Share

6. Nikmat Pernikahan

Author: Pena_Zahra
last update Last Updated: 2022-12-14 18:58:16

"Cantik," puji Al dengan pandangan dan senyuman penuh makna.

"Astaggaaaahh, bisa copot ini jantung kalau dibiarin gini terus," batin Dina tak mampu lagi menahan gejolak di hatinya.

"Bentar A'," ucap Dina membuat fokus Al buyar.

"Kenapa, Din?"

"Dina deg-degan A'," ucap Dina sembari menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Membuat Al menahan tawa melihat tingkah polos istrinya.

"Gadis ini masih sangat polos dan lugu, sebenarnya apa yang terjadi padanya, mengapa ia bisa berada di tempat tante Merry?" batin Al mulai bertanya-tanya.

"Lucu ya, kamu," ucap Al sembari mengacak rambut Dina asal. Pandangannya yang sempat menggelap kini berubah menghangat. Dina dengan segala kepolosannya justru mewarnai malam yang sangat dinantikannya.

Biasanya, ia hanya melewati malam dengan peluh kenikmatan, menuntaskan hasratnya dengan ketergesa-gesaan, sekedar untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya, tanpa merasakan adanya suatu yang dapat menyentuh hatinya.

Tapi malam ini, berkali-kali ia merasakan desiran asing yang belum pernah ia rasakan di malam-malam sebelumnya, ada rasa hangat yang menyentuh hatinya tiap kali ia memandang gadis di hadapannya.

Bahkan ia belum sempat menyentuh dan menikmati setiap jengkal dari tubuhnya yang masih berbalut busana. hanya dengan menyentuh pipi mulus Dina, ketentraman hati itu sudah dapat dirasakannya. Ada kenikmatan tersendiri kala ia melewati momen demi momen kebersamaan mereka.

Tampak Dina menghela nafasnya beberapa kali untuk menetralkan detak jantungnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang tak mampu mengendalikan rasa nervous akibat sentuhan si Om bujang tampan di hadapannya.

"Minum dulu, Din." Al menyodorkan segelas air minum pada Dina. Dina menerima gelas itu kemudian meneguknya hingga tandas. Segera Al meraih gelas yang sudah kosong itu kemudian meletakkannya kembali ke tempat semula.

"Sudah rilex?" tanya Al sembari mengusap ujung bibir Dina yang basah, merasai hal itu, Dina tak mampu lagi menjawab dengan kata-kata, ia hanya tersenyum tipis tanda ia mulai menikmati sentuhan suaminya.

Lembut bibir ranum Dina yang menyentuh permukaan jemari Al membuatnya tak sabar ingin merasainya dengan kecupan kenikmatan. Perlahan, masih dengan memandang lekat wajah istrinya, Al semakin mendekat dan mengikis jarak di antara mereka.

Merasakan suaminya yang semakin mendekat, kedua mata Dina reflek terpejam, menantikan sesuatu yang indah akan segera dinikmatinya.

Tak perlu menanti terlalu lama, kini kedua bibir itu akhirnya bertemu, saling memberikan kehangatan dengan pagutan demi pagutan kemesraan, menciptakan suasana intim di antara dua manusia yang hendak meneguk cawan madu surga dunia.

Tak lama, Al segera menyudahi akifitas di bibir istrinya, sengaja memberi jeda untuk Dina yang terkesan belum mahir dalam melakukannya.

Al menjauhkan wajahnya dan membiarkan kedua tangannya menangkup kedua pipi istrinya, dipandangnya pipi putih yang kini berubah menjadi pink kemerahan.

"Apa ini yang pertama?" tanya Al lirih dengan pandangan melekat ke bibir ranum Dina yang semakin memerah akibat ulanhnya.

Dina mengangguk malu-malu sebagai jawaban atas pertanyaan Al.

"Good job, awal yang bagus, Sayang," ucap Al sembari membelai pipi Dina pelan. "Kamu begitu nikmat, Din," lanjut Al lagi dengan pandangan yang semakin menggelap.

Pujian suaminya sukses membuat Dina berbunga-bunga, ia semakin yakin dan percaya diri untuk melanjutkan tugas utamanya sebagai seorang istri.

Melihat respon Dina yang baik, Al segera melanjutkan aktifitas yang terjeda. Kali ini Dina mulai memberikan balasan, membuat keduanya semakin melayang, terbuai kenikmatan dari sentuhan demi sentuhan yang memabukkan.

Malam itu, akhirnya tunai juga tugas Dina sebagai seorang istri seutuhnya. Membuat suaminya berkali-kali mengerang penuh kenikmatan sembari memanggil namanya.

Malam itu pula, Al akhirnya mendapatkan apa yang diinginkannya. Hasratnya yang sempat tertahan sehari semalam itu akhirnya dapat tersalurkan dan berakhir penuh kepuasan.

Alfaro dan Dina kini terbaring lemas di atas ranjang yang menjadi saksi percintaan mereka, peluh kenikmatan membasahi tubuh mereka, menandakan mereka benar-benar mencapai puncak kenikmatan surga dunia.

Al melirik Dina di sisinya, mata wanita itu terpejam, namun bibirnya menggambarkan senyuman.

"Masih sakit?" tanya Al sembari memiringkan tubuhnya, memandang Dina dengan memainkan rambut gelombangnya menggunakan jari telunjuk.

Mendengar suara suaminya, Dina segera menoleh, kemudian mengulas senyuman manis, "Dikit, A'," jawabnya sembari menautkan ujung telunjuk dan ibu jarinya menggambarkan sesuatu yang kecil.

"Maaf, ya, itu wajar terjadi saat kali pertama melakukannya, nanti akan berangsur hilang," ucap Al lembut."

"Nggak apa, A', aku menikmatinya, kok."

"Syukurlah." Al memeberikan senyum manisnya. Keduanya saling terdiam dan berpandangan.

"Entah mengapa, walau ini bukan kali pertama gue menghabiskan malam bersama seorang wanita, tapi rasanya berbeda. Ada hal lain yang gue rasakan saat ini, dan itu belum pernah gue rasakan sebelumnya.

Tak hanya kepuasan yang gua rasakan, tetapi, ada semacam ketenangan hati yang tak bisa gue definisikan. Seperti ada sesuatu yang kurang lalu kini menjadi lengkap.

"Din ...."

"A' ...."

Panggil Al dan Dina bersamaan.

"Kamu mau ngomong apa?" tanya Al.

"Nggak ada, aku cuma mau nanya sesuatu aja sama Aa', Nggak apa, Aa' duluan aja, Aa' mau bicara apa?" tanya Dina mempersilakan Al bicara terlebih dahulu.

"Sama, ada satu hal yang ingin saya tanyakan sama kamu," sahut Al.

"Apa itu A'?"

"Kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan busana serapat itu? Padahal kamu memiliki bentuk tubuh dan paras yang indah, yang tidak dimiliki semua wanita," tanya Al mengungkapkan kekagumannya. Menurutnya bisa saja Dina memanfaatkan tubuh indahnya untuk menunjang penampilannya.

"Aa' sedang memujiku?" goda Dina dengan senyuman tengilnya.

"Saya bertanya, bukan memuji, nggak usah kege-eran," sahut Al gengsian.

"Ehm ... Kenapa, ya?'' sahut Dina dengan raut bertanya- tanya. " Karena Aku manis, A'," jawab Dina kemudian, membuat Al mengerlingkan matanya malas.

"Dina please, serius jawabnya, nggak usah narsis!" protes Al menganggap Dina hanya bercanda.

"Aku serius, A'," jawab Dina mantap.

"Aneh," gumam Al.

"Apanya yang aneh, A'? Menurut Aa' kenapa permen ada bungkusnya?" Dina balik bertanya.

"Kamu bercanda ya? Ya jelas biar nggak dikerubung semut dong, kan permen manis," jawab Al sekenanya.

"Sama kaya aku, A', karena aku manis, jadi aku dibungkus, supaya nggak dikerubungi semut-semut nakal yang tidak bertanggung jawab. Biar nggak sampai terkontaminasi dengan udara kotor terus jadi rusak," jelas Dina memberi perumpamaan.

"Jadi itu alasan kamu? Tapi kenapa kamu justru berada di tempat tante Merry?" tanya Al merasa heran, karena jawaban Dina tidak sinkron dengan kenyataan bahwa dirinya menjadi bagian dari anak buah tante Merry.

"Panjang ceritanya A', kapan-kapan aja lah aku ceritanya," ucap Dina yang tampak tiba-tiba badmood dengan pertanyaan Al. Melihat itu, Al memutuskan untuk menunda pembahasan.

"Ya udah, kalau gitu gantian, tadi kamu mau nanya apa?" tanya Al mencari pembahasan lain.

Dina menatap Al sejenak, kemudian sedikit membenahi posisinya,

"Sebelumnya maaf, ya, A', mungkin pertanyaanku ini terlalu memasuki privasi Aa', tapi aku penasaran, apakah Aa' sering datang ke tempat tante Merry?" Tanya Dina sangat berhati-hati, tak ingin menyinggung perasaan suaminya.

'' Ya, saya pelanggan VIP di sana," jawab Alfaro apa adanya.

"Berarti sudah ada banyak wanita yang pernah melayani Aa' sebelum ini?" tanya Dina penasaran.

"Nggak banyak sih, hanya beberapa kali aja saya memakai jasa mereka, karena saya selalu minta yang masih gadis sama tante Merry." Al menjelaskannya tanpa merasa bersalah, sebab ia merasa tidak terikat oleh tuntutan kesetiaan dalam pernikahannya.

"Kenapa Aa' memilih yang masih gadis? apa itu soal rasa?" tanya Dina penasaran. Karena kalau memang suaminya itu hanya menginginkan kegadisannya, sudah barang pasti sebentar lagi ia akan dilepaskannya. Dan ia harus siap dengan konsekuensi apapun.

"Bukan soal rasa alasan saya memilih itu, karena kalau berbicara soal rasa, saya justru belum pernah merasakan bagaimana berhubungan dengan seorang wanita yang sudah tidak gadis, sehingga saya tidak bisa membandingkannya," jelas Al.

"Lalu apa alasan Aa'?"

"Simpel sebenarnya, karena saya tidak ingin menggauli bekas orang lain," jelas Al apa adanya.

"Oh, jadi gitu alasannya. Kalau bekas Aa' sendiri bagaimana?'' tanya Dina to the point membuat Al memandangnya penuh makna.

Related chapters

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    7. Ketagihan

    "Oh, jadi gitu alasannya. Kalau bekas Aa' sendiri bagaimana?'' tanya Dina to the point membuat Al memandangnya penuh makna." Tergantung." Al menjawab setelah berpikir beberapa saat."Tergantung apa, A'?""Tergantung apa kata nanti, bakal ketagihan atau nggak," jawab Al asal. Dina tersipu mendengar jawaban suaminya."Dina berharap Aa' selalu ketagihan," ungkapnya malu-malu, yang hanya dibalas dengan pandangan lekat oleh Al."A' boleh aku tanya satu hal lagi?" "Boleh.""Apa benar Aa' membeliku dari tante Merry?""Ya," jawab Al singkat."Kenapa Aa' lakukan itu?" tanya Dina penasaran."Lantas saya harus bagaimana? Saya tidak bisa membawa kamu begitu saja dari tempat itu. Ibarat kata kalau si Merry itu pedagang, maka kamu adalah barang dagangannya. Mana mungkin saya bisa membawa barang dagangannya cuma-cuma?" jelas Al panjang.Dina tertegun, karena apa yang suaminya katakan memanglah benar dan masuk akal. Tapi, ia tak menyangka bahwa suaminya harus membayar semahal itu untuk membawanya

    Last Updated : 2022-12-14
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    8. Tidak Ingin Punya Anak

    "Ke rumah sakit? Mau ngapain A'?""Saya mau ajak kamu ke dokter kandungan," jawab Al singkat.Dina menahan tawa, "Ngapain ke dokter kandungan A'? Kan aku nggak hamil? nggak mungkin, kan, A' bikin se3malem paginya langsung jadi, emang adonan donat?" lawak Dina di sertai tawanya merasa aneh dengan suaminya."Kita ke dokter kandungan mau konsultasi KB untuk kamu.'' Al menyampaikan rencananya dengan lugas, membuat Dina seketika menghentikan tawanya."KB, A'? Aa' ingin aku KB?" tanya Dina tak memahami maksud keinginan suaminya."Iya.""Tapi kenapa A'? Aa' pengen kita pacaran dulu ya?'' goda Dina dengan gaya riang khasnya."Saya tidak ingin punya anak!" jawab Al datar."Deg!"Bagai disayat belati, mendengar itu Dina hanya terdiam, tak lagi berucap sepatah katapun. Rasanya begitu sakit mendengar ucapan suaminya yang tak ingin memiliki anak darinya."Ya sudah, kamu siap-siap, saya tunggu di depan," lanjut Al lagi yang tak menyadari perubahan sikap Dina."Iya A'." Al berlalu meninggalkan Dina

    Last Updated : 2022-12-14
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    9. Cemburu

    "Siapa lelaki itu? Kenapa Dina kelihatan happy banget ngobrol sama dia?" batinnya bertanya-tanya."Supri!" panggil Al pada sopir pribadinya dengan pandangan masih melekat pada istrinya yang tengah asyik bercengkrama dengan lelaki lain."Ya, Pak?""Kamu lihat lelaki yang bersama istri saya itu, perhatikan wajahnya baik-baik!" titah lelaki dengan mata elang itu penuh emosi."Sudah?""Sudah, Pak.""Setelah kamu antar saya ke kantor, segera kamu kembali ke sini. Saya ingin kamu pantau terus gerak-gerik Dina, siapa saja orang-orang yang dekat dengannya. Cari tahu siapa lelaki itu, lalu informasikan pada saya!" Al kembali memberi perintah pada Supri."Siap, Pak.""Jangan lupa ganti baju kamu, ya, jangan pakai baju sopir, karena Dina akan mengenali. Belilah kaos dan celana juga topi seperti yang kebanyakan mahasiswa itu kenakan, untuk penyamaran kamu selama penyelidikan,"Al memperingati lagi."Baik, Pak!''Kemudian Al tampak mengutak-atik ponsel di tanganya,"Sudah saya transfer 1 juta untuk

    Last Updated : 2022-12-16
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    10. Kamu Hanya Milik Saya

    "Lu apaan sih, Al? Main lempar bolpoin sembarangan!" keluh Reno–asisten pribadi Al sembari menggosok-gosok keningnya.Reno merupakan sahabat karib Al saat kuliah di Amerika, dia sosok yang cerdas juga mumpuni di bidang arsitektur, sehingga Al merekrutnya sebagai tangan kanannya di perusahaan propertinya."Ren? Sejak kapan lu di sana?" tanya Al yang baru menyadari kehadiran Reno."Sejak lu kesambet terus main lempar bolpoin sembarangan," sindir Reno sembari berjalan dan duduk di hadapan Al."Sorry, sorry, Bro. Gue nggak sengaja," sesal Al."Kesambet apa sih Lu, Al? Emosian aja? Ada masalah lu?" tanya Reno tetap perhatian."Nggak pa-pa, nothing problem. Lu ada perlu apa datang kemari? Kita nggak ada meeting kan hari ini?" tanya Al berusaha mengalihkan pembicaraan."Gua emang sengaja datang kemari buat nengokin keadaan, Lu. Si Alice cerita katanya lu lagi banyak pikiran, ampe nggak fokus kerja. Kenapa sih? Nggak biasanya deh seorang Alfaro yang terkenal workaholic ini sampai nggak fokus

    Last Updated : 2022-12-17
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    10. Kamu Hanya Milik Saya (2)

    Al berjalan cepat memasuki rumahnya yang bak istana, di depan ia bertemu Bi Ina yang sedang membereskan ruang tamu."Bi, Dina sudah datang?""Sudah, Tuan muda."Setelah itu ia segera bergegas menuju kamarnya.Braaak! Al membuka pintu dengan kasar."Astaghfirullah Aa', pelan-pelan dong, buka pintunya, ngagetin aja," protes Dina yang sedang membereskan baju kotornya."Suka-suka saya lah, kamar, kamar saya," jawab Al kesal."Iya iya, maaf," ucap Dina kemudian mendekat ke arah suaminya, mencium punggung tangannya penuh hormat, kemudian mengambil alih tas kerja di tangannya, juga membantunya melepas jas yang dikenakannya. Membuat Al sejenak membisu, merasa tertampar dengan sikap manis istrinya, padahal baru saja ia berlaku kasar padanya."Kok Aa' pulang cepat? Ini baru selesai Ashar, lho! Belum juga jam 4, kirain aku kalau kerja kantoran tuh pulangnya jam limaan," celetuk Dina sembari membereskan barang bawaan A

    Last Updated : 2022-12-18
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    11. Pembalasan (1)

    Tante Merry?" batin Dina terkejut saat melihat nama yang tertera di hp suaminya. Dina memandang suami di sisinya, begitupun dengan Al yang membalas tatapan Dina. Mereka saling tatap dalam beberapa saat."Angkat aja, A', nggak apa-apa," ucap Dina berusaha tetap tersenyum. Ia harus sadar dan terus ingat akan perjanjian pra nikahnya dengan Al, bahwa ia tak akan menuntut kesetiaan. Bahwa ia tak akan mengekang hidup Alfaro dengan pernikahannya."Kenapa dia sama sekali tak merasa berat ya mengizinkan gue mengangkat telepon tante Merry? Apa sebegitu tidak berartinya gue sebagai suaminya? Apa dia sama sekali tidak takut kalau gue akan berpaling darinya dan bermain-main dengan wanita lain?" batin Al yang justru merasa jengkel melihat respon Dina yang biasa-biasa saja.Al yang semula enggan mengangkat telepon Merry kini berbalik menjadi antusias, ia berpikir inilah saatnya ia melakukan pembalasan pada Dina."Memangnya dia pikir hanya dia yang bisa bermain-main dengan lelaki lain?" batin Al kesa

    Last Updated : 2022-12-19
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    11. Pembalasan (2)

    Dina masih terdiam merenungkan ucapan suaminya saat punggung Al menghilang di balik pintu kamar mandi."Kenapa dia bilang begitu? Bukannya memang benar apa yang kukatakan?" batinnya merasa aneh dengan jawaban Al, kemudian memutuskan untuk tak ambil pusing, lalu membaringkan dirinya sejenak di ranjang.Sepuluh menit berlalu, saat Al terlihat keluar dari kamar mandi, lelaki dewasa itu hanya mengenakan handuk yang melilit di perutnya, menampilkan tubuh bagian atasnya yang begitu indah.Ia berjalan ke arah lemari untuk memilih pakaian yang akan dikenakannya, sedangkan Dina, matanya terus melekat memandangi suami tampannya. Ingin rasanya ia menyentuh dada bidang yang masih setengah basah itu, memberinya kecupan penuh cinta di sana. Namun, rasa malu dan tak percaya diri menghalanginya untuk melakukan itu.Rasanya ia tak rela, jika tubuh itu nantinya akan mendapatkan sentuhan dari wanita selain dirinya. Mungkin dulu hal itu memang menjadi kebiasaan bagi

    Last Updated : 2022-12-20
  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    12. Pesona Istri Sah (1)

    Sesaat setelah mobil suaminya berlalu, Dina segera mengetikkan pesan pada seseorang yang sudah dihubunginya lima belas menit yang lalu.Setelah itu, ia bergegas menemui Bi Ina, berniat meminta nomor ponsel suaminya dari ART yang diperkerjakannya."Bi Ina!""Ya, Non?""Bi Ina simpan nomor hp Aa' Al, kan?""Iya, simpan, Non. Kenapa memangnya?" tanya Bi Ina heran, merasa aneh dengan pertanyaan Dina."Boleh aku minta?""Loh, kok malah minta sama Bi Ina? Kan Non Dina istrinya tuan muda, masa nggak simpan nomornya?" tanya wanita paruh baya itu seraya terkekeh."Panjang ceritanya, Bi. Kita belum sempat tukar nomor hp sih, boleh ya, Bi?" jelas Dina."Owalah, gitu toh? ada-ada aja ya pasangan jaman now ini," celetuk Bi Ina mengomentari. Namun tak urung dia segera merogoh sakunya untuk mengambil ponsel miliknya, mencari kontak dengan nama 'Tuan Muda' lalu menyerahkannya pada Dina. Segera Dina menerimanya lalu dengan cepat menyalin di layar benda pipihnya."Makasih, ya, Bi. Aku mau mandi dulu, s

    Last Updated : 2022-12-21

Latest chapter

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 45 (ENDING)

    Bab 45 PRUK"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma sholli 'Alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa aali sayyidina Muhammad. Ushikum wa nafsii bi taqwAllah, faqod faazal muttaqun.Uzawaijuka 'ala maa amaraAllahu bihi min imsakin bima'rufin au tashrihin bi ihsan.Ya Ali Zainal Abidin Bin Kyai Husein, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka ibnati Kamila Cahaya Alfahri binti Alfaro Putra Al-fahri, alaa mahri 1 milyun rubiyah, haalan.""Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan." Gus Zianal menjawab kalimat ijab dalam sekali tarikan nafas dan penuh kefasihan."Bagaimana saksi, sah?"Sah!Sah!Sah!Alhamdulillahi rabbil 'Aalamiin, baarkallahu laka wabaaraka 'alaika wa jama'a bainakuma fii khair."Doa doa baik dipanjatkan oleh orang-orang tua dan masyayikh yang hadir. Semuanya turut bahagia atas pernikahan putra kyai Husain.Kamila yang menunggu di atas pelaminan bersama bunda dan mertuanya mengikuti seiap rangkaian acara dengan khidmat. Ia tak berhenti memanjatkan doa di waktu yang hadi

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 44

    Bab 44 PRUKSebuah cincin berbahan emas baru saja dilingkarkan di jari manis kiri Kamila oleh Bu Nyai Hana, sebagai simbol bahwa kini Kamila sudah berada dalam pinangan putranya, Gus Zainal.Segala doa dipanjatkan untuk kebaikan keduanya, seluruh keluarga terlihat bahagia atas keputusan Gus Zainal dan Kamila yang pada akhirnya memutuskan untuk segera melaksanakan pernikahan.Tanggal pernikahan telah disepakati, begitu juga dengan bagaimana konsepnya. Rencana gus Zainal dan Kamila untuk melaksanakan program riyadhoh sebelum pernikahan dilangsungkan juga disetujui bahkan didukung oleh seluruh pihak keluarga.Setelah selesai sesi lamaran, Kamila langsung dibawa oleh pihak keluarga Gus Zainal, bukan sebagai pengantin yang diboyong ke tempat suaminya, melainkan sebagai calon santriwati program riyadhoh selanjutnya.Sesampainya di pesantren, Gus Zainal segera mengantar calon istrinya ke tempat di mana ia akan menghabiskan waktu selama 40 hari ke depan."Sudah siap?" tanya Gus Zainal."Insya

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 43

    Bab 43 PRUK"Saya hanya ingin Gus bahagia, dengan menikahi wanita pilihan Gus. Saya tidak ingin menghalangi kebahagian Gus dengan melanjutkan perjodohan ini." setelah beberapa saat, akhirnya Kamila menjawab dengan kalimat yang terdengar ambigu.Gus Zainal terdiam, ia memperhatikan Kamila dengan seksama, "Kamila terkesan menjaga jarak denganku, bahkan dia terlihat segan dan canggung, berbeda dengan Kamila yang kukenal sebelumnya. Kamila yang ceria, yang kocak, yang asal jiplak kalau bicara.Kamila yang dihadapanku ini terkesan pendiam, hanya berbicara seperlunya, terkesan membentengi dirinya dariku. Dia bahkan mengganti kata ganti untuk dirinya dari 'aku' beubah menjadi 'saya'.Entah mengapa, mungkinkah ini akibat dari kejadian yang baru menimpanya, atau mungkin ini sudah menjadi keputusannya? Aku tidak tahu. Tapi hatiku, mengharapkan Kamila yang dulu, yang apa adanya, yang telah berhasil mencuri hatiku. "Bagaimana jika bahagiaku ada padamu, Kamila?" tanya gus Zainal kemudian.Kamila

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 42

    Bab 42 PRUK"Ayah ... Ayah tenang dulu, ya." Gus Zainal mencoba menenangkan Ayah Kamila yang semakin tergugu."Saya menyesal, Gus ... kenapa harus Kamila yang menjadi korban atas dosa-dosa masa lalu saya? Saya malu, Gus ... saya malu dengan Kyai Husain, saya malu sama njenengan, Gus ...."Ayah Kamila kembali mengungkapkan isi hatinya. Tangisnya pecah, ia merasa gagal sebagai seorang ayah.Addina yang mendengar ratapan suaminya turut teriris hatinya. Dia tahu betul, bahwa suaminya sangat mengharapkan perjodohan ini. Harapan terbesarnya adalah mengantar Kamila sampai ke pelaminan, dan bersanding dengan lelaki yang tepat, yang mampu memimpin Kamila dan mengarahkannya pada kebaikan.Perjodohan dengan Gus Zainal adalah salah satu cara yang ia harapkan dapat menjadi jalan untuk mewujudkan impiannya."Tolong, Gus ... tolong sampaikan maaf saya pada Kyai Husein. Maaf karena terpaksa perjanjian perjodohan ini harus berakhir sampai di sini." Alfaro melanjutkan kalimatnya."Ayah ... jika memang

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 41

    Bab 41 PRUKKamila menceritakan semua dari awal sampai akhir, tanpa ada sedikitpun yang ditutupinya. Walaupun dengan penuh drama, sembari terus terisak penuh penyesalan, namun Kamila memutuskan untuk mengakhiri semua dramanya.Kejadian yang baru saja menimpanya membuatnya sadar, bahwa jalan yang ia pilih selama ini adalah salah.Dion, lelaki yang selalu dipuja-pujanya, justru merupakan lelaki yang hampir saja merusak diri dan masa depannya.Rasa syukur dan terima kasih tak henti ia ucapkan pada Allah, kedua orang tua dan Gus Zainal, karena tanpa jasa mereka, Kamila tak dapat membayangkan lagi apa yang akan terjadi dalam hidupnya."Astaghfirullah, Kamila ... Kamu—!" Ayah Kamila tak dapat menahan amarah, setelah mendengarkan cerita Kamila, ia menyimpulkan, bahwa semuanya bermula dari kecerobohan putrinya.Ia menarik nafas panjang, lalu kembali membuangnya kasar. Berusaha meredam emosi yang tiba-tiba menguasai jiwa."Berapa kali Ayah bilang sama kamu, jauhi Dion, Kamila ... jauhi Dion! T

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 40

    Bab 40 PRUKGus Zainal melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Dadanya masih bergemuruh, tiap kali membayangkan apa yang telah Dion lakukan pada Kamila.Melalui spion tengah, ia melirik Kamila yang masih terlelap dalam tidurnya."Nyenyak tidur Kamila sangat tidak normal, besar kemungkinan Dion menabur obat tidur di dalam makanan atau minuman Kamila.Seharusnya hal ini cukup membuat hatiku, lega, karena itu artinya, apa yang terjadi, bukan atas dasar keinginan Kamila.Tapi tetap saja, hati ini begitu kecewa. Mendapati kenyataan bahwa Kamila berada di sebuah ruangan bersama lelaki lain. Tak hanya itu, dia bahkan sudah disentuh-sentuh," gumam Gus Zainal dalam hati"Aaaarrrrrrrgggghhhh!" ia berteriak penuh amarah sembari memukul setir. Merasa emosinya tak stabil, ia menepikan mobil, sejenak menenangkan diri dari serangan emosi."Ya Allah ... kenapa harus seperti ini? Kenapa harus Kamila? Aku telah gagal menjaga Kamila, aku telah gagal mengemban amanah yang Abah berikan padaku. Dan saya

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 39

    Bab 39 PRUKSetelah puas bermain-main dengan kepala Kamila, kini tangan Dion turun membelai pipi Kamila. Membuat gadis itu semakin meronta di alam bawah sadarnya. "Cantik," gumamnya pelan dengan suara yang semakin memberat, tanda ia mulai berhasrat."Ah, rasanya aku udah nggak tahan lagi lihat Kamila tergeletak tak berdaya seperti ini. Sebaiknya aku segera eksekusi," gumam Dion seraya membuka pakaian yang dikenakannya. Lalu menyibak selimut yang membalut tubuh Kamila, menampilkan setiap lekukan dari tubuh moleknya.Dion tersenyum puas memandangnya. Matanya semakin menggelap, dan ingin segera melangsungkan aksinya.Melihat kaki putih jenjang Kamila yang hanya terbuka separuh membuat sisi lelaki Dion semakin menyala, bulu-bulu halus yang tumbuh di sana mulai dibelai-belainya. Menimbulkan sensasi nikmat tersendiri baginya. Dion memejamkan mata, merasakan halus kulit tubuh Kamila.Perlahan posisi tubuh Dion sudah berada di atas tubuh Kamila, mulai memandangi wajah cantiknya yang tengah t

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 38

    Bab 38 PRUK"Di ... please ... kamu mau ngapain?" tanya Kamila semakin ketakutan."Santai aja, Mil ... Aku cuma mau nolongin kamu kok," ucapin seraya merangkul dengan Kamila. Akan tetapi dengan cepat Kamila menjauhkan tubuhnya dari sentuhan Dion."Jangan sentuh aku, Di!" ucapnya lantang.Akan tetapi hal itu tak membuat Dion menjadi gentar, ia justru semakin mempermainkan perasaan Kamila, "rileks, Mil, santai aja ... aku nggak akan ngapa-ngapain kamu. Aku cuma mau bantuin kamu kok. Ayo sini, kamu jangan terlalu lama di sini dengan pakaian seperti ini, kamu bisa masuk angin nanti, ingat, kamu habis kehujanan." Dion menyampaikan kalimatnya dengan suara yang sangat lembut, membuat Kamila seketika merasa luluh, seolah tengah terhipnotis dengan perlakuan Dion, walau dalam hati ia tetap was-was.Kamila mengikuti langkah Dion yang memapahnya ke tepi ranjang, kemudian menggunakan selimut untuk membalut tubuhnya.Setelah itu ia melangkah ke arah nakas dan mengambil segelas minuman hangat yang

  • Hijrah di Bawah Tuntunan Gadis Malam yang Kusewa    Season 2 Bab 37

    Bab 37 PRUK"Assalamualaikum, Gus ... Maaf apa sudah ada perkembangan?" Ayah Kamila kembali bertanya dari telepon sebab desakan istrinya. Bunda Kamila terus mengeluhkan hatinya yang tak bisa tenang, seolah memiliki firasat yang kuat akan kondisi putrinya yang tak baik-baik saja."Waalaikumsalam, Ayah. Ini saya masih terus melanjutkan pencarian. Tadi melalui cctv toko alat tulis milik Pesantren, kami mendapatkan jejak. Kamila pergi menggunakan mobil, seseorang telah menjemputnya dan saya curiga dia adalah Dion." Gus Zainal mencoba menjelaskan perkembangan pencarian putri Pak Alfaro tersebut."Dion? Jadi Gus Zainal juga kenal dengan Dion?" Ayah Kamila terdengar sedikit terkejut."Iya, Yah. Kamila sering bercerita tentang Dion, bahkan kami sempat saling bertemu dan berkenalan," jelas Gus Zainal disambut ucapan istighfar oleh Ayah Kamila."Astaghfirullah, Kamila ... Maaf ya, Gus, saya benar-benar nggak ngerti dengan pola pikir Kamila. Saya sengaja memasukkannya ke Pesantren demi bisa menj

DMCA.com Protection Status