Beranda / Romansa / Hati yang Terikat Takdir / Bab 78 - Pengakuan Arga

Share

Bab 78 - Pengakuan Arga

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 22:28:35

Arum duduk di taman kota sore itu, terdiam menatap sekumpulan burung yang berkicau riang di dahan pohon dekat bangku yang didudukinya. Suasana di sekitar terasa damai, seakan menyuarakan kedamaian yang sulit ia temukan dalam pikirannya belakangan ini.

Udara sore yang sejuk seolah menghapus sesaat segala beban yang terasa menggantung di hatinya.

Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki yang dikenalnya dengan baik. Langkah ringan tapi mantap, langkah yang dulu sering menemaninya pulang sepulang kuliah di waktu lampau.

Ia mengangkat kepalanya dan melihat Arga berdiri tak jauh darinya, mengenakan senyum lembut yang selalu membuatnya merasa hangat.

“Arum,” panggil Arga pelan, seolah takut mengusik ketenangan sore itu.

Arum tersenyum, walau sedikit terkejut melihat kehadiran Arga. “Arga? Tumben kamu ke sini. Ada apa?”

Arga tersenyum kecil dan duduk di sampingnya, memberikan ruang tapi tetap dekat, seperti selalu menghorma

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 79 - Kecemburuan Rendra

    “Aku nggak pernah tahu kalau kamu masih dekat dengan Arga.” Nada suara Rendra rendah, tapi ada ketegangan yang tak bisa disembunyikan dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya.Arum mengangkat alis, sedikit terkejut dengan arah pembicaraan mereka sore itu. “Rendra, Arga hanya teman. Kamu tahu itu.”Rendra menggelengkan kepala pelan, tapi matanya tetap menatap Arum dengan tatapan tajam. “Teman yang menyatakan perasaan padamu? Teman yang mengira dia bisa memberi kamu kebahagiaan lebih dari aku?”Arum menarik napas panjang, mencoba menenangkan hatinya yang mulai tertekan oleh ketegangan antara mereka. “Kamu salah paham. Aku memang bertemu Arga beberapa kali, tapi semua hanya percakapan biasa, Rendra. Nggak ada yang lebih dari itu.”Namun, Rendra sepertinya tidak bisa menerima penjelasan itu dengan mudah. Baginya, bayangan Arga masih mengintai dalam setiap kehadiran Arum, merongrong rasa percaya diri yang dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 80 - Pernikahan yang Renggang

    “Arum, apa kamu yakin dengan keputusan ini?” Rendra menatap Arum dalam-dalam, matanya penuh rasa cemas. “Kita bisa membicarakan semuanya, kan?”Arum menghela napas panjang, pandangannya jatuh ke cangkir kopi di depannya yang sudah dingin. Ia terdiam, merasa setiap kata yang ingin diucapkannya seolah menyesakkan dada. Ia tahu bahwa pembicaraan ini penting, tetapi juga berbahaya bagi hubungan mereka.“Rendra, ini bukan lagi soal bicara,” ujarnya dengan suara bergetar. “Kita sudah bicara berulang kali, tapi tetap saja… aku merasa tercekik. Semua yang terjadi antara kita, dari awal sampai sekarang, seolah hanya menambah beban yang tidak pernah hilang.”Mendengar itu, Rendra tampak terhenyak. “Jadi menurutmu aku yang menambah beban itu?”Arum menggeleng pelan, lalu menatapnya dengan penuh kesedihan. “Aku nggak bilang begitu. Tapi cemburu yang berlebihan, tekanan dari keluarga kita, dan&he

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 81 - Runtuhnya Ratna

    “Aldi, aku nggak tahu lagi harus bagaimana…” Suara Ratna bergetar saat dia duduk di depan Aldi, wajahnya terlihat letih dengan mata yang merah akibat tangis yang tak berhenti sejak semalam. Ia merasa seolah dunia yang dulu ia cintai kini menjebaknya dalam bayangan ketakutan dan keraguan.Aldi menghela napas pelan, lalu menatap Ratna dengan ekspresi lembut namun penuh perhatian. Dia mengenal Ratna bukan hanya sebagai seorang seniman berbakat, tetapi sebagai pribadi yang penuh cinta dan dedikasi.Melihatnya berada di titik terendah seperti ini menyisakan rasa sakit yang tak ia sangka akan ia rasakan.“Ratna,” Aldi mulai dengan suara yang tenang, “kamu nggak harus memikul semua ini sendirian. Kamu sudah bekerja keras, dan nggak ada salahnya kalau kamu merasa lelah.”Ratna menundukkan kepala, menggigit bibirnya untuk menahan isak.“Aku merasa gagal, Aldi. Aku kehilangan sahabat terbaikku, aku merasa tera

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 82 - Warisan Fajar

    "Rendra, kamu tahu berita ini bisa menghancurkan semua yang sudah kamu bangun, kan?" suara Dimas terdengar berat, menggaung di dalam ruangan yang hening.Rendra duduk di seberang meja, kedua tangannya mengepal erat. Matanya memandang lurus, berusaha tenang meskipun di dalam hatinya berkecamuk.Berita tentang Fajar dan skandal keuangan yang ditinggalkannya telah tersebar ke publik, menyebutkan bahwa sebagian dari kekayaan Santoso—bahkan yang terkait dengan usaha Rendra—mungkin berasal dari sumber yang tidak sah."Aku nggak tahu, Dimas," jawab Rendra pelan, suaranya terdengar getir. "Aku nggak pernah menduga Fajar akan melibatkan bisnis keluarga dalam hal seperti ini."Dimas menghela napas panjang, tatapannya penuh simpati namun juga tegas. "Kita harus mengambil langkah hati-hati, Ren. Media sedang gencar-gencarnya, mereka menggali setiap jejak yang pernah ditinggalkan Fajar, dan sayangnya kamu ada dalam lingkaran itu."Rendra merasa dada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 83 - Skandal yang Terbuka

    "Ren, kamu lihat berita pagi ini?" Arum bertanya dengan nada khawatir sambil menatap layar ponselnya. Wajahnya menegang, ekspresinya menunjukkan kegalauan yang sulit disembunyikan.Rendra menghela napas berat, matanya terpaku pada layar televisi di sudut ruangan yang menayangkan siaran langsung seorang pembawa berita yang dengan antusias mengupas isu keterkaitan dirinya dengan skandal yang ditinggalkan Fajar.Dia tahu bahwa sekali informasi ini bocor, seluruh mata masyarakat akan memandangnya, menghakimi setiap langkah yang pernah ia ambil."Iya, aku sudah lihat," jawab Rendra akhirnya, suaranya lebih rendah dari biasanya, penuh beban yang tak bisa ia sembunyikan. "Aku sudah menduga ini bakal terjadi cepat atau lambat."Arum menatap Rendra, matanya dipenuhi kecemasan. "Mereka bahkan menyebut namaku, Ren. Ada yang bilang… ada yang bilang aku hanya menikahimu demi uang." Arum tertunduk, air mata mulai menetes perlahan, meski ia mencoba menahannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 84 - Ratna dan Aldi: Rasa yang Tak Terduga

    “Ratna, kamu yakin kita nggak salah jalan?” Aldi berbisik, suaranya rendah namun sarat dengan kegelisahan yang tak bisa disembunyikan. Mereka duduk di sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kota, tempat yang jarang disinggahi orang yang mereka kenal.Ratna menatapnya, mencoba memahami sorot mata pria di depannya, sorot mata yang sering ia cari-cari akhir-akhir ini. Senyumnya muncul tipis di bibir, namun ada keraguan yang tak terelakkan dalam tatapannya.“Aku nggak tahu, Di. Aku hanya... aku merasa kita ini seperti angin yang lewat, tahu nggak? Kita tahu harus berhenti, tapi entah kenapa nggak bisa.”Aldi menghela napas panjang. Ia tahu hubungan mereka sulit dipahami, bahkan oleh mereka berdua. Ratna dengan segala kompleksitasnya, dengan kebutuhan yang kuat untuk mandiri dan menjalani hidup sesuai kehendaknya.Dan ia, seorang pria yang terjebak dalam kehidupan yang penuh batasan, tanggung jawab yang tak bisa ia lepaskan begitu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 85 - Titik Terendah

    "Arum, kamu pikir aku nggak tahu semua ini?" Rendra melemparkan tatapannya yang penuh amarah, berusaha menahan suara agar tak berteriak. Di hadapannya, Arum berdiri terpaku, dadanya berdebar kencang. Kalimat Rendra barusan seperti memukulnya tanpa peringatan.“Aku nggak tahu maksudmu apa, Rendra,” jawab Arum, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meskipun di dalam hatinya, ia merasa terluka dan bingung. Rendra mengusap wajahnya, tanda frustasi yang semakin membara di dalam dirinya.“Kamu... kamu ikut terlibat dalam semua ini, kan? Semua tuduhan ini muncul begitu kita menikah, Arum. Setelah kamu masuk dalam hidupku, masalah semakin rumit!” ucapnya, suaranya menggema di ruangan yang sunyi.Arum menggeleng pelan, merasa terluka oleh tuduhan tak berdasar itu. “Rendra, kamu serius menuduh aku begitu?” suaranya gemetar, antara kesedihan dan kemarahan yang mendalam.“Kamu bahkan bisa mengatakan itu, padahal selama ini ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Hati yang Terikat Takdir   Bab 86 - Perpisahan yang Menyakitkan

    "Arum, kamu yakin nggak mau bicara lagi sama Rendra sebelum pergi?" tanya Dimas pelan, suaranya lembut namun penuh keprihatinan.Arum menggeleng, menatap lantai dengan tatapan kosong. Di depan pintu, koper kecilnya sudah siap, dan setiap sudut rumah yang pernah ia sebut 'rumah' itu sekarang terasa seperti sangkar tanpa kebahagiaan.“Udah cukup, Mas. Aku… aku butuh waktu untuk diriku sendiri,” jawab Arum dengan nada suara yang datar. Ia mencoba menahan segala rasa yang bergelut di dadanya, mencoba tidak menunjukkan betapa berat keputusan ini baginya.Dimas mengangguk paham, meskipun ia bisa melihat bahwa setiap kata yang diucapkan Arum mengandung beban emosi yang dalam. “Kalau kamu memang butuh, aku nggak akan menahanmu, Arum. Tapi tahu kan, rumah ini akan selalu terbuka buat kamu kapan saja?”Arum tersenyum tipis, mengangguk. “Terima kasih, Mas Dimas. Aku nggak akan lupa kebaikan kalian.”Dengan napas yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21

Bab terbaru

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 100 - Cinta yang Terlahir Kembali

    “Arum, apakah kamu yakin sudah siap?” suara lembut Rendra terdengar, suaranya mengandung keraguan sekaligus harapan. Mereka berdiri di sebuah taman kecil yang dikelilingi pohon-pohon berbunga, diapit oleh senja yang memancarkan cahaya keemasan.Arum mengangguk pelan, memandang Rendra dengan tatapan yang tenang namun sarat makna. “Aku siap, Rendra,” jawabnya dengan suara mantap. “Untuk segala hal yang telah kita lalui, dan apa pun yang akan datang.”Senja di taman itu menjadi saksi kehangatan dan kedamaian yang akhirnya bisa mereka raih. Hanya dihadiri keluarga terdekat dan sahabat-sahabat terbaik, mereka memutuskan untuk memperbarui janji pernikahan mereka dalam keheningan, jauh dari keramaian dan drama yang dulu pernah membayangi hubungan mereka.Di sudut taman, Ratna, yang hadir bersama Aldi, menatap Arum dengan senyum bangga di wajahnya. Aldi, yang berdiri di sebelahnya, menganggukkan kepala seolah ikut merasakan kebahagiaa

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 99 - Kesuksesan Ratna

    "Arum, kamu datang juga akhirnya!" Suara Ratna terdengar penuh semangat saat melihat sahabatnya melangkah masuk ke galeri tempat pameran terbarunya. Ratna segera menghampiri Arum, memeluknya dengan erat."Aku kan sudah janji, Na. Aku ingin lihat langsung semua karya hebatmu ini," jawab Arum sambil tersenyum hangat, matanya penuh kekaguman melihat ruangan galeri yang dipenuhi karya-karya Ratna.Dinding-dinding galeri dihiasi dengan lukisan-lukisan batik kontemporer yang unik, setiap goresannya memancarkan ekspresi hati dan jiwa Ratna.Ratna tertawa kecil sambil memandangi Arum. “Akhirnya, aku bisa berdiri di sini, Arum. Setelah semua yang terjadi…,” suara Ratna melirih, mengingat perjalanan panjang dan penuh rintangan yang telah ia lalui.Arum menepuk lengan Ratna pelan, seolah ingin menguatkannya. “Kamu pantas mendapatkan ini semua, Na. Setiap kerja keras, setiap air mata. Aku bangga padamu,” kata Arum dengan tatapan yang tu

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 98 - Awal yang Baru

    "Apakah kita benar-benar siap untuk ini, Ren?" Arum bertanya sambil menatap mata Rendra yang penuh keyakinan.Rendra menggenggam tangan Arum erat. “Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan pernah tahu, kan?”Mereka berdiri di depan rumah kecil yang baru saja mereka sewa. Rumah itu sederhana, jauh dari kemewahan yang pernah mereka bayangkan, tetapi terasa hangat.Hawa sore yang sejuk menyusup di antara dedaunan pohon mangga di halaman, membawa aroma tanah yang khas dan memberi suasana damai.Arum memandang rumah itu dengan senyum tipis. “Aku suka rumah ini, Ren. Sederhana, tapi terasa seperti rumah sungguhan.”Rendra tersenyum, menyadari bahwa itulah yang ia inginkan selama ini. Rumah kecil dengan Arum, bukan istana megah yang dipenuhi intrik dan beban masa lalu.“Kamu tahu, Arum, ini mungkin pertama kalinya dalam hidupku aku merasa benar-benar tenang. Tidak ada tekanan dari keluarga, tidak ada skandal, hanya...

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 97 - Rekonsiliasi

    “Apakah kamu sungguh yakin, Arum?” Rendra menatap dalam mata Arum, seolah berusaha menemukan keyakinan di sana.Arum tersenyum lembut, menggenggam tangan Rendra. “Aku yakin, Rendra. Aku juga sudah lelah berlarut-larut dalam keraguan. Mungkin kita memang harus melalui semua ini untuk benar-benar mengerti apa artinya kebersamaan.”Rendra mengangguk pelan, mata cokelatnya berkedip-kedip menahan emosi. Mereka duduk berhadapan di taman kecil yang penuh kenangan, di mana mereka berkali-kali bertemu dan berkali-kali pula bertengkar.Namun, sore ini terasa berbeda. Udara sore terasa hangat, dan aroma bunga melati yang lembut memenuhi suasana.“Aku ingin kita mulai dari awal,” ucap Rendra dengan nada mantap. “Tanpa janji-janji besar. Cukup kita saling percaya dan berjalan bersama.”Arum merasakan haru mengalir di hatinya. Semua luka yang pernah ada, semua pertengkaran dan air mata, perlahan-lahan terasa memuda

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 96 - Keputusan Arum

    “Kamu yakin, Arum?” Suara Dimas terdengar lembut, penuh perhatian. Mereka duduk di beranda rumah keluarga Arum, ditemani angin malam yang sejuk dan secangkir teh hangat di tangan masing-masing.Arum menatap secangkir teh di pangkuannya, jari-jarinya membelai pinggiran cangkir dengan gerakan pelan. “Aku... mungkin ini aneh, Om, tapi aku tetap merasa ada sesuatu di antara aku dan Rendra yang sulit aku lepaskan. Meskipun... semua hal yang terjadi membuatku bertanya-tanya.”Dimas mengangguk, mendengarkan dengan penuh perhatian. “Kadang cinta memang tidak mudah, Arum. Hubungan yang paling berarti sering kali yang paling sulit dipertahankan. Tapi, yang penting, kamu tahu kenapa kamu memilih untuk bertahan.”Arum menatap jauh ke depan, pandangannya melewati taman kecil di halaman rumah yang dipenuhi bunga-bunga warna-warni. Keindahan itu, sekilas, mengingatkan dirinya pada momen-momen indah yang pernah ia alami bersama Rendra.

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 95 - Kemandirian Ratna

    “Aldi,” suara Ratna terdengar lembut, tapi tegas. Mereka duduk berhadapan di sebuah kafe kecil yang tenang, dikelilingi oleh keramaian orang-orang yang tenggelam dalam percakapan mereka masing-masing. Namun, di antara mereka berdua, suasana terasa begitu hening, hampir seolah waktu berhenti.Aldi menatap Ratna dengan cermat, wajahnya sedikit bingung. "Ada apa, Ratna? Kamu kelihatan... serius hari ini."Ratna tersenyum kecil, namun ada sedikit kesedihan dalam tatapannya. “Aku rasa kita perlu bicara. Tentang kita.”Mata Aldi memancarkan keterkejutan. "Maksudmu... hubungan kita?"Ratna mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Selama ini, kamu selalu ada untukku, bahkan di saat aku merasa paling jatuh. Kamu memberi dukungan yang luar biasa, dan aku sangat menghargainya. Tapi...”Aldi meraih tangan Ratna, menggenggamnya dengan lembut. “Tapi apa, Ratna? Apa yang kamu rasakan?”Ratna menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberania

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 94 - Perpisahan Arga

    "Jadi... ini keputusanmu?" Suara Arga terdengar pelan namun penuh kepastian. Mereka berdua duduk di sebuah bangku di taman kota yang sepi, tempat di mana mereka sering berbincang saat masih remaja, ketika dunia terasa lebih sederhana.Arum menundukkan wajahnya, merasa berat hati untuk mengucapkan kata-kata itu, namun ia tahu bahwa ia harus jujur. "Iya, Ga. Aku... aku nggak bisa berpura-pura lagi. Aku sangat menghargai kamu, semua yang sudah kamu lakukan buat aku, tapi..."Arga tersenyum kecil, meski sorot matanya menyimpan luka yang dalam. "Tapi hatimu tetap untuk Rendra," potongnya, menyelesaikan kalimat yang mungkin sulit bagi Arum untuk diucapkan.Arum mengangguk perlahan. "Maaf... aku merasa begitu bersalah sama kamu. Kamu selalu ada, selalu mendukungku saat aku terpuruk, saat aku sendiri.""Arum," Arga memotong, suaranya terdengar lembut, namun tegas. "Kamu nggak perlu minta maaf. Aku tahu bagaimana perasaanmu dari awal, tapi aku selalu berharap bahw

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 93 - Lamaran yang Baru

    "Arum..." Rendra menghela napas dalam, suara lembutnya nyaris tenggelam dalam keheningan sore yang menenangkan di taman kota. Ia menatap Arum dengan penuh harap, sementara gadis itu duduk di sebelahnya, tangan tertaut di pangkuannya, jelas menunjukkan kegugupan yang berusaha ia sembunyikan.Arum menunduk, melihat rerumputan yang bergoyang ditiup angin, mencoba menghindari tatapan Rendra. Ia tahu apa yang mungkin akan dikatakan Rendra. Di satu sisi, ada bagian dari hatinya yang ingin mendengarnya. Namun di sisi lain, ketakutan akan sakit yang sama terulang lagi membuatnya waspada."Aku tahu ini sulit bagimu," Rendra memulai lagi, nada suaranya penuh dengan kerendahan hati dan rasa bersalah yang selama ini tertahan. "Setiap kali melihatmu, aku sadar bahwa luka yang kuberikan masih membekas. Dan aku tahu, mungkin aku tak layak mendapatkan kesempatan kedua."Arum mengangkat wajahnya perlahan, menatap mata Rendra yang kini menunjukkan ketulusan yang dalam, jauh lebih

  • Hati yang Terikat Takdir   Chapter 92 - Penebusan Diri Rendra

    Arum duduk di teras rumahnya, memandangi langit sore yang mulai meredup. Di tangannya, secangkir teh hangat menemani keheningan pikirannya yang bimbang. Pesan dari Rendra semalam masih terngiang di kepalanya.Ia merasa bahwa setiap kata dalam pesan itu memancarkan ketulusan dan penyesalan yang dalam.Di sisi lain kota, Rendra memandang pantulan dirinya di cermin. Matanya menunjukkan kelelahan yang telah bersembunyi di balik ketenangannya selama ini. Kini, ia sadar bahwa tidak ada yang lebih penting daripada memulihkan kepercayaan Arum dan memperbaiki dirinya sendiri.Dengan tekad yang baru, Rendra turun ke ruang kerja kecilnya. Di sana, di tengah dokumen-dokumen dan berkas yang telah ia susun, ia memulai langkah pertama dalam menebus semua yang pernah ia rusakkan.Ia memutuskan untuk menyusun laporan penuh tentang setiap proyek keluarganya yang mencurigakan dan menyerahkannya ke pihak berwenang. Rendra sadar bahwa inilah satu-satunya cara untuk membuktika

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status