"Keluarkan kebisaanmu bocah keparat..! Aku hendak lihat sampai di mana kemampuanmu menghadapi aji Tapak Wisaku..!" bentak Ki Tapa, dengan mata melotot berkilat merah. Saking gemas dan murkanya pada Bimo. Sementara kepulan asap hitam pekat di kedua tapak tangannya makin membesar, hingga tapak tangannya tak terlihat terselubungi asap hitam itu. "Asal dan kekuatanmu dari bumi, Tapa..! Maka kau akan tertelan kembali oleh bumi..! Hiyaahh..!" Bimo berseru seraya kerahkan aji Brajamustinya. Kaki kanan Bimo pun diangkat lalu dihentakkan deras ke bumi. Dammbhs..! Bumi di sekitar kediaman Budiman bergoyang pelan, bagaikan dilanda gempa sejenak, saat kaki Bimo menghujam bumi. Padahal itu pun Bimo masih baru kerahkan sepertiga dari powernya saja. "Ladalah..! Baboo, baboo..!" sentak terkejut Ki Tapa bukan kepalang. Ya, Ki Tapa sama sekali tak menduga, jika Bimo menyimpan power yang sedemikian dahsyat dalam dirinya. Kuda-kudanya pun sampai agak bergoyang mengikuti guncangan bumi. "Ahh..! Aya
"Tobat..! A-aji Guntur Kencana..!" seru gentar Ki Tapa. Wajahnya nampak terbelalak ngeri, dengan tangan yang menggenggam gagang cemeti ikut gemetaran. "Cukup..!" Bimo berseru lantang, seraya bersiap melepaskan pukulan aji 'Guntur Kencana'nya ke arah Ki Tapa. Dan tak ada pilihan lain bagi Ki Tapa, selain juga mengempos segenap powernya untuk beradu serangan dengan Bimo. Kttzzthk..! Krrtzhk..! Nampak kepalan tangan kanan Bimo berkeredepan di selimuti lidah-lidah petir kecil keemasan. Suara berkeretekkan bak arus listrik tegangan tinggi terdengar sungguh mengerdilkan nyali. "Hiaahh..!!" Seth..! Werrsshk..!! Ki Tapa nekat mendaahului menyerang, dengan melesat cepat dan lecutkan Ki Nogo Patinya dengan power terkuat yang dimilikinya. "Hiaahh..!" Splash..! Namun Bimo juga melesat secepat kilat, sosoknya melenting tinggi hingga berada di atas sosok Ki Tapa, yang tengah melesat ke arahnya. Dan... "Hiaahh..!" Spraatsshk..!! Bimo langsung lesatkan pukulan 'Guntur Kencana'nya ke arah ke
Klaghk!“Aiihh..! Brengsek kau..!” seru terkejut marah seseorang di dalam kamar toilet. Saat seorang OB membuka begitu saja pintu kamar toilet itu. “Hahh..! Ma-maaf Bu Devi..!” Klekh!Bimo berseru terkejut bukan main, saat sepasang matanya melihat tubuh mulus setengah polos Devi, yang juga nampak buru-buru menarik celana bahannya ke atas.Namun tentu saja Bimo sempat melihat sepasang paha jenjang mulus, dan juga belahan belakang yang menonjol kencang menggoda milik Devi tadi.Cepat Bimo menutup kembali pintu kamar toilet itu dan melepas kedua earphone dari telinganya.Ya, karena mendengarkan musik di earphone itulah, telinganya jadi tak peka mendengar suara seseorang di dalam kamar toilet itu.“Celakalah aku..!” desis lirih Bimo dengan wajah panik dan cemas. Namun dia merasa harus tetap menanti Devi di luar kamar toilet, untuk menjelaskan kejadian yang tak disengaja itu.Klekh!Akhirnya Devi pun keluar dari kamar toilet itu dengan sepasang mata berkilat marah menatap Bimo.“Bimo..!
Bimo pun menghampiri kotak jati warisan itu dan langsung menjamahnya. “Ahks..!” Bimo berseru terkejut, saat merasakan tangannya bagai terkena setrum dan di jalari oleh ribuan semut.Namun sekuat tenaga Bimo bertahan tetap memegang erat kotak jati ukir itu. Hingga akhirnya hawa hangat bercampur dengan hawa sejuk yang menenangkan, terasa menggantikan rasa mengejutkan itu.‘Aku hampir saja lupa dengan kotak warisan leluhur warisan Kakek! Tak ada jalan lain lagi! Aku akan memakai warisan ilmu leluhurku ini! Tak peduli apapun resikonya..!’ batin Bimo bertekad.Klagh! Clapsh..!Bimo langsung membuka kotak jati ukir seukuran kotak sepatu itu, dan seberkas cahaya merah terang pun langsung memancar dari dalam kotak itu.Aroma kayu akar wangi dan cendana pun seketika menguar semerbak, di dalam kamar Bimo. Sungguh menebarkan hawa mistis yang kental, namun damai dan menenangkan bagi Bimo.Nampak sebuah benda bulat sebesar kelereng yang berpijar merah terang, berada di tengah sampul kitab tebal y
“Masuk..!” seru Budi dari dalam ruang kerjanya, setelah Bimo mengetuk pintu ruangan itu.“Selamat Pagi Pak Budi. Bapak memanggil saya?” ucap Bimo sopan.“Duduklah Bimo! Ada peringatan yang harus kaudengar dan perhatikan baik-baik!” ucap tegas Budi, dengan tatapan tajam ke arah Bimo.“Bimo! Aku mendapat laporan dari Bu Devi, tentang perilakumu yang ceroboh dan tak senonoh dalam bekerja! Karenanya aku langsung memberikan peringatan kedua padamu!”“Ahh! Langsung peringatan kedua Pak Budi..?” desah tegang Bimo bertanya.“Ya! Dan kau tahu artinya peringatan kedua itu Bimo..?! Sekali lagi kau membuat kesalahan, maka tak ada pilihan lain selain kau dipecat dan keluar dari kantor ini! Paham Bimo..?!”“Paham Pak Budi,” sahut Bimo, seraya memberanikan diri balas menatap wajah kepala personalia itu. Dan sebuah lintasan tentang Budi pun langsung tergambar jelas di benak Bimo.“Ahh..!” seru Bimo tanpa sadar. Hal yang tentu saja mengejutkan bagi Budi, pria berumur 39 tahun itu.“Kenapa kau terkejut
Pertanyaan bernada sindiran dan juga senyum mengejek, nampak jelas di wajah para rekan OBnya itu.“Aman..!” seru Bimo seraya tersenyum, untuk membuat keki para rekan OB yang pastinya berharap dia celaka bahkan dipecat itu.“Kalau begitu, sekarang cepat kau bersihkan ruang toilet lalu pel lorong lantai 2 sekalian..!” seru Luki dengan nada kesal dan wajah tak senang.“Lho? Bukankah tugas mengepel lantai 2 adalah tugas Paul, Kak Luki..?” ujar Bimo heran dan bernada protes.“Ya, hari ini kau yang mengerjakannya Bimo! Karena aku dan Paul akan keluar untuk membeli perlengkapan logistik! Kerjakan saja, jangan banyak tanya!” seru Luki bertambah kesal.“Banyak omong kau Bimo! Hihh..!” Blaakh! Paul ikut memaki marah, seraya menyepak betis Bimo. Karena dia merasa cemas tak jadi di ajak Luki keluar kantor, dan urung mendapatkan uang lebihan belanja.“Aihh..!” seru kaget semua rekan OB di ruangan itu, saat mendengar kerasnya suara sepakkan kaki Paul membentur betis kaki Bimo.Namun Bimo sendiri tak
“Hei..! K-kenapa Bimo..?!” seru heran dan terkejut Lidya.“Ada apa Bimo..?!” seru Rindy yang ikut merasa kaget dan heran melihat sikap Bimo.“Mbak Lidya. Apakah ada rekan pria sekantor Mbak Lidya yang mengendarai Rubicon hitam dan mengenakan jam Rolex..?” tanya Bimo dengan wajah serius.“Heii..! Bagaimana kau bisa mengenali Rudy manajer pemasaran di perusahaanku Bimo..?! Apakah kau pernah bertemu dengannya..?” sentak terkejut Lidya, mendengar ciri-ciri Rudy disebutkan dengan tepat oleh Bimo.“Sama sekali aku tak pernah bertemu dengannya Mbak Lidya. Hanya saja sebaiknya Mbak Lidya berhati-hati dengan orang itu. Apakah dia tadi memberikan sesuatu pada Mbak Lidya..?” ujar Bimo tenang, seraya bertanya.“Hahh..! Rudy memang memberikan parfum untukku tadi siang Bimo. Katanya itu hadiah dari temannya yang baru kembali dari Paris. Memangnya ada apa dengan parfum itu Bimo..?” seru heran Lidya lagi, merasa takjub dengan ketepatan terawangan Bimo.“Bisa kulihat parfum yang diberikan si Rudy itu
'Heii..! Siapa Devi itu..?!' sentak penasaran batin sang penyelinap itu. Perlahan dia menghampiri ranjang tempat Bimo terbaring pulas. Perlahan dengan dada berdebar sosok penyelinap itu menatapi sosok Bimo, yang diam-diam telah lama mencuri hati dan menjadi obyek fantasinya. Ya, sosok itu adalah Rindy, sang pemilik kost! Malam itu usai Lidya pulang ke rumahnya, tiba-tiba saja Rindy merasa harus menuntaskan keinginan yang telah lama direncanakannya. Memiliki anak dari benih Bimo! Bahkan Rindy sudah mempersiapkan sebuah rumah di desa. Yang disiapkan untuk ditinggalinya, jika dia hamil dari benih Bimo nantinya. Dan dia akan kembali ke Kajarta setelah anaknya dilahirkan. Sementara dalam tidurnya, Bimo tiba-tiba saja bermimpi berada dalam ruangan Devi. Dalam mimpinya itu, Devi menyatakan rasa cintanya pada Bimo, dan tentu saja Bimo menerimanya. Bimo heran dengan keagresifan Devi dalam mimpinya itu, karena Devi dengan lincahnya membuka bajunya, sleetingnya, dan juga memelorotkan celan
"Tobat..! A-aji Guntur Kencana..!" seru gentar Ki Tapa. Wajahnya nampak terbelalak ngeri, dengan tangan yang menggenggam gagang cemeti ikut gemetaran. "Cukup..!" Bimo berseru lantang, seraya bersiap melepaskan pukulan aji 'Guntur Kencana'nya ke arah Ki Tapa. Dan tak ada pilihan lain bagi Ki Tapa, selain juga mengempos segenap powernya untuk beradu serangan dengan Bimo. Kttzzthk..! Krrtzhk..! Nampak kepalan tangan kanan Bimo berkeredepan di selimuti lidah-lidah petir kecil keemasan. Suara berkeretekkan bak arus listrik tegangan tinggi terdengar sungguh mengerdilkan nyali. "Hiaahh..!!" Seth..! Werrsshk..!! Ki Tapa nekat mendaahului menyerang, dengan melesat cepat dan lecutkan Ki Nogo Patinya dengan power terkuat yang dimilikinya. "Hiaahh..!" Splash..! Namun Bimo juga melesat secepat kilat, sosoknya melenting tinggi hingga berada di atas sosok Ki Tapa, yang tengah melesat ke arahnya. Dan... "Hiaahh..!" Spraatsshk..!! Bimo langsung lesatkan pukulan 'Guntur Kencana'nya ke arah ke
"Keluarkan kebisaanmu bocah keparat..! Aku hendak lihat sampai di mana kemampuanmu menghadapi aji Tapak Wisaku..!" bentak Ki Tapa, dengan mata melotot berkilat merah. Saking gemas dan murkanya pada Bimo. Sementara kepulan asap hitam pekat di kedua tapak tangannya makin membesar, hingga tapak tangannya tak terlihat terselubungi asap hitam itu. "Asal dan kekuatanmu dari bumi, Tapa..! Maka kau akan tertelan kembali oleh bumi..! Hiyaahh..!" Bimo berseru seraya kerahkan aji Brajamustinya. Kaki kanan Bimo pun diangkat lalu dihentakkan deras ke bumi. Dammbhs..! Bumi di sekitar kediaman Budiman bergoyang pelan, bagaikan dilanda gempa sejenak, saat kaki Bimo menghujam bumi. Padahal itu pun Bimo masih baru kerahkan sepertiga dari powernya saja. "Ladalah..! Baboo, baboo..!" sentak terkejut Ki Tapa bukan kepalang. Ya, Ki Tapa sama sekali tak menduga, jika Bimo menyimpan power yang sedemikian dahsyat dalam dirinya. Kuda-kudanya pun sampai agak bergoyang mengikuti guncangan bumi. "Ahh..! Aya
"Iya Bu. Tadi Renny ketemu Bimo di jalan, karena Bimo mau ke rumah ya sekalian Renny ikut bonceng Bimo," sahut Renny lancar. "Mari kita semua masuk saja, hari menjelang magribh sekarang," ujar Budiman, seraya merangkul Bimo dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Dan perbincangan hangat pun terjadi di ruang tamu rumah itu. Tak nampak ketegangan sedikit pun di wajah Bimo dan keluarga Budiman saat itu. Ya, keluarga Budiman telah menyerahkan kepercayaan penuh pada Bimo, dan mereka juga telah siap dengan segala resiko yang terjadi. Bila ternyata Bimo gagal menghadang serangan orang suruhan Thomas cs. *** Selepas magribh di sebuah Karaoke House yang cukup berkelas di kota Gorbo. "Hahahaa..! Mari kita minum bersama Lukas, Bagyo..! Malam nanti pasti Ki Tapa akan membabat habis keluarga Budiman itu..!" seru Thomas tergelak senang.Thomas pun menuangkan Johnie Walkernya, ke dalam tiga gelas kecil di atas meja room karaoke kelas VIP itu. "Mereka pasti habis kalau Ki Tapa sendiri yang turun
"Aihhhssk..! Duhhs.. Bimoo..! Hhh.. hhhh..! R-renny mau pi..pissh..!" desahan keras tersengal dari Renny, terdengar begitu menggetarkan jiwa Bimo. Nampak tubuh Renny menggelinjang dan tersentak sentak tak terkendali. "T-tenanglah Renny. S-sebentar lagi selesai.." sahut terbata Bimo, seraya terus bertahan untuk tetap fokus. Di tengah gempuran dahsyat godaan Renny, yang terhampar begitu indah dan mengundang hasrat pria manapun yang melihatnya. Bimo juga melihat liang surga Renny yang nampak berkilat-kilat, karena cairan pelumasnya yang mengalir agak deras keluar. Hingga akhirnya merembes turun membasahi sprei ranjang. "Cepatlah Bimo..sh..! R-renny sudah nggak kuat..! Hhh... hh Mau pipish..!" sentak tersengal-sengal Renny. Tubuhnya nampak bergetaran, dengan mulut setengah ternganga, seksi sekali..! "Huppsh..!" Akhirnya Bimo berhasil menggenggam dan menarik lepas semua 'benih pembuahan' milik Lukas, yang menempel di dinding rahim Renny dengan tangan ghaibnya. "Ahkss..! Bimoo..sh..!"
"S-sebentar Mbak Renny. Bimo ke kamar mandi dulu ya," ucap gugup Bimo, yang tiba-tiba merasa ingin buang air kecil. Renny hanya mengangguk pelan, hatinya sendiri tiba-tiba juga ikut berdebar kencang. Karena walau dia telah merasakan nikmatnya klimaks bersenggama. Namun tentulah berbeda antara dunia nyata dan mimpi. Sementara Bimo tercenung sejenak di dalam kamar mandi. Ya, jika terpaksaa harus memilih antara Fira daan Renny. Jujur saja Bimo lebih memilih tipe wanita seperti Renny itu. Dewasa, kalem, dan kecantikkannya lebih beraura priyayi, bak putri keraton..! Namun Bimo segera menepis semua andai-andai itu, karena bayangan wajah Devi seketika ikut muncul di benaknya. 'Devi, sampai saat ini hatiku tetap memilihmu. Tapi apakah kau ditakdirkan menjadi jodohku..? Apakah kau pewaris Mustika Naga Hijau itu..?! Demi Tuhan, segalanya serasa gelap bagiku Devi..!' bathin Bimo tiba-tiba menumpahkan keluh kesahnya. Klekh! Bimo pun keluar dari kamar mandi, wajahnya nampak masih sedikit te
"Ahh..! Kau benar Bimo..! Sebaiknya kita bicara di villa milik Ayah saja yuk. Tak jauh kok dari sini," sentak Renny sadar. Bahwa apa yang mereka bicarakan memang bersifat sangat pribadi. "Sepertinya itu lebih baik Mbak Renny," ujar Bimo tersenyum. Tak lama kemudian Bimo dengan motornya menuju ke villa milik keluarga Budiman, yang berada tak jauh dari area Curug Ciberlem itu. Dalam waktu beberapa menit saja, mereka telah tiba di depan pintu gerbang sebuah villa berlantai dua, yang cukup asri dan megah. Nampak tergopoh seorang pria paruh baya membukakan pagar gerbang villa itu, dengan senyum di wajahnya. "Selamat datang Non Renny. Silahkan Non," sapa pria paruh baya itu ramah. "Makasih Mang Akim. Ini teman Renny, Mang," sahut Renny ramah. "Baik Non Renny," sahut Mang Akim maklum. Dia memang diserahi tugas menjaga dan merawat villa milik Budiman itu bersama keluarganya. "Mari Mang Akim," sapa Bimo ramah, saat dia melewati penjaga villa itu. "Silahkan Mas," sahut mang Akim sopan.
'Akhirnya dia bicara sendiri soal mimpi itu', bathin Bimo. "Ceritakan saja jika Mbak Renny percaya sama Bimo. Siapa tahu Bimo bisa membantu," ujar Bimo tenang. Ya, Bimo berusaha mendorong keberanian Renny, untuk mengatakan hal yang sebenarnya terjadi padanya. "Bimo. Apakah hanya melalui mimpi orang bisa melakukan apa saja pada diri kita..? Apakah ada kemampuan seperti itu di dunia ini, Bimo..?" tanya Renny pelan, dengan tatapan serius menanti jawaban Bimo. "Mbak Renny, sebaiknya Bimo buka saja sekalian disini ya. Sebenarnya sejak pertama kali Bimo melihat Mbak Renny, Bimo melihat sesosok makhluk astral yang menempel di tubuh Mbak Renny. Itulah hal yang membuat Bimo terkejut saat itu sebenarnya Mbak Renny," ungkap Bimo, membuka penjelasannya. "Lalu, kenapa Bimo tak mengatakan saja saat itu pada Renny..?" tanya Renny penasaran. "Karena pada saat itu, aku belum bisa memastikan jenis makhluk apa, yang menempel pada diri Mbak Renny," sahut Bimo. "Lho..? Berarti Bimo sekarang sudah
Tepat jam sembilan, Bimo telah menanti di depan gerbang Fakultas Pertanian. Terdapat sebuah halte di depan gerbang itu, dan Bimo pun menanti di sana. Ada kumpulan mahasiswa dan mahasiswi, yang nampak telah berada di sana menanti bis kampus. Ada yang berbincang, membaca buku, dan juga duduk diam seperti halnya Bimo. Diam-diam beberapa mahasiswi nampak mencuri pandang ke arah Bimo. 'Hmm. Keren juga tuh cowok', bathin beberapa mahasiswi di halte itu. "Bimo..!" seru tersenyum seorang wanita yang baru saja keluar gerbang fakultas, seraya lambaikan tangannya ke arah Bimo. "Hai Mbak Renny..!" balas Bimo tersenyum tenang. 'Ahh..! Pantas saja keren. Ternyata dia sahabatnya Kak Renny', bathin beberapa mahasiswi, yang memperhatikan Bimo tadi. Bimo dan Renny pun saling menghampiri dan bertemu di sisi halte itu, tempat dimana Bimo memarkirkan motornya. "Bimo. Kita langsung saja ke Curug Ciberlem yuk..! Nanti kita jalan-jalan dan makan dulu di sana saja ya," ujar Renny tersenyum. Entah kena
"Haahh..!!" seru kaget serentak ketiga orang tamu agung itu. Tentu saja mereka kaget, karena Ki Tapa muncul begitu saja dihadapan mereka bagaikan hantu. "Kalian dengar kataku barusan..?!" sentak Ki Tapa lagi agak geram, karena ucapannya tak direspon segera oleh ketiga tamunya itu. "Ba-baik Ki Tapa..! Aku dengar..!" seru Thomas gemetar ketakutan. Dia tak ingin mengundang amarah sepuh sesat itu lagi. "I-iya Ki Tapa..!" sahut gugup Lukas dan Bagyo bersamaan. "K-kami pamit Ki..!" ucap ketiga orang itu. Lalu tanpa panjang kata lagi, mereka bertiga pun langsung keluar dari kediaman Ki Tapa. Brrmm..! Nngngg..! Terdengar suara mobil menjauh dari kediamna Ki Tapa. *** Bimo merasa dia harus tetap membicarakan perihal perbuatan Lukas pada Renny.Namun dia merasa saat itu bukanlah saat yang tepat. Untuk membicarakan hal yang bersifat sangat rahasia dan pribadi bagi Renny, di depan keluarganya. "Lukas..! Kau selama ini sudah kuanggap saudara..! Sungguh tega sekali kau.." seru Budiman ber