Aliika membuka dengan sangat pelan pintu ruang rawat inap dari gadis itu. Disana terlihat gadis itu yang masih terlelap tak sadarkan diri diatas ranjang Rumah Sakit. Aliika belum sempat mengetahui nama gadis itu. Nanti saja ia tanyakan saat gadis itu sudah sadarkan diri.Aliika mendekat ke ranjang itu. Menarik selimut untuk menutup tubuh gadis itu keseluruhan. Tangannya terulur untuk membelai kepala itu dengan lembut.“Istirahatlah gadis manis, setelah itu kau harus sadar dan berdoa untuk kedua orangtuamu.” Lirih Aliika sembari tersenyum tulus.Pasti sungguh berat hari-hari tanpa kedua orangtua. Namun Aliika jamin gadis itu sosok yang kuat, tangguh dan pekerja keras. Di Umurnya yang baru menginjak 18 tahun, perjalanan hidup masih sangat panjang.Tak lama kemudian Sagara yang baru selesai mengurus administrasi, kini sudah berdiri di samping Aliika. Tatapan laki-laki itu juga tertuju pada gadis yang terbujur lemah di ranjang rumah sakit itu.Mereka lalu keluar membiarkan gadis itu beris
Pagi itu Sagara dan Aliika memutuskan untuk menjenguk Vita di Rumah Sakit. Karena sebelumnya Radit telah memberi kabar pada mereka jika Vita sudah sadar.Sesampainya di Rumah Sakit Aliika membuka pelan pintu ruang rawat Vita, bergegas masuk untuk menemui gadis itu. Terlihat disana Vita sedang bermain ponsel dan juga Radit duduk di salah satu sofa sedang membaca surat kabar.“Hoho… pasangan jaman now cocok banget deh kalian.” Celetuk Sagara membuat dua sejoli dengan kesibukan masing-masing itu seketika mendongak lalu saling menatap bergantian.Radit yang sadar itu Tuan nya bergegas bangkit lalu membungkuk memberi hormat pada Sagara dan Aliika. Vita yang melihat Radit membungkuk, ia bingung sendiri apakah harus ikut membungkuk atau bagaimana.Saat ini Aliika sudah berada di samping ranjang Vita. Ia menggenggam tangan gadis itu dan mengelus pelan punggung telapak tangannya.“Bagaimana keadaanmu?” tanya Aliika seraya tersenyum.Vita membalas senyuman Aliika, “Baik Kak. Aku sudah merasa en
“Halo… ada orang nggak nih? Sagara! Aliika! Kalian dimana?” teriak Miranda menggelegar di seluruh penjuru rumah.Aliika yang masih asik bermesraan dengan Sagara didalam kamar pun bisa mendengarnya.“Mas.. itu suara Mama.” Ucap Aliika menghentikan kegiatan Sagara yang sedang asik menciumi leher jenjang wanita itu. Bahkan tali gaun tidur di bahu Aliika sudah sampai turun karena perbuatan Sagara.“Mana ada, jangan cari alasan. Aku lagi nyaman ini.” Sagara menggerutu dan malah masih asik melanjutkan kegiatannya.“Ihh nggak alasan. Beneran itu suara Mama, kamu diem dulu deh dengerin.” Akhirnya Sagara pun diam.“Sagara! Aliika! Kalian dimana? Mama mau nitip adik kalian ini.” Teriak Miranda lagi.“Tuh kan suara Mama. Cepetan kamu keluar dulu.” Aliika mendorong wajah Sagara menjauh dari lehernya. Dengan wajah kesal Sagara bangun dari ranjang sambil mengacak rambutnya. Dan Aliika juga langsung membenarkan gaun tidur dan rambutnya yang berantakan.Sagara terus menggerutu saat berjalan keluar ka
Aliika sudah berada di IGD Rumah Sakit. Sagara tidak boleh ikut masuk. Kini ia hanya bisa menunggu di luar saja. Ia menyandarkan tubuh di dinding sebelah pintu IGD. Ia memejamkan mata erat, nafasnya memburu dan kepalanya mendadak menjadi pusing. Mungkin karena ia terlalu panik.“Sagara…” panggil Syifana tiba-tiba sudah muncul disana bersama Rama dan Andrian. Wajah mereka juga terlihat sangat khawatir.“Gimana Aliika?” tanya Syifana.“Masih di dalam Bund.” Ucap Sagara lesu. Syifana menghela nafas. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan putrinya itu. Ini adalah pengalaman pertama Aliika.Rama yang sudah berada di samping istrinya itu memeluk samping Syifana, mengusap lengan Syifana untuk memberikan ketenangan. Meskipun Rama juga panik, namun ia memilih diam sama seperti Andrian.Sepupu Aliika itu diam-diam memperhatikan Sagara. Menatap laki-laki itu dari atas sampai bawah. Andrian dapat melihat jelas jika Sagara masih menggunakan pakaian kerja lengkap dengan sepatu.Sagara kembali memejamkan
Mereka semua masih berada di ruang rawat inap. Aliika belum diizinkan untuk pulang. Ia masih harus menginap dalam masa pemulihan. Aliika tersenyum simpul melihat Andrian sedang bermain dengan anak nya bersama Lola.Semua orang disana juga menatap Andrian dan Lola secara bergantian dengan senyum-senyum. Mereka juga tahu hubungan Andrian dan Lola yang sebenarnya.“Andrian udah pantes yah gendong anak.” Celetuk Miranda menatap Syifana. Syifana membalasnya hanya dengan senyuman saja.“Tuh La, aku udah pantes gendong anak.” Ucap Andrian pada Lola.“Terus urusannya sama aku apa?” ketus Lola. Dirinya sangat malu saat ini.Andrian berdecih, “Sok-sok an gak peka kamu mah.”Semua orang disana tertawa dengan kekesalan Andrian. Mereka tahu persis jika Andrian sangat menyukai Lola. Namun Lola yang masih belum mau menerima, karena alasan belum siap.“Nungguin apa lagi? Lihat, orang itu udah makin tua aja.” Kali ini Robert yang berkata sambil menunjuk ke arah Rama dengan dagu. Rama hanya mengangguk
Berulang kali Sagara menciumi Aeera dan Arjuna bergantian. Padahal bayi mungil itu sedang tertidur diatas ranjang. Sagara yang sudah siap dengan pakaian kantor tidak bergegas pergi, malah asik menggoda mereka yang sedang tidur.Aliika yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk kecil itu pun sudah berulang kali memperingatkan Sagara untuk jangan mengganggu. Wanita itu baru saja selesai mandi. Dan kini ia masih belum berpakaian, hanya ada handuk yang membelit tubuh sebatas dada hingga separuh paha.Aliika semakin kesal karena Sagara yang sekarang menciumi mereka dengan tengkurap diatas ranjang. Wanita itu geram karena baju yang sudah ia setrika licin menjadi lusuh. Namun Sagara masih asik dengan kegiatannya menggoda Aeera dan Arjuna. Dan mereka sama sekali tidak terganggu.“Mas! Kamu dengerin aku ngomong gak si-“GreppAliika langsung terdiam saat Sagara tiba-tiba bangkit dan menarik tangannya, membuat Aliika jatuh ke pangkuan Sagara yang kini sudah duduk di tepian ranjang. Kemudian
Suara dentuman musik terdengar begitu keras ditelinga Sagara. Sudah lama ia tidak mengunjungi tempat ini, membuat Sagara merasa sedikit terganggu dengan keramaian yang ada. Namun hal itu tidak membuat Sagara menggagalkan tujuannya kemari.Sagara sedang mencari keberadaan Rosa, tiba-tiba seorang wanita berpakaian kurang bahan bergelayut manja di lengan Sagara. Tentu saja, pria tampan berjas pasti incaran para wanita penghibur disana. Karena orang-orang seperti itu adalah gudangnya uang.Mata Sagara menangkap sosok Rosa yang sedang duduk sendirian di meja bar. Sagara langsung mencekal tangan wanita tadi yang mulai berani meraba dadanya. Sagara langsung memberikan tatapan tajam pada wanita itu.Sagara menghempaskan tangan jalang itu dan berkata kasar. Ia membenci wanita seperti itu, terang-terangan dalam menggoda pria. Menjijikkan. Sagara langsung melangkah cepat menuju Rosa.Sagara mengambil duduk di kursi meja bar tepat di sebelah Rosa. Ia memandangi wanita itu yang sedang asik menikma
Sagara menggendong Rosa ala bridal style dan membawa wanita itu ke apartemen lain miliknya. Karena apartemen terdekat rumah Sagara sudah dihuni oleh Vita. Rosa yang digendong oleh Sagara pun mengalungkan tangan di leher laki-laki itu.“Buka pintunya, Rosa. Passwordnya 2521.” Ucap Sagara kesal. Laki-laki itu ribet karena menggendong Rosa. Jadi laki-laki itu meminta tolong pada Rosa untuk membukakan pintu. Rosa mengerucutkan bibir tak langsung membuka.“Buka atau aku tinggal kamu disini.”“Bentar, sabar napa. Ahh lagi pengen banget ya.”Sagara hanya menggeleng saja. Rosa mengarahkan jari pada alat dengan banyak tombol itu. Lalu dengan sedikit lemas ia menekan password sesuai dengan yang Sagara katakan tadi. Pintu itu terbuka. Sagara langsung masuk dan menutup pintu dengan kaki. Laki-laki itu membawa Rosa menuju kamar.Seharusnya Sagara membawa Rosa pulang ke rumah wanita itu. Namun Sagara pikir jika mengantar Rosa pulang dalam keadaan seperti ini bukanlah hal yang baik. Jika orangtuanya
“Vion! Aku punya berita bagus buat kamu.” Teriak Aeera berlari ke arah Vion yang sedang terduduk diam di pojok ruangan sambil bermain lego yang ia tumpuk seperti istana.Vion menoleh malas ke arah Aeera, “Apa?” tanya Vion singkat.“Kamu marah sama aku? Kan yang buat salah Arjuna bukan aku Vion. Lalu kenapa kamu malah marah sama aku?”Vion berdecak, “Aku sepertinya ada pr. Jadi kalau mau ngomong, langsung ngomong aja.”“Ish jangan gitu dong. Oke aku ngomong sekarang. Besok pas acara natal, Mommy aku ngajak keluargamu buat main kerumahku.” Aeera menggandeng lengan Vion. Anak itu langsung melepaskan rengkuhan tangan Aeera.“Nanti aku tanyakan dulu sama Mamah.” Ucap Vion kemudian berlalu darisana. Aeera nampak sedih dengan sikap Vion yang berubah dingin padanya. Dan ini semua karena Arjuna. Aeera kembali mendekati Vion.Anak itu sedang berkutat dengan buku tulis. Ternyata benar Vion sedang mengerjakan pr. Aeera duduk disamping Vion, meletakkan kepala di meja dan menoleh menatap Vion. Anak
Aliika masih terngiang dengan ucapan Aeera hari itu. Pasti Vion anak yang dibicarakan oleh Aeera telah kehilangan salah satu orangtuanya. Aliika berharap Vion adalah anak baik yang bisa menjadi teman untuk Aeera.“Permisi.” Ucap seorang wanita yang sudah membawa sebuah kain bahan berwarna putih dan merah. Aliika mendongak setelah tadi fokus di depan laptopnya.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?”“Maaf apakah saya bisa meminta tolong anda untuk membuatkan baju dari bahan ini?” tanya wanita itu. Aliika tersenyum dan mengangguk lalu mengambil bahan itu untuk ia lihat.“Apakah baju untuk anda Nyonya. Jika iya saya bisa mengukurnya langsung sekarang.” Ujar Aliika.Wanita itu tersenyum canggung, “Sebenarnya untuk saya dan kedua anak saya. Untuk perayaan natal mendatang.”Aliika mengangguk, “Baiklah tapi saya perlu anak anda untuk datang kesini agar saya mudah untuk mengukurnya. Karena jika hanya di kira-kira nanti takut hasilnya tidak sesuai.” Jelas Aliika ramah.“Baiklah besok saya akan bawa
Aeera dan Arjuna sekarang sudah berumur 7 tahun dan telah memasuki kelas 1 SD. Mereka sekolah di asrama elite di daerah Jakarta. Dan pagi ini Aliika akan mengantar kedua anaknya itu ke sekolah. Bersama tubuhnya yang sudah berbadan dua dengan usia kandungan telah menginjak satu bulan.Kehamilan Aliika bukan tanpa sebab, Aeera dan Arjuna lah yang menginginkan untuk memiliki adik. Dan keinginan mereka saling bertolak belakang. Aeera yang menginginkan adik perempuan dan Arjuna yang menginginkan adik laki-laki. Dan untuk pemeriksaan terakhir dokter mendiagnosis jika anaknya laki-laki. Tapi tidak tahu nanti perkembangan selanjutnya.“Okeh siapa yang sudah siap untuk berangkat sekolah angkat tangan.” Riang Aliika bertanya kepada kedua anaknya.“Aku!” seru mereka bersama sambil mengacungkan tangan ke atas. Aliika tersenyum simpul dengan tingkah mereka yang terlihat menggemaskan itu.Aliika menggandeng kedua anaknya di sisi kanan dan kiri. Kali ini ia yang akan mengantar sendiri anaknya. Kare
Aliika membawakan air bersih dan juga kotak obat untuk Sagara. Wanita itu harus segera mengobati suaminya karena takut akan infeksi. Sagara sudah duduk di sofa ruang keluarga. Disana sudah ada seluruh keluarga besar tak terkecuali Danu, Vita, dan Radit.Sagara terlihat sangat memprihatinkan, banyak luka di sekujur tubuh dan wajah. Membuat Aliika menatapnya sedih. Dengan telaten dan hati-hati Aliika mengoleskan antiseptik ditubuh dan wajah Sagara.Sagara terlihat diam dan senyum-senyum sendiri menatap Aliika. Membuat wanita itu seketika kesal, ia lalu memukul lengan Sagara membuat suaminya itu mengaduh kesakitan.“Kok aku dipukul si? Emangnya aku salah apa, Sayang?” tanya Sagara menampakkan wajah bersedih seperti anak kecil.“Ya lagian kamu mah orang lagi luka gitu masih sempet-sempetnya tengil.” Kesal Aliika. Ia lalu kembali mengobati luka Sagara.Miranda terkekeh pelan dengan kedua manusia di hadapannya ini, “Mama bersyukur kamu sudah kembali Sagara. Mama khawatir banget sama kamu.”
Aliika membuka matanya perlahan, kepalanya terasa pusing dan sangat berat. Ia mencoba bangkit dan menyandarkan tubuh di kepala ranjang. Ia mulai mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya ada dimana dirinya saat ini.Aliika kembali mengingat kejadian tadi siang, matanya membelalak, “Lintang. Ya saat itu aku dilecehkan oleh Lintang. Lalu ia membiusku.” Gumam Aliika. Ia kembali mengedarkan pandangan dan mulai berpikir bagaimana cara untuk pergi dari sini.Ia lalu berdiri dan berjalan menuju pintu, dan saat ia menekan handle itu ternyata terkunci dari luar. Aliika semakin kesal ia kembali mengedarkan pandangan untuk mencari celah yang bisa digunakan untuk kabur.Aliika mengernyit dan tersenyum senang saat melihat sebuah jendela. Ia berlari ke arah jendela itu. Mencoba untuk membukanya. Namun sial karena jendela itu macet dan sulit untuk dibuka. Ia semakin bingung harus lewat mana lagi.Aliika terus memukul jendela itu sampai ia mendengar suara kunci membuka pintu itu. Aliika tak menyerah i
“Apa kau yakin Al, jika pelacakan nomor itu berada di rumah Danu.” Tanya Andrian.Aliika mengangguk mantap, “Aku melihat sendiri kode lokasi itu dan tepat berada dirumah Danu Kak.”Andrian bertopang dagu, berpikir tentang kebetulan ini. Bagaimana bisa lokasi itu dirumah Danu. Ataukah Danu ingin membalas dendam pada Sagara. Dan merebut kembali Aliika.Bahkan sudah sekian tahun tapi kenapa Danu masih ingin memiliki Aliika. Sebegitu cinta kah dia dengan sepupunya ini?“Tapi masalahnya Danu tidak mau mengakui jika ia menculik mas Sagara. Dan ya memang wajahnya meyakinkan jika dia tidak terlibat dengan penculikan ini.” Jelas Aliika.Andrian mengepal, rahangnya mengeras. Jika memang Danu menculik Sagara untuk memiliki Aliika dan malah membuat Aliika menjadi tersakiti. Ia tak akan segan untuk membunuh Danu.Andrian berdiri dan langsung menyambar jaket. Membuat Aliika terkejut begitu juga Lola. Aliika segera mengikuti langkah Andrian yang berjalan keluar rumah.“Kak stop stop.” Tahan Aliika,
“Kamu ngapain tadi kesana?” tanya Radit pada Vita. Mereka saat ini sudah berada di apartemen Vita. Setelah mengantar Aliika, Radit langsung membawa Vita ke apartemen. Lelaki itu nampak emosi. Vita memutar mata jengah, “Ya aku ingin menemui kak Aliika lah. Yakali bertemu sama kamu, jijik kali.” Ekspresi Radit terkejut saat mendengar ucapan Vita ia mondar mandir mencengkram rambut frustasi, “Wahh memang kurang ajar ya kamu Vit. Terus kesana cuman mau genit sama cowok lain gitu?” Radit tak habis pikir dengan gadis satu ini. Sepertinya sok cantik dan caper. “Kamu kenapa sih, marah-marah ga jelas.” Vita memicing, “Cemburu ya?” goda Vita sambil menaik turunkan alisnya. “Apa sih ga usah kepedean deh. Siapa juga yang cemburu.” Ujar Radit nampak panik. Raut wajah laki-laki itu sudah memerah dan panas. Laki-laki itu pun memilih untuk pergi dari sana. Dan melanjutkan mengulik informasi mengenai Lintang sesuai yang diperintahkan oleh Rama sebelumnya. ***** Aliika sedang berada di balkon me
Setelah menyimpulkan fakta jika itu hanya sebuah jebakan Aliika kemudian memilih untuk pamit dari sana. Begitu juga dengan Lintang ia juga memilih pamit dan menyusun kembali rencananya. Saat akan melangkah menuju pintu, Danu dengan cekatan membalik badan Lintang dan langsung menghantamnya dengan bogeman hingga Lintang beringsut ke bawah.“Danu!” teriak Aliika. Seakan tuli Danu kembali mendekati Lintang dan menarik kerahnya dan terus menghujamnya dengan tinjuan.Aliika yang panik hanya bisa terus berteriak untuk Danu berhenti namun usaha itu sia-sia, “Kau cepat pisahkan mereka Radit.” Perintah Aliika kepada Radit. Radit sebenarnya malas untuk memisahkan mereka. Biarkan saja Danu menghajar Lintang yang memang kurang ajar itu. Tapi mau bagaimana lagi ia harus patuh pada Nyonya nya.“Baik Nyonya.” Radit mendekat ke zona perkelahian itu dan langsung menarik paksa Danu. Laki-laki itu sedang dilanda emosi jadi Danu menepis kasar Radit membuat Radit sedikit kesal.“Sialan.” Umpat Radit. Radi
Sudah seminggu Aliika sendiri tanpa kehadiran sang suami. Belum ada tanda-tanda mengenai nasib Sagara. Hidup harus terus berjalan karena sekarang Aliika punya Aeera dan Arjuna. Ia harus berusaha untuk tetap tegar dalam mengurus kedua anaknya tanpa suami. Wanita itu tengah bermain di ruang keluarga bersama Aeera dan Arjuna. Tadi ia juga sempat menelepon Vita untuk datang. Namun gadis itu tidak bisa karena sedang bekerja. Alhasil Aliika tidak bisa memaksanya. Tadi juga Lola mengatakan akan datang berkunjung namun entahlah jadi atau tidaknya Aliika juga tidak bisa berharap lebih. Tok tok tok Ketukan pintu membuat fokusnya teralihkan. Aliika menebak jika itu pasti Lola, namun kenapa wanita itu tidak langsung masuk saja. Aliika pun memilih untuk berjalan membuka kan pintu. Betapa terkejutnya Aliika saat mengetahui siapa yang datang. Aliika menatap jengah laki-laki di hadapannya ini, “Aku sudah lelah dengan perlakuanmu Lintang. Jadi kumohon enyahlah, jika kau ingin membantuku untuk menc