Aliika berjalan di bandara setelah ia keluar dari mobil yang ia tumpangi dari rumah bersama Sagara. Aliika harus menempuh perjalanan menggunakan mobil menuju bandara karena pesawat pribadi Sagara lepas landas di bandara terdekat rumahnya.Mereka kini sedang berada di bandara tepat lima belas menit sebelum penerbangan, rencananya mereka akan melakukan penerbangan selama kurang lebih satu jam untuk sampai ke Sydney, Australia.Aliika sama sekali tak diperbolehkan untuk membawa barang-barang, jadi semua barang koper, handbag, dan yang lainnya sudah dibawakan oleh ajudan Sagara. Ia hanya membawa sebuah bantal leher dan sebuah bantal untuk ibu hamil.Ini memang sangat mendadak. Bahkan Aliika berpamitan dengan orangtua dan mertuanya lewat telepon saja. Meskipun mendadak Aliika tak dipusingkan dengan tiket, paspor, atau keperluan dokumen penerbangan lainnya.Karena pesawat pribadi jadi tidak perlu itu semua. Mungkin hanya paspor saja itupun jika dibutuhkan. Setelah Sagara mengatakan ingin ho
Aliika memasuki Audi R8 milik Sagara, laki-laki itu berkata ingin mengajak Aliika ke suatu tempat untuk berwisata. Tentu saja Aliika tertarik bahkan terlihat sangat senang dengan wacana tersebut.Kapanlagi mendapatkan tour di luar negeri dengan pemandu wisata tampan?Tepat pukul 8 pagi Sagara bahkan sudah melajukan mobil menyusuri jalanan kota Sydney. Semerbak angin musim dingin menyapu kulit wajah Aliika melalui jendela mobil Sagara. Membuat Aliika memejamkan mata sambil merentangkan salah satu tangannya keluar.“Aliika!” pekik Sagara membuat sang empu nama terpenjat. “Jangan mengeluarkan tanganmu dari mobil!”“Ha?” Aliika menatap cengo sembari menetralkan detak jantung yang memacu sedikit lebih cepat dari normal.“Itu berbahaya.” Hardik Sagara.“Tapi jalanan sangat sepi, Mas.”“Tetap saja, aku tidak ingin mengambil resiko apapun jika sesuatu terjadi padamu.”Semburat merah memenuhi pipi Aliika saat ini.“Mas Sagara mengkhawatirkanku, manisnya!” batin Aliika.Meskipun laki-laki itu m
Aliika mengusap gantungan burung dara di kalung nya itu kemudian mengecup ringan gantungan itu. Saat ini Aliika dan Sagara sudah berada di dalam mobil. Waktu menunjukkan pukul 10 malam, dingin salju benar-benar membuat gigi Aliika menggeletuk. Itulah mengapa Aliika meminta Sagara untuk segera membawanya pulang, padahal Sagara bertekad untuk menginap saja disana.Sagara melajukan mobil menyisiri salju yang terus berjatuhan di luar mobil, tangan kanan kekar itu menggenggam tangan Aliika sembari menyetir. Aliika sudah memperingatkan suaminya itu untuk lebih fokus dalam menyetir namun tetap saja Sagara tak menggubris.“Haicuu.”Sagara menghentikan mobil secara mendadak, membuat tubuh Aliika sedikit terdorong ke depan.“Kau sakit?” tanya Sagara.“Tidak, aku baik-baik saja.”“Bagaimana jika kita kembali dan menginap disana saja? Terdapat kamar hangat disana.” Ucap Sagara khawatir.“Tidak! Aku merasa tidak nyaman disana. Lagipula kita juga sudah menjadwalkan untuk pulang besok.”Sagara mengh
Tok tok tok“Tuan.”Tok tok tokSuara ketukan kaca membuat Sagara tersadar dari tidur. Laki-laki itu membuka mata perlahan. Ternyata ia masih hidup. Satu-satunya hal yang Sagara pikirkan saat ini adalah Aliika, dengan cepat Sagara mengalihkan pandangan pada wanita yang terlelap sambil memeluknya dengan keadaan setengah telanjang.“Pantas saja sesuatu terasa sesak di bawah, argh apa yang kamu lakukan Aliika! Seharusnya kamu langsung memakai baju setelah melakukan itu.” Batin Sagara menggerutu.Tatapan mata Sagara berubah menjadi tajam menatap kedua bodyguard yang saat ini sudah diluar mobil.“Tutup matamu, sialan!” perintah Sagara pada bodyguard itu yang tentu saja tidak ada yang berani membantah.Meskipun kaca mobil berwarna hitam, tapi tetap saja Sagara tidak rela jika mereka melihat sedikit saja lekuk tubuh istrinya.“Sayang bangun.” Sagara mengusap pelan pundak Aliika, membuat sang empu membuka mata perlahan.Sagara menahan nafas, berusaha mengontrol diri sendiri dari hasrat. Terle
Sagara menggenggam tangan Aliika saat keluar dari pesawat, Aliika memasuki bandara sembari mengedarkan mata. Pasalnya tadi Lola berkata dia akan menjemput Aliika dan Sagara dibandara. Jadi saat ini Aliika sedang mencari keberadaan gadis itu.“Itu mereka!” teriak Aliika menangkap bayangan Lola bersama Andrian dan anggota keluarga lainnya yang menunggu tak jauh dari lokasi Aliika berdiri.Lola melambaikan tangan sesaat lalu kursi roda itu didorong oleh Andrian mendekati Aliika. Aliika langsung memeluk Andrian begitu juga Sagara yang langsung memeluk Lola.Miranda, Rama, Syifana, dan Robert yang baru datang juga langsung memeluk kedua pasutri itu.“Bagaimana keadaan mu, La? Tidak ada masalah kan selama aku pergi?” tanya Aliika dengan tangan menggenggam Lola.“Terus aja, Lola mulu yang ditanya. Harusnya aku dulu dong sebagai sepupu kamu.” Celetuk Andrian bernada jenaka.Lola mengangguk sebagai jawaban iya. Aliika lalu menatap Andrian jengah, kelakuan sepupunya ini memang diluar nalar. Ada
Usia kandungan Aliika saat ini sudah menginjak enam bulan. Waktu terasa begitu cepat, Aliika senang sekali sebentar lagi anaknya akan segera menghirup udara dunia. Tak ada yang lebih bahagia bagi seorang calon ibu selain menimang anaknya.Aliika yang tubuhnya sudah tak selangsing dulu, bahkan untuk olahraga saja sudah jarang. Olahraga dalam arti olahraga berat. Karena kehamilannya itu ia membatasi aktifitas berat.Seperti sore ini wanita pemilik mata hazel itu, tengah membugarkan tubuh dengan berlatih yoga khusus ibu hamil. Di pinggiran kolam Aliika telah menggelar matras berwarna ungu juga disana terdapat sebuah bola pantul berukuran besar juga digunakan khusus ibu hamil.Tak hanya itu ia juga sudah menyediakan segelas jus tomat yang ditemani dengan biskuit lagi-lagi khusus untuk ibu hamil.Aliika melakukan step by step gerakan yang ia tonton dari sebuah kanal youtube. Meskipun dengan nafas terengah karena faktor tubuhnya yang berat, tapi wanita itu tetap bersemangat. Agar ia dan cal
Aliika membuka dengan sangat pelan pintu ruang rawat inap dari gadis itu. Disana terlihat gadis itu yang masih terlelap tak sadarkan diri diatas ranjang Rumah Sakit. Aliika belum sempat mengetahui nama gadis itu. Nanti saja ia tanyakan saat gadis itu sudah sadarkan diri.Aliika mendekat ke ranjang itu. Menarik selimut untuk menutup tubuh gadis itu keseluruhan. Tangannya terulur untuk membelai kepala itu dengan lembut.“Istirahatlah gadis manis, setelah itu kau harus sadar dan berdoa untuk kedua orangtuamu.” Lirih Aliika sembari tersenyum tulus.Pasti sungguh berat hari-hari tanpa kedua orangtua. Namun Aliika jamin gadis itu sosok yang kuat, tangguh dan pekerja keras. Di Umurnya yang baru menginjak 18 tahun, perjalanan hidup masih sangat panjang.Tak lama kemudian Sagara yang baru selesai mengurus administrasi, kini sudah berdiri di samping Aliika. Tatapan laki-laki itu juga tertuju pada gadis yang terbujur lemah di ranjang rumah sakit itu.Mereka lalu keluar membiarkan gadis itu beris
Pagi itu Sagara dan Aliika memutuskan untuk menjenguk Vita di Rumah Sakit. Karena sebelumnya Radit telah memberi kabar pada mereka jika Vita sudah sadar.Sesampainya di Rumah Sakit Aliika membuka pelan pintu ruang rawat Vita, bergegas masuk untuk menemui gadis itu. Terlihat disana Vita sedang bermain ponsel dan juga Radit duduk di salah satu sofa sedang membaca surat kabar.“Hoho… pasangan jaman now cocok banget deh kalian.” Celetuk Sagara membuat dua sejoli dengan kesibukan masing-masing itu seketika mendongak lalu saling menatap bergantian.Radit yang sadar itu Tuan nya bergegas bangkit lalu membungkuk memberi hormat pada Sagara dan Aliika. Vita yang melihat Radit membungkuk, ia bingung sendiri apakah harus ikut membungkuk atau bagaimana.Saat ini Aliika sudah berada di samping ranjang Vita. Ia menggenggam tangan gadis itu dan mengelus pelan punggung telapak tangannya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Aliika seraya tersenyum.Vita membalas senyuman Aliika, “Baik Kak. Aku sudah merasa en
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc