Share

Chapter 59

Penulis: Author newbie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Morning, Priscilla." sapa Abimana.

"Morning too dokter Abimana," sahut Priscilla tanpa menoleh sedikitpun, ia masih sibuk membaca novel yang perawat Lia bawakan kemarin.

"Serius banget bacanya, bagus ya novel yang perawat Lia bawakan?" tanya Abimana tapi hanya di balas anggukan kepala oleh Priscilla.

Abimana melepas jarum infus yang menancap di urat nadi tangan kiri Priscilla, sebenarnya ini tugas perawat tapi karena Priscilla adalah pasien istimewa jadi Abimana yang turun langsung menangani semua kebutuhannya.

"Kamu sudah sarapan?"

Priscilla menutup buku novelnya, tapi sebelum itu Priscilla meletakkan dulu sebuah markah buku untuk menandai halaman yang terakhir ia baca.

"Belum, perawat Ghea belum membawakan saya makanan dokter Abimana." Senyumnya tipis, wajah Priscilla nampak pucat dan sedikit kurus.

"Mau sarapan bareng say

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hello, Papa!   Chapter 60

    Leonard mengaduk semen yang akan di gunakan untuk membangun sebuah gedung perkantoran, seorang bos yang dulu bergelimang harta Kini berubah menjadi seorang buruh kasar dengan gaji yang tidak seberapa. Hari ini Leonard akan menerima gaji pertamanya sebagai buruh kasar, tidak banyak namun cukup untuk hidup berdua. Ya, Leonard akan menjemput Priscilla untuk tinggal bersamanya. Leonard menyewa sebuah kontrakan tiga petak di belakang warung makan Nadine, untuk kebutuhan makan Nadine biasanya mengirimkan Leonard lauk pauk dari warungnya. Terkadang jika sedang libur Leonard membantu Nadine di warung, mengantarkan pesanan makanan ke pelanggan Nadine menggunakan motor.Setelah semua lepas dari genggamannya, Leonard baru menyadari betapa buruk perlakuannya dulu pada Priscilla dan Julie. Menyelingkuhi Julie saat istrinya itu tengah sakit parah, membuang Priscilla saat hidupnya sedang terpuruk dan membuat Priscilla menderita di tangan seorang lelaki biadab hing

  • Hello, Papa!   Chapter 61

    Diandra membongkar isi dompet Jay kecuali di bagian ATM dan uang tunai, pertama-tama Diandra mengambil kartu nama dan identitas Jay untuk mengetahui alamatnya. Setelah mengetahui alamat rumah Jay, lalu ia mengambil dua lembar foto ukuran dompet yang ada di dalam dompet Jay."Wah, ini Jayden? ganteng banget!" pekiknya, yang Diandra lihat saat ini adalah foto Jay saat kuliah. Penampilannya masih nampak polos, tanpa piercing dan tatonya juga belum terlalu banyak.Tapi Diandra nampak tidak suka saat melihat foto yang kedua, itu adalah foto selfie Priscilla dan Jay saat masih tinggal bersama. Diandra merobek foto itu hingga hancur tidak terbentuk, wajahnya mendadak berubah badmood.Diandra baru menyadari nama belakang Jay adalah Dinata, yang Diandra tau Dinata itu adalah nama belakang seorang pengusaha yang cukup terkenal dan sukses. Diandra mengambil ponselnya dan mencari tau tentang Jay di internet, berita tent

  • Hello, Papa!   Chapter 62

    Diandra memarkirkan mobil sedan miliknya, dan melenggang masuk ke gedung perkantoran milik Andrew. Hari ini ia mengenakan rok span setengah paha dan atasan crop top berwarna pastel, tidak lupa juga ia mengenakan blazer untuk menutupi sedikit bagian atas tubuhnya. Diandra harus terlihat tampil seksi namun juga elegan saat bertemu Jay, rambut panjang bergelombangnya ia gerai dengan kacamata tersemat di atas kepalanya."Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis."Saya ingin bertemu Jayden, apa dia sedang berada di kantor saat ini?""Pak Jayden ada di ruangannya saat ini, mohon tunggu sebentar nyonya."'Sial, aku udah tampil secantik ini kok dipanggil nyonya. Emang muka aku tua banget apa?!' gerutu Diandra dalam hati."Maaf, dengan nyonya siapa?""Bilang saja saya orang yang menemukan dompetnya di cafe," sahut Diandra ketus.

  • Hello, Papa!   Chapter 63

    Jay tidak henti-hentinya menatap Priscilla yang tengah menyantap black forest di hadapannya, tidak sedetikpun Jay mengalihkan perhatiannya pada Priscilla sampai makanan yang ia pesan kini sudah dingin. Priscilla tentu salah tingkah di perhatikan seperti ini, tapi ia tahan kegugupannya di depan Jay dan tetap terlihat biasa saja."Makan yang banyak ya?" ucap Jay seraya tersenyum."Aku udah makan tiga piring emang masih kurang banyak di mata kakak?"Jay hanya tertawa sekaligus terkejut melihat mie kuah yang ada di depannya sudah sangat mekar, lantas ia menyingkirkan mie itu dan malah mengambil black forest milik Priscilla."Kakak!" Priscilla menepis punggung tangan Jay dengan garpu plastik."Kakak mau juga Sil black forestnya,""Pesen lagi aja ih," gerutu Priscilla sembari menarik cake itu lagi ke hadapannya."Gak mau, kakak mau

  • Hello, Papa!   Chapter 64

    Pagi menjelang, namun Jay masih juga belum keluar dari kamarnya dan makanan yang Diandra siapkan semalam masih utuh tidak tersentuh. Niko sama sekali tidak berselera untuk menyentuh masakan Diandra, walaupun sepertinya masakan Diandra cukup enak. Niko yakin kalau sejak kemarin Jay juga belum makan, karena bahan makanan sudah tinggal sedikit jadi Niko memutuskan untuk membuat salad dan roti panggang saja."Jay, saya bawain jus dan roti panggang." ucapnya sembari mengetuk pintu Jay berkali-kali.Lima menit Niko menunggu tapi Jay tidak kunjung keluar juga, ia akhirnya membawa lagi baki berisi sarapan itu ke dapur. Karena hari ini Niko sedang libur, ia memutuskan untuk pergi membawa Dominic dan Molly berjalan santai di taman. Tapi baru saja ia hendak pergi ke luar, tiba-tiba sebuah mobil masuk ke pekarangan rumahnya. Mobil itu tidak asing bagi Niko, ia jadi ragu untuk meninggalkan rumah karena kedatangan tamu ini."Morning Niko!" teriak Diandra dari dala

  • Hello, Papa!   Chapter 65

    "Udah siap nak?" tanya Leonard."Udah pi, cuma ini aja kok barang-barang Priscilla."Priscilla menatap ke luar jendela, pikirannya jauh melayang ke kejadian kemarin. Betapa menyakitkan ucapannya pada Jay, lelaki yang sudah menolongnya saat keadaannya terpuruk. Lelaki yang sangat Priscilla cintai, tapi tega ia sakiti hanya karena keegoisannya sendiri. Priscilla padahal tau Jay akan selalu menerimanya, tapi ia lebih memilih meninggalkan lelaki itu.Semua barang sudah di kemas, kini saatnya Priscilla pulang bersama Leonard ke istana kecil milik Leonard. Besar rumah itu hanya secuil dari rumah lamanya, tapi Leonard berharap dari sana mereka bisa memulai kehidupan yang baru dan ia bisa belajar menjadi ayah yang sepatutnya untuk Priscilla."Priscilla," panggil seseorang, membuyarkan lamunan Priscilla."Niko?""Saya harus bicara sama kamu, maaf pak Leon

  • Hello, Papa!   Chapter 66

    "Masuk sayang, maaf papi gak bisa lagi kasih tempat tinggal yang mewah buat kamu." ucapnya."Gak apa pi, mau dimanapun kita tinggal Priscilla gak masalah,""Kalau gitu papi tinggal dulu ya? papi harus kembali ke proyek untuk bekerja." Priscilla mengangguk, lalu menyeret kopernya masuk ke dalam rumah.Di dalam kontrakan ini belum terisi banyak barang, hanya ada kasur, lemari, tv jadul berukuran 14 inci, dan peralatan memasak ala kadarnya. Saat Priscilla tengah membereskan bajunya, seseorang masuk ke dalam rumah untuk membawakan makan seperti biasa."Priscilla?""Nadine?"Untuk sesaat mereka saling bertatap, namun tiba-tiba Nadine menghambur dan memeluk Priscilla erat juga meminta maaf padanya. Priscilla tidak tau harus berbicara apa padanya, tapi yang Priscilla lihat Nadine kini sudah banyak berubah. Nadine menceritakan semua yang dia alami sejak di usir oleh Leonard dari apartemen, hingga kini bisa bertemu dengan Leonard lagi disini."Ini ada lauk buat kalia

  • Hello, Papa!   Chapter 67

    Hari pertama Priscilla pindah ke perkampungan ini semua warga menyambutnya dengan ramah, bahkan sampai ada yang memberikan baju dan perlengkapan bayi untuknya. Karena semua barang bayi ada pada Jay, jadi Priscilla tidak memegang satupun barang untuk calon anaknya. Tidak hanya warga sekitar yang datang, Nani dan Abimana juga datang untuk melihat rumah baru Priscilla. Sebagai hadiah pindahan, Nani memberikan beberapa makanan buah dan juga stok susu hamil yang sangat banyak, sedangkan Abimana hanya memberikan lima baju daster dengan model modern juga sepasang sepatu dan sendal untuk Priscilla karena Abimana lihat Priscilla tidak memiliki alas kaki yang layak. "Maaf aku cuma kasih ini, tapi hadiah selanjutnya aku bakal kasih kamu lahiran di rumah sakit tanpa biaya sepeserpun. Gimana?" tanya Abimana seraya menaik turunkan alisnya."Bener ya dok? jangan bokis loh." "Bener dong, kalo perlu saya kasih ruangan VIP buat kamu." Di tengah obrolan yang sedang berlangsung h

Bab terbaru

  • Hello, Papa!   Chapter 103 (End)

    Malam hari, Di bawah temaramnya lampu balkon kamar, Priscilla berdiri menatap ke arah bintang yang tengah bersinar dengan indahnya. Rambut panjangnya tergerai indah ke belakang tersapu angin malam, bulu matanya yang lentik menciptakan sebuah bayangan di bawah matanya. Priscilla berbalik dan tersenyum hangat ke arah Jay, salah satu tangannya mengulur untuk menyambut Jay ke dalam pelukannya. Gadis yang dulu ia tolong saat ingin bunuh diri, ternyata adalah jodohnya. Rasa kasihan di hati Jay yang dulu ada untuk Priscilla, kini sudah berganti menjadi rasa cinta yang begitu mendalam untuk perempuan yang ada di hadapannya. Jay tidak pernah menyangka bahwa ia akan mencintai seorang perempuan sampai seperti ini, Priscilla benar-benar membuat Jay tergila-gila padanya. Jay menyambut uluran tangan Priscilla dan menggenggamnya erat, netra mereka saling bertemu dan mengisyaratkan betapa mereka saling mencintai satu sama lain. Jay memeluk Priscilla erat, dan menjamah tiap inci

  • Hello, Papa!   Chapter 102

    Sesampainya mereka di bandara, seketika suasana langsung berubah haru. Priscilla yang sedari kemarin berusaha untuk tetap tenang akhirnya menangis juga saat tinggal beberapa waktu lagi Jay akan pergi, begitu juga Niko yang nampak galau karena akan ditinggal Jay padahal mereka baru saja dekat belum lama ini. "Kamu baik-baik ya disana, makan dan tidur yang teratur. Rajin-rajin hubungin aku, terus jangan genit sama cewek-cewek bule. inget!" Priscilla menyentil hidung Jay, Jay hanya bisa tertawa pelan saat mendengar ucapan terakhir istrinya. "Iya istriku sayang, kamu juga jaga diri ya selama jauh dari aku." Jay mengecup ujung kepala Priscilla. "Nik, gue titip anak sama istri gue ya. Jangan sampe ada yang berani godain dia," "Tenang aja Jay, saya bakal jagain Priscilla dan Sera dengan baik." "Kamu tenang aja Jay, papi ada disini buat menantu dan cucu papi. Gak akan ada yang berani ganggu mereka selama ada papi," ujar Andrew. Jay memeluk Priscilla sejenak, dan

  • Hello, Papa!   Chapter 101

    Tiga hari kemudian, Jay dan Priscilla akhirnya pulang dari masa honeymoonnya. Mereka nampak semakin lengket seakan sulit untuk dipisahkan satu sama lain, mereka baru tau tentang gagalnya pernikahan Stefan saat sedang mengunjungi Andrew dan dugaan Priscilla benar adanya kalau Shaelana memang tengah hamil. Priscilla tidak menyangka kalau ayah dari bayi yang Shaelana kandung adalah Hendrick, pantas saja kemarin Shaelana nampak gelagapan saat Hendrick meneleponnya. Semenjak batal menikah, Stefan hanya mengurung diri di dalam kamarnya. Ia tidak pergi ke kantor, bahkan tidak ingin makan apapun jika Lilyana tidak memaksanya sembari menangis. Andrew tidak melakukan apapun untuk membujuknya, ia ingin memberi pelajaran kepada Stefan agar otaknya bisa lebih cerdas dalam menghadapi perempuan. Untungnya pernikahan kemarin tidak mengundang banyak orang, jika sampai mengundang banyak orang maka Andrew akan merasa sangat malu di hadapan para tamu karena mempelai wanita di bawa pergi oleh le

  • Hello, Papa!   Chapter 100

    Keesokan paginya, Stefan langsung menyiapkan semua kebutuhan untuk pernikahannya dengan Shaelana. Andrew sempat tidak setuju dengan pernikahan mendadak ini, karena Andrew yakin ada yang tidak beres dengan Shaelana. Namun Stefan nampaknya tidak perduli dengan kekhawatiran Andrew, ia tetap mengurus pernikahannya dengan Shaelana tanpa persetujuan Andrew. Dengan menggunakan gaun pengantin dan tuxedo yang tersedia di butik, Stefan dan Shaelana menikah dengan hanya dihadiri oleh Andrew, Lilyana dan beberapa kerabat Shaelana yang ada di Indonesia. Shaelana berjalan menuju altar di dampingi oleh sepupu jauhnya, kedua orang tua Shaelana tentu tidak tau tentang pernikahan ini. Shaelana menutupi dari seluruh kerabatnya dengan berkata kalau kedua orangtuanya berhalangan hadir hari ini, jika kedua orangtuanya tau kalau Shaelana menikah dengan lelaki lain tentu mereka akan menentang keras pernikahan ini. Bisnis keluarga Shaelana bergantung pada Hendrick, jika ia sampai gagal m

  • Hello, Papa!   Chapter 99

    Keesokan harinya, di pagi-pagi buta. Priscilla, Jay dan juga Desti sudah bersiap-siap untuk berangkat ke pulau Bali. Menempuh perjalanan selama hampir dua jam, mereka kini akhirnya sampai di bandar udara Gusti Ngurah Rai. Desti yang tidak pernah berlibur sejauh ini, nampak sangat senang sampai terus mengucapkan terimakasih berkali-kali kepada Priscilla dan juga Jay. Karena Priscilla suka dengan suasana pantai, jadi Stefani memesankan resort yang berada dekat dengan pantai. Begitu melihat hamparan air laut di depan matanya, Priscilla langsung lupa diri dan ingin cepat-cepat sampai ke resort agar bisa bermain di pantai. Benar saja, saat mereka sampai di resort Priscilla langsung mengganti pakaiannya dan keluar menuju pantai dengan menggunakan celana hotpants dan kaus oblong oversize. Jay padahal sudah berantisipasi dengan menyembunyikan semua bikini milik Priscilla, tapi ternyata istrinya itu pintar menjaga keindahan badannya tanpa perlu Jay nasihati. Priscilla nampak b

  • Hello, Papa!   Chapter 98

    Setelah mengemasi barang untuk honeymoon besok, Priscilla merebahkan dirinya di atas ranjang Jay. Mulai hari ini ia akan tidur di kamar Jay, sedangkan kamar sebelah akan ditempati oleh Sera dan Desti. Heni, art yang mengurus rumah ini akan tinggal di paviliun. Paviliun itu tadinya hanya di gunakan sebagai gudang, namun sekarang sudah di renovasi senyaman mungkin agar Heni betah menempatinya. Tapi hingga menjelang sore Heni belum juga terlihat di rumah ini, ia juga tidak mengabari siapapun kemana ia pergi.Pada sore hari, Heni baru sampai di rumah entah darimana. Di tangannya menjinjing beberapa buku, dan wajahnya nampak sangat kelelahan. Heni sangat terkejut saat mendapati Priscilla sudah tiba di rumah dan tengah duduk di ruang keluarga, pasalnya yang Heni tau mereka baru akan pulang esok hari dan sekarang Heni tidak menyiapkan makan karena Niko biasanya sudah makan di luar."Heni, kamu darimana?" tanya Priscilla."Heni abis main ke rumah temen

  • Hello, Papa!   Chapter 97

    Priscilla mengerjapkan kedua matanya saat mencium wangi aroma kopi menyeruak masuk ke dalam hidungnya, saat kedua matanya terbuka lebar ia melihat siluet Jay yang tengah berdiri di dekat jendela sembari memegang secangkir kopi. Handuk melilit bagian tubuh bawahnya, dan rambutnya yang masih setengah basah mengalirkan air ke bahunya yang bidang. "Sil, kamu udah bangun?" sapanya. "Baru bangun kok, aku ke kamar sebelah dulu ya liat Sera." Priscilla hendak bangkit dari tempat tidur, tapi Jay menjegal tengannya pelan. "Sera udah aku tengokin kok tadi, dia masih tidur. Stok ASI juga masih banyak, kamu gak perlu kesana." "Oh iya udah, aku mandi aja deh kalo gitu." Karena pertempuran semalam, badan Priscilla terasa tidak nyaman dan lengket sekali. Priscilla sudah mengambil kimono handuk miliknya, tapi tiba-tiba Jay mengambil kimono itu dan melemparkannya jauh. "Gak usah pake handuk," Jay menaikkan satu sudut bibirnya. Dal

  • Hello, Papa!   Chapter 96

    Setelah menyusui dan menyetok ASI untuk Sera, Priscilla kembali ke kamarnya karena ia sudah meninggalkan Jay hampir dua jam lamanya. Priscilla mendadak gugup saat ingin masuk ke dalam kamar, karena mulai malam ini ia akan tidur satu ranjang dengan Jay dan mungkin malam ini juga ia akan menunaikan kewajibannya sebagai istri untuk Jay. Saat Priscilla masuk ke dalam kamar, ternyata Jay sudah tertidur lelap di atas ranjang karena kemarin malam ia tidak tidur dengan nyenyak. Priscilla yang belum mandi sejak acara resepsi selesai, kini memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum menyusul Jay tidur. Priscilla membuka koper miliknya untuk mencari piyama yang akan ia kenakan malam ini, namun entah kenapa semua piyamanya kini sudah tidak ada di tempatnya dan berganti dengan beberapa lingerie seksi. Karena tidak ada yang bisa dipakai dengan layak malam ini, mau tidak mau Priscilla akhirnya memakai salah satu lingerie tersebut yang modelnya masih lebih baik daripada yang

  • Hello, Papa!   Chapter 95

    Empat jam lagi Jay akan resmi mempersunting Priscilla, rasa gugup di hatinya semakin menggebu-gebu. Sejak semalam Jay tidak bisa tidur dengan nyenyak, setiap akan memejamkan mata bayangan wajah Priscilla selalu melintas di depan wajahnya membuat Jay jadi salah tingkah. Suara tangisan Sera terdengar dari kamar sebelah, biasanya Jay akan langsung pergi kesana jika mendengar Sera menangis tapi kali ini rasanya ia tidak mampu untuk melangkah kesana. Untungnya bayi kecil itu tidak lama menangisnya, Jay kembali merebahkan dirinya di atas ranjang berharap bisa tidur sejenak agar tidak mengantuk nanti saat menjalankan prosesi pernikahan. Suara bel terdengar dari luar rumah, tidak lama kemudian suara langkah beberapa orang naik ke lantai atas. "Sebelah sini kamar pengantin wanitanya," ucap Niko, lalu mengetuk kamar Priscilla pelan. Setelah MUA dan beberapa asistennya masuk ke kamar Priscilla, gantian Niko yang masuk ke kamar Jay. Saat melihat raut wajah Jay Nik

DMCA.com Protection Status