cetus dr. Bram sambil melihat hasil Rontgen.Gina menyela. "Sepuluh kepala boneka Judy.""Serius?" dr. Bram terbelalak kaget."Iya..Aku bisa melihat wajah mungil mereka. "Tolong, biarkan aku keluar." Celetuk Paula."Hernia Bump Warner dalam satu, tapi jangankatakan padanya apa yang kita keluarkan," kata Bram pada Gina."Terima kasih."dr. Bram langsung masuk ke ruangan Richard. Disana tampak Adele sedang membereskan barang-barang Richard. "Jika dia tidak bisa dimasuki disini, Dia ingin mem
♥DG/ Aku punya seorang bibi yang setiap kali dia menuangkan sesuatu untukmu, akan berkata, "Katakan kapan."Pagi hari yang sangat menyiksa. Semalaman Gina mabuk berat dan pagi ini dia harus berbaring di kamar mandi karena muntah terus-terusan. "Bukan kita. Itu mereka. Mereka dan anak laki-laki bodoh mereka. Mereka tidak mengatakan bahwa mereka punya istri," ceracau Gina sambil berbaring.Cristina yang rebah diatas bathtub ikut menimpali. "Mereka sama sekali tidak memberi peringatan bahwa mereka akan putus denganmu. Bukan masalah Bram putus dengan aku. Tapi cara dia putus denganku. Seperti itu bisnis. Seperti bisnis ... Seperti dia bos ku." Celoteh Cristina."Dia memang bos kamu," sahut Gina. "Dan yang lebih buruk lagi adalah aku peduli. Aku akan muntah lagi," buru-buru Gina menghampiri Closet.♥DG/ Bibiku akan berkata, "Katakan kapan," dan tentu saja kita tidak pernah melakukannya."Tidak tunggu alarm palsu." Gina mengurungkan niatnya
Ruang bayi masih tetap menjadi tempat menenangkan untuk Gaby dan Gina. Begitu juga hari itu secara tak sengaja mereka bertemu disana.Gaby bergumam, menghafal kata-kata yang akan dia ucapkan pada kepala RS. "Oh, hai, Chief. Tidak, tidak banyak yang terjadi. Selain kepala sementaramu dengan teman aku di tangga, Tapi, hei ... tugas spons menyebalkan.” Gaby bergumam sendiri. Tanpa dia sadari Gina sudah berdiri di sebelahnya. "Kamu berbicara dengan diri Kamu sekarang?" tanya Gina."Ya. Tidak!" Gaby gelagapan."Sialan, aku spons yang buruk. Spons yang bocor. Aku akan membocorkan semua rahasia yang salah. Aku pembohong yang buruk, bahkan tidak bisa berbohong tentang berbicara kepada diri sendiri. Kamu terlihat cantik hari ini." Gaby berusaha mengalihkan perhatian.Gina menjawab. "Pakai lip gloss baru aku. Karena istri mantan pacar aku terlihat seperti lsabella freakin 'Rossellini, dan aku seperti ... aku. A
♥DG/ ☆☆☆♥DG/ Menjadi ahli bedah yg bagus, Kamu harus berpikir seperti ahli bedah. Emosi-emosi berantakan. Menyimpannya dengan rapi. dan langkah ke dalam sebuah bentuk, ruangan steril. Padahal itu prosedur yg simple. potong, jahitan bedah dan tutup.♥Gina duduk di Star Bar. Bar tempat pertama kalinya bertemu dengan Daniel dan kini dia harus disana merayakan kehilangan."Kamu kelihatan familiar. Kamu pernah kemari sebelumnya?" tanya Joe si pemilik bar dengan ramah.""Sekali. Itu berjalan lancar." Jawab GinaJoe tersenyum. "aku tahu tatapan itu. Yang satu dari dua hal. Salah satu bosmu memberimu neraka atau pacarmu. Yang mana itu?""Keduanya." Jawab Gina asal-asalan. "Tetapi kadang-kadang, Kamu dilapisi dengan sebuah luka
Cristina dan Izzie segera melakukan tindakan pada Tn. Frank. "Tn. Frank, kami akan memberikan bius lokal, tapi mungkin kau akan merasa ada tekanan." "OK. Aku siap," jawab Tn Frank dengan percaya diri. "Tekan kulitnya," Cristina menyuruh Izzie. "OK." Selang dimasukan. Cristina melanjutkan tindakanya, "Aku sampai di rongga peritoneum. Cairannya ada darahnya." Gumam Cristina. "Apa memang seharusnya berdarah?" tanya Izzie. "Kalian pernah melakukan ini, kan?" Tn Frank ikut berkomentar. Cristina tersinggung "Tentu saja. Beribu kali." Beberapa saat kemudian Bagus, Mr. Frank. Selang sudah terpasang di tubuh Mr. Frank "OK. Tunggu, tunggu. OK, ayo." "Bagus," sahut Cristina sambil menghela nafas. "Sekarang kita tinggal tunggu." ☆☆☆ Richard dan Daniel langsung memeriksa hasil MRI Richard. "Kau lihat disitu?" Kata Daniel pada Richard. "Mm-hmm." Gumam dr. Richard. "Itu tumor, dan tumorn
Dengan hati-hati Daniel mengetuk pintu ruangan kerja dr. Richard lalu dia duduk tepat di hadapannya, seolah Daniel bisa membaca dengan tepat kegalauan yang tersirat di mata dr. Richard dia langsung bertanya. "Kau menjatuhkan alat operasi." Daniel lalu terdiam, melihat respon dari dr. Richard. "Baiklah…" dr. Richard terdiam sejenak lantas menatap Daniel lekat-lekat. "Beberapa minggu yang lalu, aku menjalani operasi, dan penglihatan di mata kiriku jadi kabur. Setelah beberapa jam, akan kembali normal. Tapi muncul lagi." "Apa kau sudah memeriksanya?" tanya Daniel "Hasil pemeriksaan normal. Dokter mataku bilang karena aku semakin tua. Tapi kau tahu kemerosotan kemampuan penglihatanku bisa berarti apa." "Aku akan siapkan beberapa pemeriksaan." Daniel langsung segera menindaklanjuti keluhan dr. Richard. "Daniel…Aku tahu bagaimana rumor cepat tersebar disini. Jadi cukup simpan untuk kita saja." Daniel segera mengangguk
Seorang pria tua denga perut membengkak memjadi pasien Cristina dan Izzie. Hari itu mereka mulai pemeriksaan, "Tn. Frank, sudah berapa lama perutmu begini?" tanya Cristina."Perutnya membesar selama beberapa waktu," jawab Ny. Frank."Aku sudah bilang padanya ada yang salah," Alice, anak dari tuan Frank ikutan berkomentar. "Tidak ada orang yang menggemuk secepat ini. Sudah ku bilang. Semua orang sudah bilang padanya," dia berbicara dengan nada sinis pada ayahnya."Dia mengidap adanya gumpalan cairan. Pembuluh darah abnormal di dekat kulit," ungkap Izzie."Apa artinya itu?""Kita harus melakukan beberapa pemeriksaan.""Bagus…" sela Alice. "Berapa yang harus kita bayar kali ini?""Alice, jangan!" Ny. Frank memotong ucapan Alice.☆☆☆Menjelang sore Gaby menghampiri ruangan hasil lab untuk mengetahui hasil pemeriksaan dirinya. "Hai, ah, hasil untuk Gaby?""Aku tidak lihat ada disini. Siapa nama pasiennya?"