"Lepaskan dia"
Arion melirik Rafael yang berdiri di depannya dengan raut datar.
Arion mengeraskan rahangnya sebelum gelengan ia berikan untuk Rafael. "Aku tidak bisa! Aku akan melepasnya jika memang dia yang mau pergi dari apartemenku. Aku sudah berjanji"
Rafael mendengus sinis dan mengangguk mengerti "baiklah, jika memang itu yang kamu mau. Lagipula aku yakin sebentar lagi wanita itu akan meninggalkanmu karena sikapmu yang begitu temperamental ini! Wanita itu menyukai laki-laki dengan sikap yang hangat, bukan penuh amarah dan sombong seperti milikmu! Tak peduli bagaimana tampannya dirimu!"
Rafael berjalan melalui Arion untuk pergi memasuki rumah kedua orangtua mereka.
Meninggalkan Arion yang berdiri diam menatap hampa pada padang rumput di depannya. Ia menghela napasnya pelan dan berbalik memilih untuk pulang.
Namun saat dia melintas ruang tamu dia justru bertemu dengan Sang Papah juga Mamahnya yang tenga
Setelah Arion memanggil petugas kebersihan untuk membersihkan kekacauan di kamarnya. Arion dan Jesslyn sementara duduk diam di kamar yang dulunya menjadi kamar Jesslyn dengan wanita itu yang tengah membalut luka di tangannya.Arion melihat bagaimana wajah Jesslyn yang tengah serius membalut lukanya dengan kain kasa. "Luka robeknya tidak begitu dalam, namun nanti jangan lupa untuk menggantinya" Jesslyn mengangkat pandangannya dan terpaku sejenak karena menyadari bahwa wajah Arion begitu dekat, dan pria itu nampak menatap intens padanya."Ke-kenapa?"Arion menggeleng dan melihat pada kedua tangannya yang sudah dibalut dengan sempurna oleh Jesslyn. "Terimakasih" ujar Arion begitu pelan, namun masih dapat Jesslyn dengar dan wanita itu tersenyum tipis karena ungkapan terimakasih yang Arion katakan.Hening melanda, karena Arion maupun Jesslyn tak ada yang mau membuka percakapan.Arion menghela napasnya pelan sebelum menatap Jessly
Setelah keduanya puas bermain, Arion mengajak Jesslyn untuk duduk di rerumputan yang juga banyak di duduki oleh pengunjung lain sembari memakan jajanan yang tadi Jesslyn beli."Menyenangkan bukan?" Jesslyn melirik Arion dengan senyumnya yang lebar. Arion yang mendengar itu hanya mendengus geli dan mengangguk kuat."Ya"Jesslyn memberengut sebal mendengar jawaban singkat yang Arion berikan. "Bisakah kamu berhenti bersikap begitu cuek? Jika memang tak menyenangkan katakan saja dengan jujur. Mendengar kamu menjawab 'Ya, membuatku ragu bahwa kamu menikmati permainannya.""Tapi aku memang menikmatinya" Jesslyn menatap Arion dengan kening berkerut, dia bingung karena, jika Arion memang menikmatinya seperti apa ucapannya, seharusnya Arion memberi senyum atau ekspresi senang.Namun wajah Arion saat mengatakan ucapannya tadi benar-benar datar, tanpa ekspresi senang yang terpampang di wajah tampannya itu."Wajahmu itu tidak men
Rafael mengusap air mata Jesslyn yang terus berderai keluar dan membasahi pipinya. "Ssstt ... Bisakah kamu berhenti menangis? Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?"Rafael mendekap Jesslyn ke dalam dadanya. Dia tak suka melihat Jesslyn mengeluarkan tangisnya. "Hentikan air matamu Jesslyn, aku melakukan ini untuk kita!"Jesslyn masih terbaring dalam pelukan Rafael di dapur. Dia merasakan bahwa Rafael akan melakukan suatu hal yang buruk padanya. Jesslyn juga berusaha bangkit dan melawan ketidak berdayaan tubuhnya yang sudah Rafael suntikan obat bius.Namun usahanya selalu gagal. Dia tak mampu mengangkat satu jari pun, kini dia terlihat seperti orang tengah mabuk berat."Aku akan mengakhiri hubunganmu dengan Arion, Jesslyn ... Ingatlah ini, aku melakukan ini karena cinta. Aku harap kamu mengerti" Rafael mengambil tangan Jesslyn dan membawanya ke bibirnya untuk dikecup.Yang Jesslyn rasa justru takut. Dia takut oleh sos
Jesslyn tidak pernah menyangka bahwa dalam hidupnya dia harus terjebak dalam sebuah bencana yang disusun oleh orang yang ia pikir dekat dengannya.Jesslyn nyaman dengan Rafael, namun hanya sebatas teman dekat, ia tidak menyangka bahwa teman dekatnya berani melakukan hal ini yang membuatnya pasti akan dibenci oleh Arion.Yang Jesslyn bisa hanya mengeluarkan tangis menyedihkan. Dia yakin setelah ini akan hancur, hidupnya berakhir.Terlebih saat Arion tiba dengan wajah penuh kecewa dan marahnya. Bertambah lah rasa sakit dan takut di hatinya. Jesslyn juga tak bisa bangkit dari atas ranjang untuk mendekat pada Arion. Tubuhnya benar-benar mati rasa, dan Jesslyn bersumpah tak akan pernah memaafkan Rafael yang membuatnya seperti ini."Penghianat!" Adalah kata-kata Arion yang ditujukan padanya saat pria itu selesai mengusir Rafael pergi dari kamar hotel ini."Kamu dan dia memang memiliki hubungan di belakangku bukan?!" Tanya Arion de
Jesslyn duduk di atas ranjang pesakitannya dengan sebuah ponsel di tangannya. Dia ragu untuk menghubungi adiknya. Ponselnya ini dipinjamkan oleh petugas kesehatan rumah sakit, karena dia yang datang ke rumah sakit tak membawa barang apapun.Jesslyn hanya takut jika Kean bersikap berlebihan saat pria itu khawatir padanya. Namun siapa lagi jika bukan Kean yang ia hubungi? Teman-temannya? Sangat tidak mungkin. Sudah sangat lama Jesslyn tak berbicara pada mereka dan sekarang harus mendadak memberitahu mereka bagaimana keadaannya.Jesslyn belum siap bercerita pada mereka terkecuali ...Mbak Keisa!Ya,hanyawanita itu yang tau hubungannya dengan Arion, tapi sanggupkah Jesslyn memberitahunya?Baiklah, akan Jesslyn ambil semua resikonya.Jesslyn membuka media sosialnya dan mencari kontak Keisa. Melawan ragunya yang mendadak hadir, Jesslyn menekan logo bergambar gagang telepon itu.Dia memilih menghubungi Keisa.
Sudah lebih dari satu minggu Jesslyn berdiam diri di rumah sakit. Kondisinya pun mulai membaik, kandungannya juga perlahan kembali kuat. Jesslyn sangat bersyukur bayinya baik-baik saja di dalam perutnya.Sore ini dia sudah akan kembali pulang. Dan Jesslyn masih bingung harus bagaimana menjelaskannya pada Kean. Dia juga sebenarnya tak mau lagi menceritakan malam itu, malam dimana Rafael datang dan membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit ini.Kembali membayangkan kesakitan dan sakit hatinya akibat Rafael, membuat Jesslyn tak mau ditanya atau kembali mengingat malam itu, namun tentu dia tak bisa menyembunyikan masalah ini dari adiknya.Jesslyn menghela napasnya pelan dan bangkit dari atas ranjangnya untuk membersihkan kamarnya sebelum ia tinggal pergi. Untunglah Keisa membelikan ia baju ganti saat dirinya meminta, karena memang Jesslyn tak memiliki barang apapun yang dibawanya.Setelah menyelesaikan segala urusannya di rumah
Selepas dari apartemen Arion, Jesslyn memilih kembali pulang setelah pria itu membentak dan memarahinya.Dengan mengendarai taksi, Jesslyn tiba di rumah kostnya yang nampak gelap tanpa ada penerangan sedikitpun.Entah Kean ada di dalam dan lupa menyalakan penerangannya, atau pria itu masih belum pulang, karena yang Jesslyn tau pekerjaan pria itu yang ada di restoran cukup menyita banyak waktu adiknya.Dan berkat Rafael lah pria itu bisa bekerja. Dan dia putuskan, nanti Jesslyn akan meminta Kean berhenti dari pekerjaannya sudah cukup dia tak mau berhubungan denga pria brengsek itu lagi.Merogoh kunci yang ada di atas pintu Jesslyn berkerut kening karena tak menemukan benda itu di atas sana.Jesslyn mendesah karena itu adalah kebiasaan lamanya ketika meninggalkan rumah kostnya. Sementara kini ada Kean yang ikut tinggal bersamanya sudah pasti kuncinya selalu pria itu bawa.Sementara kunci yang satu ada di tasnya yang masih berada di apartemen A
Esok paginya, Jesslyn terbangun di atas ranjangnya dengan selimut yang menutupi sampai ke atas lehernya. Jesslyn mengingat bagaimana malam tadi saat ia selesai makan, dia kembali mual dan harus memuntahkan lagi makanan yang baru saja ditelannya.Kean sampai panik dan takut jika Jesslyn memiliki penyakit serius. Kean meminta Jesslyn memeriksa diri ke rumah sakit dan dia berniat mengantarnya, namun Jesslyn menyangkal bahwa dia hanya sakit biasa. Hingga dia yang lemas di dalam kamar mandi karena terus muntah diangkat oleh Kean dan ditidurkan nya di atas ranjang.Kean juga menutup tubuhnya dengan selimut sebelum meninggalkannya pergi.Jesslyn mengusap rambutnya. Karena mengingat mualnya, nampaknya berpengaruh karena kini dia mengalami lagi serangan mual itu dan harus membuatnya berlari kecil hingga tiba di kamar mandi.Jesslyn kembali muntah dan mengalami kram perut.Jesslyn kini mengerti bagaimana Arion saat p
Pernikahan akan terlaksana dalam waktu dekat ini, dan persiapannya pun sudah hampir sempurna.Bahkan Jesslyn tidak melakukan apapun, semua persiapan dilakukan oleh Arion serta kedua orangtua pria itu, dia hanya tinggal memilih apa yang paling disukanya dan akan dilaksanakan oleh Arion.Jesslyn sangat dimanjakan oleh keluarga Arion ini dan membuatnya nyaman akan kedekatan yang terjalin di keluarga tersebut.Jesslyn juga sudah kembali dekat dengan para temannya, mereka yang setiap hari minggu datang ke rumah keluarga Arion hanya demi melihat sang putra dan menemani Jesslyn main itu tak membuat Arion atau kedua orangtua itu risih.Ketiganya justru nampak bahagia karena bisa melihat Jesslyn tertawa dan bercanda gurau bersama teman-temannya yang jika datang akan berkumpul di halaman belakang rumah mereka yang luas.Terkadang Nyonya Narendra ikut bergabung dan memeriahkan acara kumpul mereka, Arion yang hanya melihat dari jauh bagaimana bahag
Jesslyn sudah duduk menunggu di kantin kantornya. Dia tau ketiga temannya akan datang kemari.Jesslyn menahan dan tak mau mempedulikan beberapa pasang mata yang menatap padanya. Karena kehebohan yang Arion lakukan pagi tadi, dan ketika dia keluar dari ruangan Haris tentu menjadi pusat perhatian namun Jesslyn menahannya karena dia hanya fokus untuk memikirkan apa yang akan dia katakan pada ketiga sahabatnya itu.Tiba di kantin pun masih belum ada karyawan yang datang karena memang belum masuk jam makan siang.Namun Jesslyn sudah duduk di mejanya yang dulu, meja dimana dia dan teman-temannya berkumpul yang letaknya berada di pojok ruangan dan sedikit tersembunyi.Sengaja mereka memilih meja itu karena kegiatan Jesslyn bersama teman-temannya itu suka bergosip.Memikirkan bagaimana dulu mereka membicarakan sesorang atau siapapun di meja ini memberinya kenangan yang lucu sekaligus merindukan masa-masa tersebut.&
Sesungguhnya jika bisa memilih, Jesslyn tidak mau ikut dengan Arion ke kantor.Sungguh dia masih takut, dan sakit hati jika mengingat bagaimana Arion yang merendahkannya saat itu.Meski Arion meyakinkan dia tidak akan ada ucapan jahat untuknya, namun di belakang pasti banyak yang akan membicarakannya."Hei ... Semuanya akan baik-baik saja, aku juga mau memberitahukan semuanya bahwa kamulah pemilik hatiku"Arion menggenggam satu tangan Jesslyn yang diletakan di atas pahanya dengan kepalan kuat.Arion mengurai kepalan tersebut dan menggandengnya dengan hangat. Arion mau menghilangkan kegugupan dan rasa takut yang kini memenuhi diri Jesslyn.Sampai dirinya tiba di parkiran kantornya pun, Jesslyn masih terlihat sangat gelisah dan wajahnya pucat. Jujur saja, Arion tidak mau menyiksa Jesslyn seperti ini, namun dia juga butuh Jesslyn untuk menunjukan pada orang-orang kantor betapa berharganya wanita itu untuknya."Ayo kita masuk"
Arion dengan segera menyelesaikan pekerjaannya, tepat ketika jam pulang kantor, dia yang biasanya keluar terakhir dari para pegawainya kini bahkan pulang lebih awal, karena perasaan rindunya yang membuncah mengingat Jesslyn berada di rumah kedua orangtuanya.Dia juga tidak sabar untuk menunjukan pada Jesslyn, tiga undangan yang sudah Joshua pilihkan.Setibanya Arion di rumah kedua orangtuanya, jantungnya berdebar cukup kuat karena dia tak sabar mengatakan pada Jesslyn, dia mau mulai mengurus semua persiapan pernikahan mereka, tentunya dibantu oleh keluarganya juga.Arion tak mau gegabah seperti dulu yang tidak pernah menanyakan pendapat orang lain, karena saat dia sedang berdiskusi pada Karen persoalan rencana pernikahan Karen yang saat itu menyerahkan segala padanya tanpa mau ikut membicarakan tak membuat semangat Arion surut.Semua dia lakukan sendiri dan setiap ia bertanya pada Karen wanita itu hanya tersenyum dan mengangguk.&nb
Pagi ini sarapan di meja makan yang sama dengan keluarga Arion membuat Jesslyn kembali merasakan kehangatan sebuah keluarga.Terlebih bagaimana Nyonya dan Tuan Narendra yang tak berhenti tertawa bahagia karena bermain dengan Gabriel di depannya.Tersenyum penuh raut bahagia memandang itu, Jesslyn menoleh ke sampingnya saat merasakan seseorang menggenggam tangannya dengan erat.Arion yang menjadi pelakunya nampak merasakan kebahagiaan yang sama sepertinya. "Aku tidak pernah melihat mereka tertawa bahagia seperti itu ..." Arion berbisik pelan yang bisa Jesslyn dengar, dan mendengar apa yang Arion katakan itu membuat Jesslyn kembali menatapkan kedua matanya pada kedua orangtuanya yang sangat senang bermain dengan Gabriel yang merespon dengan tawa dan kedipan matanya."Mereka senang dengan Gabriel"Arion yang juga memfokuskan pandangannya pada Kedua orangtuanya itu mengangguk setuju, "kehadiran Gabriel dan kamu ... Menguba
Bibir Arion dan Jesslyn kembali terpaut dan saling memberi lumatan.Tubuh Jesslyn juga telah rebah sepenuhnya di atas sofa panjang dengan di atas tubuhnya ada Arion yang masih menyerbu bibirnya tanpa menekan tubuhnya.Arion menunduk di atas Jesslyn, memperdalam ciumannya. Hingga dia dan Jesslyn membutuhkan napas barulah Arion melepas ciuman bibirnya.Meski hanya sebentar sebelum ia tempelkan bibirnya pada ceruk leher Jesslyn.Memberi hisapan pelan dan jilatan di sana, tersenyum senang saat mendengar rintihan pelan Jesslyn dan desah tertahan di bibirnya."Arhhion ..." Jesslyn memanggil lirih nama Arion saat ciuman pria itu perlahan turun ke dadanya yang masih terbalut dress nya.Arion memberi tanda di sana hingga kemudian dirinya bersiap merobek gaun mahal yang dibelinya di butik tadi, andai kata jika Jesslyn tidak mencegahnya."Jangan merusak gaunnya!"Jesslyn yang sudah mengetahui gerak tangan Arion yang ingin merobek kain dib
Setelah Jesslyn berhasil menghentikan tangis harunya, dia mulai melepas pelukan Arion yang hanya tersenyum geli padanya.Mulailah kedua orangtua Arion yang bertanya khawatir padanya. Namun Jesslyn berujar jika dia hanya terharu karena kehadirannya diterima dan mendapat perlakuan baik dari kedua orangtua Arion.Hal itu membuat Tuan dan Nyonya Narendra makin melihat betapa tulusnya Jesslyn, mereka makin menyukai wanita yang Arion bawa ini."Sayang sekali tidak ada Rafael, mungkin jika ada anak itu, dia akan meledek Kakaknya" Tubuh Jesslyn perlahan menegang mendengar saat Nyonya Narendra menyinggung persoalan Rafael.Meski Jesslyn berusaha melupakannya dan memaafkan, namun masih sangat berat jika mendengar nama pria itu, atau bahkan untuk bertemu."Kamu tau Jesslyn, Rafael pernah koma di rumah sakit karena Arion pukuli, kami berdua bahkan tidak tau alasan mereka bertengkar saat itu."Jesslyn tersenyum kaku dan meli
Jesslyn berdebar saat mobil Arion mulai memasuki pekarangan rumah kedua orangtuanya yang sangat megah.Arion juga menyadari bagaimana tegangnya wajah Jessyn, namun dia memilih mengusap tangan Jesslyn dan menenangkan wanita itu."Ayo masuk"Jesslyn mengangguk dan turun dari mobil, Arion membantu Jesslyn membawakan tasnya. Dan dengan tangan Arion yang merangkul pinggangnya, keduanya berjalan menuju pintu utama yang kini dibukakan oleh dua orang pelayan wanita muda.Jesslyn tersenyum pada kedua wanita yang tatapannya hanya tertuju pada Arion membuatnya sedikit kesal, bagaimana Arion yang juga tersenyum, meski senyuman pria itu ditujukan untuknya, karena Arion terus memandangnya."Tuan dan Nyonya menunggu di ruang tamu Tuan muda" Arion mengangguk mengerti dan terus merangkul pinggang Jesslyn melewati beberapa bagian rumahnya sebelum tiba di ruang tamu besar rumahnya.Sepanjang jalan Jesslyn juga meliarkan matanya untuk memuaskan kedua matanya ka
Jesslyn berkerut kening karena melihat Arion yang membawa mobilnya memasuki apartemen pria itu."Bukankah kita akan ke rumah kedua orangtuamu?"Arion menoleh sejenak pada Jesslyn sebelum pria itu beri anggukan. "Ya, kita akan ke rumah kedua orangtuaku, tapi malam nanti ... Karena pagi sampai sore ini aku mau menghabiskan waktu bersamamu dan Gabriel"Jesslyn yang mendengar itu sedikit melongo tak percaya. "Lalu mengapa kamu tidak bilang?! Aku sudah berdandan sangat rapih Arion!"Arion melirik Jesslyn dan mengusap lembut kepala wanita itu "karena jika aku bilang malam, kamu pasti tidak mau pergi pagi ini bersamaku"Jesslyn menghela napasnya pelan "kenapa kamu bisa berasumsi sendiri seperti itu? Jika kamu mengatakannya aku tidak mungkin berdandan secara berlebihan seperti ini"Arion terkekeh pelan dan menggeleng "tidak berlebihan menurutku, kamu cantik"Tak bisa dipungkiri wajah Jesslyn memerah malu akibatucapan Arion y