Dan entah sejak kapan, Ellina menurut dan memilih tutup mulut. Memperhatikan bagaimana Kenzie mengobati luka di lutut dan tangannya. Tatapan pria itu lembut, dan sangat hati-hati seakan akan takut akan menggores luka di atas kulitnya. Perlakuan itu, bisakah dia mengatakan bahwa itu sedikit istimewa? Dia ingat, Kenzie tak pernah menyentuh kulitnya sedikit saja di masa lalu. Dan kini, rasanya kembali berbeda. Hal itu membuat matanya tertuju pada wajah Kenzie yang sangat dekat dengan tangannya.Ellina memperhatikan dengan sangat hati-hati dan teliti. Bagaimana dua alis hitam itu bisa melengkung rapi. Di ikuti dengan hidung yang menjulang tinggi. Lalu bibir tipis terkatup yang melengkung sempurna. Ada dua mata tajam yang selalu menampilkan tatapan tajam. Seperti menarik setiap orang yang menatapnya untuk tenggelam ke dasar jurang. Seperti lubang hitam yang membuat penatapnya tak akan mengetahui hal-hal yang di pikirkan pemiliknya. Saat mata itu terfokus pada satu tujuan, dia bisa melihat,
Di sebuah ruangan, Ernest begitu terganggu saat sebuah suara di saku jasnya di iringi dengan getaran halus mengganggu aktivitasnya yang tengah menikmati segelas wine. Dia dengan malas mengangkat telepon itu dan tertegun saat melihat Ethan dengan keadaan yang mengenaskan. Dia melirik id telepon dan menggeram. "Reegan, kau!"Kenzie mengambil alih telepon dan berhadapan dengan Ernest. "Bagaimana dengan kejutannya? Apa kau menyukainya, E. V.?" Ernest mengeratkan gigi-giginya. Bibirnya terkatup rapat. Riak ekspresi wajahnya berubah sangat cepat. Matanya menatap ganas. "Lepaskan dia! Dia adalah orangku!"Kenzie diam sesaat. "Kau memberi perintah padaku? Bukankah dia peretas terbaik di negara ini? Menurutmu apa yang terjadi pada perusahaanmu saat dia mati?"Ernest terbelalak. Kini dia menyesal karena pernah menyerang perusahaan Reegan. Harusnya dia tahu, Kenzie bukankah orang yang bisa dia singgung. Dia harus menyelamatkan Ethan. Apapun yang terjadi, Ethan tetap harus hidup. Tapi dia juga
Siluet kemerahan telah terbenam di barat. Saat langit perlahan menggelap, dua mata cantik dengan binar yang pudar itu pelan terbuka. Ini sudah satu minggu lamanya, sejak kejadian buruk yang menimpanya. Ia baru tersadar dan seoalah mengalami mimpi yang panjang. Di sudut ruangan, ada sebuah meja dengan kepulan asap tipis dari secangkir kopi panas di atasnya. Lalu lengkap dengan suara keyboard yang terdengar akrab dan cepat. Wajah pria yang duduk di sana terlihat sangat serius. Itu terlihat dari fokus matanya yang tak teralihkan sedikitpun. Garis hidung, bibir dan semua keindahan yang terpahat rapi, membuat pemiliknya menjadi kian tampan dari sudut ini. Dan itu membuat riak keterkejutan di mata cantik yang baru saja terbuka.Tidak, kenapa dia ada di sini!Gadis itu menutup matanya secara pelan. Mengatur napasnya senatural mungkin. Semua gerakan tubuhnya terkunci dan lemas. Itu adalah cara alami tubuhnya untuk melindungi diri. Dalam keadaan ini, pikirannya mengingat beberapa hal yang tel
Sial! Apa yang telah kulakukan! Kenzie memaki dirinya sendiri yang telah hilang kendali dan kontrol diri. Dia dengan cepat membalikkan tubuh Ellina dengan sangat hati-hati. Sudah jelas terlihat bahwa luka di punggungnya kembali terbuka. Luka lebar itu kembali menganga, menampilkan daging putih segar kemerahan. Dia memejamkan matanya. Teriakan jelas terdengar di seluruh sudut rumah. Dalam ruangan lain di rumah yang sama. Lander duduk di depan meja kerjanya dengan laptop yang masih menyala. Tangannya berkali-kali mengangkat sebuah telepon dengan tangan lain memegang sebuah pena dan menuliskannya di atas buku kecil. Tugas ini cukup berat untuknya. Setelah semua tugas dan informasi yang selalu tuannya gali, ada banyak sisi berlobang yang harus ia cari Informasinya. Lander mendesah pelan, saat tangannya menutup telepon itu. Matanya terpaku pada tulisan tangannya di atas buku. "Ya Tuhan, kenapa tak ada informasi lain?!"Itu adalah sebuah tugas untuk mencari informasi tentang ibu kandung
"Tu-tuan,"Ernest menarik ujung bibirnya membentuk sebuah lengkungan manis. Matanya menatao teduh, dia hanya duduk dan menatap Zacheo yang menunduk. Menunggu Zacheo menatapnya dan saat Zacheo mendongak, mata mereka bertemu. Senyumnya terlihat lebar dan membuat wajahnya kian tampan. Namun hal itu membuat Zacheo kian bergidik ngeri. "Tu-tuan, kita berada di negara Y, saat kejadian itu terjadi."Ernest diam. Dia tahu, pasti informasi tak akan sependek itu. Dia hanya menatap Zacheo lagi, masih dengan senyum yang menawan. Karena dia yakin, pasti ada kejadian besar di balik informasi yang di sembunyikan. Memikirkan itu kekejaman yang tersembunyi itu tampak menyesak ingin keluar. Dan Zacheo tahu, lirikan dan senyuman Ernest telah berubah saat ini. "Tuan, aku bersalah. Aku mohon ampun atas kesalahan yang telah aku lakukan."Tanpa perintah, Zacheo tiba-tiba menundukkan kepalanya berkali-kali dengan nada penuh permohonan. Jantungnya berdegup kencang dengan tak teratur. Ini karena tekanan ya
Malam itu terasa hening. Suara gemerisik angin bersentuhan dengan daun-daun menciptakan suasananya sendiri. Ada aroma dedaunan yang bercampur dengan aroma bunga yang lembut. Semerbaknya menerbangkan rasa nyaman yang tenang. Membuat siapapun yang menghirupnya tak ingin kehilangan satu aroma pun dari harumnya. Srakkkk! Tirai gorden sebuah kamar itu di tarik paksa. Membuat sosok penarik terlihat di kaca jendela. Dengan satu gerakan ringan, jendela pun terbuka. Sosok rampingnya terlihat lemah dengan rambut panjang yang bergerak gerak tertiup angin malam. Gaun di bawah lututnya ikut menari liar, sesekali bekerja sama dengan rambutnya yang menyingkir dari punggung. Memperlihatkan luka panjang yang lebar. Penuh dengan jahitan yang terlihat mengerikan untuk kulitnya yang halus dan putih. Sosok itu hanya berdiri. Menatap halaman luar kamar dengan diam. Melihat daun-daun yang bergerak di terpa angin. Tak bergerak dan hanya matanya yang meneliti tajam. Membuat sosok rampingnya seperti ratu d
Usai kepergian Kenzie, seorang perawat masuk. Mata Ellina menoleh waspada, dan dia bisa bernapas dengan tenang setelah melihat siapa yang masuk dalam ruangannya. dia hanya menatap perawat tersebut tanpa berniat mendekat. namun dia tidaklah bodoh, dia tak akan melakukan suatu hal yang akan menyakiti dirinya sendiri. "Nona, bisakah saya melihat luka Nona?" tanya perawat tersebut sangat sopan. Matanya mengitari ruangan tersebut dan terpaku pada cincin yang tergeletak di lantai. Lalu dia menatap keadaan Ellina yang terlihat sedikit berantakan. Sebuah senyum tersungging, dia dengan jelas tahu apa yang telah terjadi di dalam ruangan ini. Itu tidaklah jauh dari pertengkaran. "Suster, bisakah aku meminjam handphonemu?" tanya Ellina hati-hati. Matanya penuh dengan permohonan. Ditambah wajah yang lusuh membuat ekspresinya kian menyedihkan. Kening perawat tersebut mengerut. "Nona, atas perintah tuan muda, kami di larang meminjamkan semua aset komunikasi pada Nona.""Jangan khawatir, aku hanya
Villa di ujung utara, itu adalah sebuah tempat terpencil yang berada di tengah-tengah pulau. Di kelilingi laut biru, dan tak memiliki akses apapun untuk dunia luar. Rumah sederhana dua lantai itu tak memiliki halaman yang luas, tapi memiliki berbagai pemandangan yang bagus dari berbagai sisi. Ada kalanya beberapa orang asing datang untuk melakukan pemotretan di sekitar Villa, tapi tak ada satupun dari mereka yang dapat masuk atau menyewa Villa ini. Semua akses terkunci, dan hanya Kenzie yang memegang kuncinya.Sesekali villa ini akan ramai saat ada sebuah pesta. Atau saat Kenzie dengan sengaja membawa seluruh musuhnya untuk bertatap muka. Mereka akan di kremasi lalu di buang di laut lepas. Menjadi makanan ikan atau menjadi bangkai yang tak layak di kuburkan. Semua masih berkaitan dengan kekejaman, karena menjadi orang nomor satu itu memiliki banyak musuh yang tak terduga.Villa ini hanya memiliki satu akses jalan utama untuk keluar masuk. Tak ada jalan lain selain jalan utama yang di
Hutan perbatasan itu tampak sangat sunyi tapi asri. Rumah kayu yang tampak sepi itu masih terlihat kokoh meski tak berpenghuni. Ellina baru saja turun dari mobil dan berdiri terpaku menatap rumah yang sangat dia kenali sejak dua tahun lalu. Sosoknya yang lemah tampak tersenyum dengan rasa rindu yang tercetak jelas. Rambut panjangnya tampak bergoyang pelan tertiup angin, dengan mata bulat hitam yang berair dan jernih, sosoknya terlihat kian cantik dengan kulit putih pucat yang menampilkan bibir merah cerrynya."kau tinggal di sini?" Ellina menoleh saat tangan Kenzie merangkul pundaknya dengan tatapan meneliti rumah kayu di depannya. Senyumnya tampak sangat lemah saat mengingat kejadian berat dua tahun lalu yang harus dia alami. Trauma dalamnya membuatnya tak bisa hidup dengan baik saat itu. Dia harus mengalami mimpi buruk yang panjang hingga hampir gila karena ketakutan. Dan pria di sampingnya yang kini kembali menjadi suaminya adalah orang yang membuatnya seperti itu."Aku tak menyan
dua suara itu terdengar dalam waktu bersamaan. irlac tak dapat merespon sebelum menyadari bahwa pintu kamar itu terdobrak dan satu hantaman melayang ke wajahnya. pukulan itu terus saja datang tanpa jeda dan tak memberinya ruang untuk bergerak apalagi membalas. tapi dari sudut matanya yang terbuka, dia tahu bahwa orang itu adalah kenzie!bagaimana bisa! bagaimana bisa kenzie menemukan lokasinya dengan sangat cepat? dia yakin sudah mengacaukan segalanya, tapi pria ini berhasil datang dan menemukan ellinanya. dia tak bisa bergerak saat pukulan yang entah keberapa kali dia terima membuat seluruh kesadarannya menghilang.melihat irlac tak bergerak, mata kenzie mengedar dengan teriakan yang tertahan. dia dengan cepat menghampiri jendela dan menggenggam erat tangan ellina. saat ini, dia merasa seluruh nyawanya terhisap dan dia akan kehilangan segalanya. segalanya yang membuat hidupnya tak berarti jika itu terjadi."ellina!" teriaknya kuat. dia merasa ellina mencoba menghindari tangannya, dan
"ellina,"ellina sempat membeku saat melihat vania berdiri di dalam ruangannya. tatapan matanya meneliti dan kemudian tersenyum sinis. "haruskah aku panggil ibu?" "aku ikut membesarkanmu," jawab vania dingin. tatapan matanya mengejek dengan tubuh yang terus mendekat. "ikut denganku," raihnya menarik tangan ellina."kenapa aku harus?" tanya ellina tak bergerak dan menahan tangannya. tatapannya dingin dengan tatapan yang menghujam. ekspresi muak terlintas di balut dengan senyum tipis yang entah kenapa di mata vania terlihat sedikit menakutkan. "lepas,"vania tertawa, "kau masih belum sadar? kenapa kau sangat mejijikkan?" ucapnya mengeluarkan kebencian. "aku, sampai mati, tak akan membiarkanmu bahagia sementara anakku mati menderita. aku tidak akan membiarkanmu menikah ataupun pergi dengannya! kau harus mati, dengan cara yang mengenaskan dan sama dengan yang lexsi alami. aku berjanji, bahwa akuakan menunjukkan neraka untukmu di depan makam putriku!" teriaknya pada akhirnya.ellina mundu
ruangan terbuka itu memiliki udara sejuk dengan tanah liat yang terlihat sedikit basah. di bagian lain, tampak rumput-rumput kering yang bergoyang saat angin pagi menyapa halus. tampaknya hujan semalam memberikan harapan untuk hidup kembali. sedangkan di ujung sana, tampak bukit hijau yang menjulang dengan awan-awan putih yang menggantung di setengah badan gunung belum menghilang. di balil bukit, tampak cahaya keemasan terlihat malu-malu untuk bergerak tinggi dan menyinari. "sial" makian itu jelasterdengar ditngah udara dan pemandangan yang baik di pagi hariini. hal itu membuat ellina mengernyit tak mengerti."apa yang terjadi pada alvian?" tanyanya sambil melangkahdengan kaki telanjang namun tiba-tiba tangan kenzie meraih tangan dan merengkuh pundaknya. gaunnya yang panjang kebelakang tampak membentang dengan punggung yang terbuka, menampilkan tato mawar merahnya yang menyala. itu cantik dan sempurna.sudut mulut kenzie membentuk senyum tipis. wajahnya dia dekatkan saat kepala elli
hari ini livian tampak sibuk mengatur seluruh keperluan pesta yang akan di adakan nanti malam. kerena irlac telah resmi keluar dan lepas tangan dari L. V. Technology sejak ellina dinyatakan sebagai pewaris sah, livian mengambil alih segalanya untuk sementara karena ellina mengatakan belum siap untuk mengatur dan menjadi pemimpin keluarga. dan semua itu menjadi tanggung jawabnya kembali seperti sebelumnya.malam ini, saat acara pesta peretasan itu resmi digelar, beberpa tamu mulai berdatangan. dengan menyewa gedung milik keluarga E. V. yang telah ellina atur sebelumnya, membuat livian medesah lega. kini dia bisa melihat acara yang dia atur cukup ramai dengan desain dan balok es sebagai hiasan yang melambangkan ornamen perangkat lunak, atau ikon-ikon ang sering digunakan dalam peretasan. pencahayaan yang pas membuat suasana pesta itu tampak mewah dan berkelas. livian memberikan sambutan saat seluruh tamu telah datang dan memanggil ellina sebagai pemenang juga sebagai pewaris keluarga
Lima hari berlalu sejak Ernest tersiksa dan merasakan menderita hingga akhirnya berujung gila! tak ada ketampananlagi di wajahnya, setiap hari dia hanya tertawa, menangis lalu merintih kesakitan saat kesadarannya pulih. kehilangan lidah, dua tangan dengan dua kaki patah benar-benar membuatnya tak berdaya. dia pun memilih bunuh biri saat damon bar saja datang untuk menyiksanya.di lain tempat, qianzie mengalami hal yang sama. beebrapa hari telah berlalu dan dia tak dapat tidur sama sekali. dia benar-benar tersiksa, saat obat tidur itu memaksa matanya untuk terpejam namun dia memaksakan untuk tidak tidur. karena jika dia tidur, tali yang mengikat tubuhnya akan terlepas karena tangannya yang tak dapat menggengam erat tali di atasnya. bing bing di bawah sana sudah pasti akan mehapnya karena mulai merasa lapar sejak satu hari yang lalu. menyaksikan bing bing setiap hari melahap anak buahnya satu persatu yang keluarga Reegan temukan, membuatnya sangat ketakutan. dia tak tahu bahwa akan di g
Beberapa hari kemudian, Kenzie terlihat telah pulih meski tangannya masih di perban. Untung saja itu tidak patah, juga luka gores di lengan dan punggungnya telah sepenuhnya mengering. saat ini, Ellina berada di dalam ruangan Kenzie di rumah sakit, tengah duduk sambil membaca sebuah majalah dimana fotonya terpajang sebagai pewaris sah perusahaan L. V. dan E. V. sekaligus. dia mendesah karena merasa semua ini salah, dia meletakkan majalahnya lalu menatap Kenzie yang diam."Dimana Ernest?" Kenzie melirik Ellina datar. "Kenapa kau tanyakan itu padaku?""Kenzie," panggil Ellina lirih. dia tahu statusnya, juga tahu bahwa peringatan untuk menjauhi Ernest bukanlah main-main. tapi rasanya dia juga tak akan mengambil posisi ernest selama ini. "aku sudah mencarinya, tapi dia menghilang!""akan lebih bagus jika dia tewas!" balas kenzie kesal."kenzie" peringat ellina menunjukkan rasa tidak suka.kenzie memperhatikan ellina sekali lagi dan terlihat bahwa istrinya itu telah benar-benar pulih dan
Malam ini, Kenzie memeluk erat Ellina dalam rengkuhannya. Diam-diam dia bersukur pada kecelakaan yang telah mereka alami. Karena hal tersebut dia memiliki waktu yang banyak untuk bersama istrinya. Tapi sepertinya, keadaan tubuhnya tidak terlalu baik. Dia merasa luka-lukanya kian sakit dan semakin perih setiap waktunya. Meski begitu, dia menggunakan satu tangannya untuk memeluk Ellina erat. Lykaios memimpin langsung pencarian ke dasar jurang. Bersama anak buahnya dan beberapa dokter, dia menyusuri lembah dengan sangat hati-hati. Dia tak menyangka bahwa akan ada hutan lebat di dasar jurang curam yang seperti ini. Dia pikir, semua hanya akan ada tanah tandus bebatuan yang kering. Pencariannya tidak secepat yang dia pikir. Dia terus saja masuk ke dalam hutan dan menyusuri sungai untuk mencari arah yang lebih mudah. Waktu terus berlalu dan dia sama sekali tak berhenti untuk mencari. Dia bahkan melihat hari telah mulai pagi meski di dalam hutan ini tampak gelap karena cuaca yang mendung da
Hari dimana jati diri Ellina terungkap ke media adalah hari yang berat untuk Wilton. Saat dia baru saja berpikir untuk menjemput Ellina, dia mendapati kabar bahwa putri satu-satunya mengalami kecelakaan dan mungkin saja telah meninggal. Semua terlalu kebetulan untuknya, dia menjadi kian curiga saat sebuah surat tak bertuan melayang untuknya dengan informasi bahwa putra luarnya yang telah merencanakan pembunuhan pada putrinya. Hal itu jelas membuat darah Wilton mendidih. segera, dia mendatangi kantor E. V. Company dalam diam.Sedangkan di rumah keluarga Rexton, saat jati diri Ellina terungkap ke media, Aldric tampak linglung. Mantan istri yang dia cintai sebenarnya adalah putri dari keluarga L. V. yang tengah bersembunyi. Tapi dia, tanpa sengaja membuat hidup istrinya menderita hingga kematiannya. Terlebih pada ellina, dia baru menyadari bahwa Ellina adalah putri dari Wilton, yang artinya putri dari keluarga E. V.. Semua darah yang mengalir di tubuh Ellina adalah darah konglomerat yan