Mobil yang ditumpangi Niko dan Amerika melesat meninggalkan Hotel de Paris.
Niko yang duduk di belakang kemudi sesekali melirik pada Amerika yang duduk di sampingnya.
Amerika menarik napas panjang, saat itu juga dia bertanya pada Niko dengan nada pelan.
“Apa aku boleh membuka jendela kacanya?”
Niko yang mendengar langsung mengangguk sambil menjawab, “Hm …”
Dari sudut bibir Niko, dia tersenyum kecil melihat Amerika sedikit santai.
“Apa kau sekarang sudah merasa baikan?” tanya Niko dengan suara ragu-ragu.
Amerika yang baru saja membuka kaca jendela mobil, mengangguk lalu menoleh, rambutnya tersa
“Mom, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Niko alih-alih senang dengan kedatangan ibunya yang secara tiba-tiba itu.Lisa mendengus mendengar apa yang dikatakan putranya lalu menggeleng, kini tatapannya tertuju pada Amerika yang tengah berdiri canggung dan bingung.‘Kalau Karina bilang Niko adalah pangeran, apa mungkin ibunya ini seorang ratu?’ kalimat itu yang ada dipikiran Amerika saat ini. Dia tidak berani menatap wanita berpakaian bak putri itu, begitu cantik.Dari rambut sampai ujung kaki sungguh menawan. Setelan blazer warna putih dan juga topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya itu, Amerika berpikir lagi, kenapa dia mengenakan pakaian seperti itu. Amerika teringat para ladies yang hidup di istana yang sering dia tonton di film-film favoritnya. Apa mungkin dia … kalau Niko ada
Raut wajah Amerika seketika berubah.“Amerika, perkenalkan dia, ibuku.” Sahut Niko memperkenalkan ibunya pada Amerika.Dia hampir saja melupakannya, lalu setelah itu Niko menatap Rose, “Rose, kau senang sekali bermain-main hari ini.”“Hai …” sapa Lisa pada Amerika, tersenyum canggung.“Amerika Taylor.” Jawab Amerika balik, dia merasa Niko sangat mirip dengan ibunya saat mereka sama-sama tersenyum.“Yang Mulia …” sapa Rose lagi, sontak Lisa dan Niko meringis saat Amerika dahinya berkerut lagi, merasa bingung kenapa Rose terus memanggilnya ‘Yang Mulia’“Sebentar …” Niko saat itu
Mendengar perkataan ibunya, Niko terdiam sesaat.‘Apa aku harus memberitahunya, kalau sebenarnya Bella sudah ia temukan.’Memikirkan itu Niko menatap lekat ibunya, lalu dia mengurungkan niatnya. Kalau sampai dia mengatakan yang sebenarnya pada ibunya saat ini. Akan tidak mungkin kalau pihak yang melawannya mengetahuinya juga, dan itu akan sulit baginya untuk bertindak lebih jauh.Amina dan pendukungnya pasti akan melakukan berbagai cara untuk mencoba membuat istanah kacau, agar Bella bisa dibebaskan.“Mom, apa aku harus kembali sekarang? Aku pikir belum waktunya.” Jawab Niko.“Nik, apa kamu mau mereka terus membuat kekacauan di Rosen, agar kamu tidak menjadi pangeran mahkota selanjutnya. Pikirkan
Tanpa banyak berkata dengan tatapan dingin dan menakutkan, Aspen menghajar semua pria itu dengan sekali pukulan, semuanya kini terkapar tidak berdaya di lantai.Setelah itu Aspen mendekati sip ria gendut yang tak lain adalah bos mereka.“Siapa yang menyuruhmu melakukan semua ini?” tanya Aspen.“Aku … aku hanya butuh uang saja, jangan bunuh aku.” Jawab si pria gendut, celananya basah saat dia berkata dengan suara gusar, melihat Aspen baru saja mengalahkan anak buahnya dengan hanya satu tarikan napas saja.Aspen menyeringai saat dia melihat celana pria gendut itu sudah basah.Celine yang juga melihatnya merasa jijik lalu berkata, “Bunuh saja dia, karena sudah membuatku menderita seperti ini.
“Dad …” sapa Alex.“Kenapa kamu masih belum bersiap?” tanya Adrian pada Alex, kedua matanya memicing.Amina yang berdiri di sisi Alex langsung berkata, “Sayang, sebaiknya kau periksa dulu putrimu itu apakah dia sudah bersiap-siap. Alex biar aku yang urus.”Amina mendorong Adrian menjauh dari Alex, saat dia menoleh ke Alex, Amina mengerling.Alex menarik napas panjang, ibunya sungguh luar biasa cepat tanggap.“Amina, baiklah. Aku akan ke kamar Amanda, kalau begitu.”Kata Adrian lalu dia bergegas berjalan menuju rumah.“Alex, apa yang kamu lakukan, cepatlah ganti pakaiamu.&rdqu
Beberapa jam sebelumnya. Helikopter pribadi milik istana Rosen tidak mendarat seperti biasanya di atas helipad Rosen tapi justru ke sebuah tempat di mana hanya Lisa dan nenek yang tahu. Saat mereka sudah sampai di dalam sebuah kastil yang terletak tak jauh dari istana, seorang gadis yang kedua matanya ditutup dengan kain hitam merasa ketakutan. “Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apa mereka menculikku? Tapi untukku apa, ayahku tidak punya uang dan juga aku bukan dari keluarga kaya raya. Tunggu … seingatku … waktu itu aku ada di rumah, bagaimana bisa aku …” Amerika terus berkata pada dirinya sendiri. Saat itu juga suara langkah kaki mendekat, Amerika ketakutan. “Jangan mendekatiku atau kau akan matin anti.” Ancam A
Amina menatap suaminya dengan wajah kesal, karena ini di ruang keluarga dia harus bisa menahan diri untuk tidak memperlakukan suaminya dengan tidak baik.Alih-alih marah akhirnya Amina tersenyum kecil melihat Lisa. Amanda yang melihat perubahan ibunya sedikit lega.“Amina, kau bisa tenang sedikit kan, malam ini.” Bisik Adrian pada istrinya.“Aku tidak berharap kau mempermalukan dirimu sendiri dengan tidak bisa menahan diri. Sudahi perdebatanmu dengan Lisa, toh dia hanya membantu putrimu.” Lanjut Adrian.“Pakaian yang kau kenakan mala mini juga membuatmu cantik.” Adrian tersenyum pada istrinya, membuat Amina yang awalnya kesal menjadi berubah perasaannya.Sejak kapan suaminya ini berubah men
Amina langsung mengulum senyum saat tatapan Toni tertuju padanya.“Ah, Tuan Toni, putramu sungguh rupawan. Kau sungguh berhasil mendidiknya dengan baik.” Kata Amina seketika saat dia merasa kalau Toni memperhatikan raut wajahnya barusan.Toni juga tersenyum lebar lalu berkata, “Putri Amina terlalu banyak memuji. Bukankah kau juga pandai merawat putramu, Alex. Aku dengar sebentar lagi dia akan bergabung ke militer, apa dia sungguh sudah baik-baik saja?”Kedua bola mata Amina berputar saat mendengarnya, Toni tidak bermaksud menyinggungnya, kan. Tentang kesehatan Alex yang pernah dia palsukan agar putranya tidak bergabung ke militer beberapa tahun yang lalu.“Tuan Toni, sebagai ibu sudah sepatutnya aku bersikap seperti itu kan kepada putraku.&r
Di ruang sidang dewan istana, beberapa anggota dewan terdiri dari sepuluh orang salah satunya Mister Launch, ayah Karina. Semalam Karina sudah ketakutan begitu mendapat kabar dari Amanda bahwa Niko sudah membuat Alex tidak bisa berjalan dan membawa ibunya pergi dari kediaman mereka. Karina tidak bisa tidur semalaman, tadi pagi saat ayahnya hendak pergi ke istana dia juga berpesan agar ayahnya bisa membantu membujuk Niko untuk tidak membuatnya menderita karena dia sudah menyesali atas apa yang sudah dia lakukan pada Amerika. Mister Launch menghela napas dalam saat dia duduk dengan gelisah, semua mata tertuju kepadanya. Karena dari kesepuluh anggota dewan istana keluarga Launch selalu yang membuat keputusan sepihak dan terlihat jelas tidak mendukung Niko dengan alasan karena putrinya tidak dilirik Niko sama sekali.
Tidak berapa lama Niko sudah keluar dari gedung tersebut.Masuk ke dalam mobil dengan raut wajah dingin membuat Aspen tidak banyak bertanya kepadanya.Suara ponsel Niko berbunyi, sebuah nama tertera di layar depannya.Dimitri …“Hallo …”“Bos, semua yang sudah bos perintahkan, sudah aku lakukan.”“Bagus, lalu …”“Kondisi ayahnya Amerika sudah membaik, awalnya perempuan itu menolak bantuaku tapi setelah aku jelaskan dia menjadi senang entah apa yang dia pikirkan.”“Aku tahu.”
Dalam waktu singkat setelah membawa pulang Amerika kembali ke kastil tempat mereka tinggal selama di Rosen. Niko meminta ibunya dan juga bibinya, ibunya Aspen untuk menjaga Amerika, karena gadis itu masih trauma.“Bibi, maaf merepotkanmu kali ini.” Ucap Niko pada Lucia yang juga sebagai kepala pelayan di kediaman ibunya.“Tidak apa-apa Pangeran, selama kau pergi, biar aku yang akan menjaganya.” Jawab Lucia.“Terima kasih.” Ucap Niko.“Nik, semuanya sudah siap. Apa kita pergi sekarang?” tanya Aspen.Niko menatap Amerika yang masih tertidur dengan tubuh diselimuti, sebelumnya seorang dokter istana sudah memeriksa Amerika dan diberikan obat penenang sehingga dia mengantuk lalu tert
“APA? ADA APA?” Amina bergegas menuju kamar Alex yang sudah dipenuhi para pelayan.Semua orang menyingkir memberikan jalan kepada Amina.“DIA KENAPA?” teriak Amina suaranya memekakan telinga.“Amina tenangkan dirimu.” Ucap Adrian pada istrinya.“Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, hah? Dia anakmu. Apa kau tidak melihatnya dia terluka.”“Dia hanya pingsan dan menurut dokter istana lukanya juga tidak parah.”“Adrian …” bola mata Amina melotot.“Kalian semua bisa keluar.” Perintah Adrian pada semua pelayan.
Dari tempat Amerika, dia bisa mendengar suara letusan senjata yang sangat keras tapi di luar kamar tidak terdengar apa-apa.“Nik, maafkan aku! Huwaaaa … Mama … tolong aku.” Setelah berbicara Alex melihat darah segar keluar dari kakinya tak lama kemudian dia pingsan.Niko mengambil pistol miliknya lalu dia pergi meninggalkan Alex yang masih tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.“Niko …” seru Aspen.“Bereskan semuanya seperti biasa, aku hanya memberinya peringatan. Dia sendiri yang menembak kakinya.” Kata Niko raut wajahnya dingin, dia memberikan pistol yang ada di tangannya pada Aspen.“Baiklah!” kata Aspen, dia langsung masuk ke kamar setelah itu menghub
Alex membuka resleting baju Amerika saat pintu didobrak dari luar dengan keras.BRAK!Seketika Niko masuk bersama dengan Aspen dan dua orang pengawalnya.Alex terkejut bola matanya melebar saat dia melihat Niko yang langsung berjalan berlari menerjangnya.“Dasar bajingan!” teriak Niko dengan keras.Tendangannya mengenai wajah Alex.“AUW … PENGAWAL.” Teriak Alex sambil memegang wajahnya yang terasa sakit akibat tendangan keras Niko.Aspen dan yang lain langsung menghajar para pengawal yang ada di kamar sebelah saat mereka tahu bahwa ada orang lain di dalamnya.
Aspen dengan cepat mengirimkan share lokasi pada Caesar.Saat Caesar sudah keluar dan berada di halaman istana dia mendengar suara ponselnya bergetar dari saku celananya.Dengan cepat Caesar meraih ponsel miliknya lalu dia mendesah dan sedikit berteriak pada beberapa pengawal Niko.“Semuanya ikuti mobilku sekarang juga.” Seru Caesar.“Siap Tuan!” jawab mereka langsung masuk ke dalam mobil yang lainnya.Rombongan mobil itu melaju kencang ke luar istana.Penjaga gerbang istana dengan cepat membuka pintu gerbang otomatis ketika mereka melihat iring-iringan mobil Pangeran Niko bergerak keluar.Dari pesta kebun Amand
“Aspen bawa alatnya kemari.” Perintah Niko, dia berjongkok menatap tajam bola mata Bella. “A-apa yang akan kau lakukan, Niko jangan macam-macam.” Teriak Bella mengancam dan juga ketakutan saat dia sadar Niko sepertinya tahu sesuatu. Niko menyeringai jahat saat sudut bibirnya berkedut, sangat menyeramkan. Semua orang yang melihat ekspresi Niko saat ini pastinya bakalan kencing di celana seperti yang dirasakan Bella. “Aku akan menjemput anakmu, tapi sebelumnya ada yang harus aku lakukan terlebih dahulu kepadamu. Sepertinya aku sudah memberimu begitu banyak waktu tapi ternyata kau saja yang tidak tahu diri dan jangan salahkan aku kalau aku bertindak seperti ini kepadamu, wahai Bibiku.” “Niko, aku mohon jangan lakukan
“Amerika, aku ada keperluan lain sebentar kau bisa kembali ke kastil bersama Caesar.” Ucap Niko, dia memajukan badannya pada Amerika, berbisik di telinganya. Karina dan juga Amanda yang sedari tadinya tanpa berkedip sekalipun mengawasi mereka dengan intens. “Kamu mau ke mana?” tanya Amerika bola matanya melebar. “Aku ada urusan yang harus aku selesaikan saat ini juga.” Jawab Niko, dia sudah berdiri. Saat itu juga Aspen pun berjalan mendekati Niko. Tapi Niko berbelok sebentar kea rah ayahnya yang sedang berbicara dengan seseorang. “Yang Mulia bisa kita mengobrol sebentar.” Niko berbisik pada ayahnya. Si tamu menundukkan bad