Bab 29 PRUKKamila berjalan cepat menuju ruangan Gus Zainal sesaat setelah Mbak Aqilah menginformasikan bahwa orang tuanya sudah datang dan menunggu di sana.Sesampainya di depan gerbang, Kamila sudah bisa melihat ayah dan bundanya berdiri menantinya datang. Ia tersenyum ke arah mereka, kemudian berlari dengan merentangkan kedua tangan, bersiap menghambur ke dalam pelukan ayah dan bundanya."Ayah, Bunda, Mila kangen banget loh sama ayah sama bunda," ucapnya manja seraya memeluk erat Ayah dan Bundanya bergantian."Assalamualaikum, anak cantik," ucap sang ayah memberi contoh sekaligus menegur Kamila untuk kesekian kalinya."Iya iya, Yah, waalaikumsalam,"balas Camila sedikit kesal namun ia tetap menampilkan senyum terbaiknya.Kebahagiaan Kamila turut dirasakan oleh Gus Zainal yang menyaksikan pemandangan penuh haru pertemuan anak dan kedua orang tuanya."Kamila terlihat tumbuh dengan kasih sayang, pantas saja, walaupun ia terkesan manja, akan tetapi kepribadiannya cukup baik dan tangguh,
Bab 30 PRUKMobil Grand Livina berwarna abu metalic itu berhenti tepat di depan Kamila. Tanpa membuang-buang waktu Kamila segera membuka pintu dan menduduki tempat di sisi Gus Zainal."Lama banget sih, Gus, ngapain aja?" tanyanya tanpa memandang Gus Zainal, ia sibuk mengecek isi tasnya."Ke kamar mandi sebentar, sama ganti baju," jawab Gus Zainal seraya mulai menjalankan mobilnya.Mendengar itu, Kamila segera menoleh ke arah gus Zainal, merasa penasaran dengan OOTD yang dikenakan Gus Zainal.Saat matanya memandang Gus Zainal, Kamila dibuat terkejut dengan penampilan barunya. Lelaki yang biasanya mengenakan baju koko dan sarung juga kopiah itu kini tampil berbeda dengan celana jeans yang dipadukan dengan kaos panjang berwarna putih. Rambutnya yang sedikit gondrong dibiarkan terurai, membuatnya terlihat lebih fresh."Ini beneran Gus Zainal? Dia kelihatan beda banget dengan penampilan barunya. Sumpah aku nggak nyangka deh Gus Zainal bisa tampil sekeren ini? Dia kelihatan ganteng banget,
Bab 31 PRUK"Apa-apaan nih?!" sentak Kamila seraya menarik paksa tubuh wanita yang tengah bersandar dan bergelayut manja di tangan Dion.Seketika raut wajah lelaki bernama Dion itu berubah tegang. "Mila, kamu di sini?" cicitnya."Kenapa? Kaget kamu kepergok selingkuh? Iya? Hah?! Pantes aja aku chat kamu selalu abai, ternyata gara-gara dia? Dasar gatel!" sarkas Kamila seraya menunjuk wajah cewek yang bersama Dion. Ia semakin berapi-api. Sementara Gus Zainal yang berdiri di belakangnya hanya terdiam. Memberi ruang untuk Kamila meluapkan emosinya."Kamu lagi, Shel, kayak nggak ada cowok lain aja! Sampai ngembat cowok temen sendiri. Kamu punya hati nggak sih, Shell?!" kali ini Kamila mulai menyerang Shella, cewek yang kepergok sedang bermanja-manja dengan kekasihnya itu tak lain adalah Shella, temannya sendiri."Beb ... Plis, ini nggak seperti yang kamu lihat! Ya, kan, Shell?" ucap Dion seraya memberi isyarat melalui matanya pada Shella. Kamila tak melihat itu, sebab ia tengah terfokus pa
Bab 32 PRUK"Gus, kita pulang sekarang, ya!" ajak Kamila pada Gus Zainal yang tengah asyik mengobrol dengan teman-temannya."Kamu sudah selesai urusannya?" tanya Gus Zainal seraya menoleh ke arah Kamila."Udah.""Oke, tunggu bentar, ya!" pinta Gus Zainal. Ia kembali menoleh ke arah teman-teman Kamila."Guys, aku cabut dulu, ya. Tuan putri dah nungguin nih. Btw, thanks atas waktunya," pamit Gus Zainal membuat Kamila terbelalak, pasalnya ini kali pertama ia melihat dan mendengar Gus Zainal berbicara menggunakan bahasa seperti itu."Oke, Gus, hati-hati, ya!""Nitip, Mila, ya, Gus!""Mil, take care ya!"Satu per satu teman Kamila menyahuti."Siap, InsyaAllah." Gus Zainal menjawab dengan tersenyum. Ia lalu menyalami satu persatu teman Kamila. Sedangkan Kamila semakin dibuat takjub dengan keakraban Gus Zainal dan teman-temannya. Selama ini ia mengira orang seperti Gus Zainal tak kan mau mengenal berandalan seperti teman-temannya. Dalam bayangannya, seorang Gus akan sangat menjaga circlenya
bab 33Setelah puas menikmati suasana malam di Taman Bungkul - Surabaya, Kamila dan Gus Zainal memutuskan untuk kembali ke Pesantren."Gimana kondisi hati kamu sekarang?" tanya Gus Zainal pada Kamila."Alhamdulillah, Gus, jauh lebih baik, makasih, ya! Berkat pelet coklat hangatnya Gus ini." Kamila menyahuti sambil terkekeh. Gus Zainal tersenyum, "Alhamdulillah ... Saya turut lega mendengarnya, semoga setelah ini kamu bisa lebih fokus dengan kegiatan Pesantren Ramadhan tanpa bayang-bayang Dion," harap Gus Zainal tulus, ia memandang lekat ke arah Kamila saat mengucapkan harapannya.Kamila tersenyum tipis, "melupakan Dion tak kan semudah membalikkan tangan bagiku, tapi aku salut deh sama Gus Zainal, di situasi seperti ini dia sama sekali nggak berusaha untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ia sama sekali nggak bahas harapan dan perasaannya. Dia sangat pandai menjaga perasaanku di saat aku terluka seperti ini.Kamu memang baik, Gus, dan berhak mendapatkan yang terbaik," batin Kami
Bab 34 PRUKHujan mengguyur tanah Kecamatan Pacet, menjadikan suasana malam terasa sangat syahdu.Di malam yang syahdu itu, Gus Zainal tengah bersantai di ruangannya, ditemani secangkir kopi kesukaannya, sambil membaca kitab yang sedang dipelajarinya.Hingga tiba-tiba, ponsel yang diletakkannya di meja berdering, menampilkan nama "Ayah Kamila" sedang memanggil.Gus Zainal segera menghentikan aktivitas membacanya, kemudian segera mengangkat telepon Ayah Kamila."Assalamualaikum, Gus ...," terdengar suara Ayah Kamila dari seberang sana."Waalaikumsalam, Ayah ... Bagaimana kabarnya?" tanya Gus Zainal sopan, sengaja menanyakan kabar orang yang lebih tua terlebih dahulu sebagai bentuk hormatnya."Alhamdulillah, sehat, Gus ... Semoga Gus Zainal juga sehat-sehat, ya?" balas Ayah Kamila."Aamiin. Alhamdulillah saya sehat, Yah. Oh ya, kalau boleh tau ada perlu apa ini, Yah?" tanya Gus Zainal."Iya ini, Gus ... Bundanya Kamila maksa aja pengen telepon dari tadi. Ditunda besok pagi nggak mau, ma
Bab 35 PRUK"Bunda tenang, ya ... Istighfar, minum dulu airnya," ucap Alfaro berusaha menenangkan istrinya. Ia lalu membantu Dina meminum air putih yang telah disiapkannya.Sejak mendengar kabar bahwa Kamila pergi dari Pesantren, ia syok sampai pingsan, membuat Al tak bisa berlaku apapun untuk turut mencari putrinya.Ayah Kamila itu memasrahkan pencarian putrinya pada Gus Zainal, sedang dia sibuk menjaga dan menyadarkan istrinya.Addina–Bunda Kamila mulai terisak, "di mana anak kita, Yah? Kita harus cari dan temukan Kamila. Perasaan Bunda dari tadi nggak salah. Bunda takut Kamila dalam bahaya," ungkapnya."Bunda tenang dulu, ya. Kita pasrahkan sama Gus Zainal. Kita belum bisa cari Kamila, karena kondisi Bunda tidak memungkinkan. Kamu lemes banget, berdiri aja nggak kuat. Dah, kita bantu doa saja, ya, semoga Kamila segera ditemukan," ucap Al berusaha menenangkan istrinya, walau sejatinya, ia sendiri jauh lebih mengkhawatirkan putrinya.Pikirannya tak bisa tenang, berkali-kali ia mengec
Bab 36 PRUK"Hujannya deres banget, Di. Kalau kita maksa turun, yang ada nyampe loby kita dah basah kuyup, dah ya, kita ngobrol di sini aja." kali ini Kamila menjadikan hujan sebagai alasan untuk menolak ajakan Dion makan di Restoran hotel."Nanggung, Mil, dah nyampai sini juga. Nggak apa-apa, ya? Kamu pakai jaket aku deh sebagai pelindung kepala, supaya kamu nggak basah. Lagian apa kata orang ntar, kita udah nyampe sini masa cuma numpang parkir doang!" tolak Dion beralasan."Duh, gimana, ya?" gumam Kamila."Udah nggak usah banyak mikir, ya. Sebelum hari semakin larut," rayu Dion mencoba mempengaruhi Kamila."Benar juga, semakin lama aku berpikir, akan semakin banyak waktu yang terbuang. Sedangkan aku butuh bergerak cepat. Lagi pula, mengalihkan Dion untuk bicara di mobil saja sepertinya sangat sulit," batin Kamila."Ya udah buruan," ucap Kamila seraya meraih pintu mobil untuk membukanya. Akan tetapi, Dion segera mencegah."Bentar, Beb," ucapnya seraya meraih lengan Kamila.Kamila se
Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi
Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya
Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila
Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang
Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T
Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya
Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t
Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang
Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj