Tutt... Tutt..! 'Lidya memanggil' tertera di layar ponsel Bimo. Bimo pun segera menerima panggilan dari bos cantiknya itu. Klikh! "Ya Lidya." "Halo Mas Bimo. Bagaimana kabar di sana..? Sedang sibukkah..?" "Baik-baik saja Lidya. Sepertinya kaulah yang sedang sibuk Lidya, hehe. Jaga kondisimu Lidya." "Benar Mas Bimo. Akhir-akhir ini Lidya sibuk mendampingi Ayah ke sana sini. Besok malah Lidya harus mendampingi Ayah ke Bali selama 2 hari. Ada pertemuan para pengusaha properti tingkat internasional di sana Mas Bimo." "Hmm. Sibuk sekali Lidya. Baiklah Lidya, akan kupagari dirimu dan Pak Hendra dari sini selama dua hari ke depan. Apakah Ki Sabdo ikut serta bersama kalian..?" "Terimakasih Mas Bimo. Ki Sabdo tak ikut serta Mas. Kami hanya berangkat bertiga saja, aku, Ayah, dan Pak Bernard." "Baik Lidya. Sampaikan salamku pada Pak Hendra dan Pak Bernard ya." "Baik Mas Bimo. Setelah pulang dari Bali nanti, aku mungkin akan rehat barang sehari dua hari. Lidya mau temani Mas Bimo di vil
"Memangnya berapa saldo rekeningmu saat ini Iwan..?!" tanya penasaran Darma, ayah Tari tanpa basa basi. "Hah..! Bagaimana Pak..?" seru kaget Iwan tak menyangka, jika dia akan langsung menghadapi pertanyaan 'tak beretika' seperti itu, dari calon mertuanya. Padahal baru saja bokong Iwan mendarat di kursi tamu rumah kekasihnya itu. Hal yang sungguh membuat Iwan menjadi gelgapan dan nervouz seketika. "Ayah..! Kok bertanya seperti itu sih sama Mas Iwan..?!" seru tak senang Tari, atas pertanyaan ayahnya itu. "Tari..! Sebaiknya sekarang kamu masuk dulu ke kamar..! Ini adalah saatnya ayah dan Ibumu bicara dengan Iwan..! Percayalah semuanya ini demi kebaikkanmu Tari..! Masuk..!" hardik Darma pada Tari, sepasang matanya menatap tajam pada Tari. Dan Tari tahu, jika ayahnya sudah bersikap seperti itu, maka tak ada yang bisa membantah keinginan ayahnya itu. Tari pun melangkah cepat masuk ke kamarnya, dengan wajah merengut kesal tanpa kata lagi. "Nah Iwan..! Aku tanya sekali lagi, berapa sal
"Tidak Mas Iwan..! Ayah dan Ibu telah keterlaluan merendahkan Mas Iwan..! Tari tak tahu semua akan jadi begini Mas. Maafkan Tari ya Mas. Tsk, tsk..!" seru Tari, menolak untuk kembali ke kamarnya. "Kalian melawan orangtua ya..! Baiklah Iwan..! Kau boleh melamar putriku Tari, asalkan kau bisa memberikan mahar 250 juta bulan depan..! Dan uang itu bukan dari hasil berhutang..! Ingat itu..!" Hesti pun naik darah dan berseru tajam, memberikan syarat pada Iwan. Ya, tentu saja Hesti merasa yakin, jika syarat itu tak akan bisa dipenuhi oleh Iwan. Karena apa yang diharapkan dari penghasilan seorang ojol macam Iwan itu..?! Pikir Hesti. "Baik. Saya pamit Pak, Bu. Tari jaga dirimu baik-baik ya," ucap Iwan akhirnya mohon diri. Iwan segera melangkah keluar dari rumah kekasihnya, yang dirasa sangat panas dan sesak baginya saat itu. "Mas Iwan..! Tsk, tsk..!" seru terisak Tari sedih, melihat keputus asaan di wajah kekasihnya itu. Itulah kejadian sebulan yang lalu. *** Kembali pada Iwan yang ma
Nngguukk..! Nngguuunngg..!! Bimo langsung menggaspol motornya hingga melesat bak crosser di lap terakhir. Ngeri..! Tujuan Bimo hanya satu, ke tempat sepuh jahat dan Tonny berada. Bimo hanya mengikuti arahan dari pancaran sinyal bathinnya, yang menarik dan mengarahkannya ke lokasi sepuh itu berada. Sementara laju motor Bimo melesat bak meteor, di tengah jalan raya yang cukup sepi dan lengang di waktu dini hari itu. Beberapa pengendara yang berselisihan nampak menurunkan kecepatan mereka, bahkan ada yang mengumpat Bimo. Nguunnngg..!! Namun tentu saja Bimo tak mendengarnya dan juga tak peduli dengan hal itu. Fokusnya hanya satu, menyelamatkan Devi dari prilaku jahat sepuh sesat dalam bayangannya itu..! Hingga akhirnya tak sampai setengah jam kemudian, Bimo telah masuk ke pinggiran Desa Tujar, Cipereut. Nampak sebuah rumah yang sama persis dengan lintasannya, telah berada di sebelah kanan depan jalan setapak yang dilaluinya. Citt..! Slakh..! Slaph..! Bimo mengerem, menstandart, d
"Mas Bimo, tebak aku ada di mana sekarang..? Hihihi..!"Suara tawa riang Lidya pun langsung terdengar oleh Bimo. Hal yang membuat Bimo ikut tersenyum ceria. Dengan sekejap saja Bimo langsung bisa melihat keberadaan Lidya, yang saat itu dilihatnya berada di dalam mobil menuju ke arah Gorbo. "Hehehe..! Kamu mau minum apa Lidya..? Biar kuminta Bibi Sum membuatkannya untukmu." "Wahh..! Ketahuan deh..! Mas Bimo curang sih..! Pasti pakai terawangan..! Hihihii..!" "Hahahaa..!" Bimo pun tergelak mendengar cibiran Lidya itu. Namun Bimo diam-diam juga merasa sedih dan menyesal, karena dia tahu hati Lidya tulus mencintainya. 'Maafkan aku Lidya. Aku benar-benar tak bisa membalas cinta siapapun saat ini', bathin Bimo mengeluh. Ya, Lidya memang sangat terbuka dan apa adanya, jika sudah berhadapan dengan Bimo. Tak ada lagi istilah 'JaIm' (jaga image) bila dia berada dekat dengan pria yang satu itu. Semuanya terasa lepas bagi Lidya.Beda halnya, jika dia berada di lingkaran bisnisnya, yang mengh
'Maha Kuasa Engkau Ya Tuhan. Tante Mira ternyata sedang mengandung..!' seru terkejut bathin Bimo. "Tante Mira. Bimo ikut berduka dengan kematian Tonny. Tapi kalau boleh Bimo menyarankan Tante jangan terlalu larut dalam kesedihan ya.Kasihan dengan janin di dalam rahim Tante nantinya. Karena dialah yang akan meneruskan bisnis Pak Donald nantinya." "Aihh..! A-apa Mas Bimo..?! A-aku hamil..?!" Terdengar seruan kaget tertahan Mira di sana. "Benar Tante. Tante bisa memeriksakan kandungan Tante nanti bersama Pak Donald ya. Jangan terlalu bersedih ya Tante. Pasti Tuhan akan memberikan yang terbaik buat keluarga Tante." "Ahh..! M-mas Bimo benar. T-terimakasih Mas Bimo. Aku tak akan tahu sedang mengandung, jika Mas tak memberitahuku..! T-terimakasih Mas Bimo, aku akan segera mengabarkan hal ini pada suamiku." Klikh! Entah harus bersedih atau gembira hati Mira saat itu, karena kabar buruk dan kabar bahagia datang di saat yang bersamaan dalam keluarganya.Namun Mira merasa harus memberitah
'Maafkan aku Tari. Susah kuupayakan sekuat dayaku mencari dana 250 juta itu. Namun rupanya kita memang belum berjodoh. Semoga kau mendapatkan jodoh yang terbaik dalam hidupmu', bathin Iwan pasrah sudah. Iwan kembali naik ke atas motornya, sebetulnya dia ingin langsung saja pulang ke kontrakkannya. Namun... 'Heii..! Aku sudah janji malam ini ketemuan sama Mas Bimo, di taman kota kemarin itu..!' bathin Iwan terkejut sendiri. Saat dia teringat janjinya dengan Bimo, teman barunya itu. Iwan pun langsung bergegas menstarter motor matic yang kreditnya masih berjalan itu. Dia sama sekali tak berpikir macam-macam, soal ucapan terakhir Bimo soal solusi yang dirasanya aneh itu. Ya, yang ada di benak Iwan hanyalah dia ingin bicara lebih lama dengan Bimo. Karena Iwan merasa, saat dia bicara dengan Bimo, semua masalah hidup yang dialaminya tersa terlupakan walau sejenak. 'Nanti aku akan minta nomor ponselnya ahh..! Terlalu sekali aku, sampai lupa bertukar kontak dengannya kemarin itu!' sungut
"Hahh..! Kau lagi..! M-mau a.. Darma berseru keras pada Iwan, namun seketika seruannya terhenti di tengah jalan. Demi dilihatnya wanita cantik dan pemuda gagah penuh wibawa yang tersenyum di belakang Iwan. "Maaf Pak. Saya Bimo, kami datang menemani saudara kami Mas Iwan, untuk membicarakan sesuatu dengan keluarga Bapak," ujar Bimo tersenyum tenang. "Ohh..! Ehh..! I-iya Mas. I-itu mobil kaliankah..?" sahut gugup Darma, seraya menanyakan mobil berkelas yang parkir di depan rumahnya. "Benar Pak, itu milik kami," sahut Lidya tersenyum ramah. Kendati hati Lidya merasa jengkel, dengan cara Darma menerima kedatangan Iwan tadi. 'Hhh..! Bagusnya Iwan segera tinggal di rumah sendiri, setelah menikah dengan putrinya nanti', bathin Lidya.Ya, Lidya bisa membayangkan tekanan mental yang akan dialami Iwan, jika dia tinggal serumah dengan mertua yang berprilaku seperti Darma itu. "Ohh. Mari silahkan masuk..! Bu..! Ada Iwan datang..!" Darma segera mempersilahkan mereka masuk, seraya berseru mem
"Aku datang Tuanku Bimo..!" suara berat bergema terdengar di belakang Bimo. "Siapa kau..?!" seru Bimo terkejut. Namun dia tetap fokus kerahkan daya bathinnya yang kini semakin kuat, untuk menahan desakkan daya magis Andrew cs. "Aku Brajangkala dan empat panglimaku, datang untuk membantu Tuan Bimo," sahut suara berat itu lagi. "Ahh..!" hanya seruan terkejut bingung saja yang keluar dari mulut Bimo. Dia sama sekali tak menduga, jika Brajangkala yang datang dengan membawa bala bantuan untuknya. Tadinya Bimo menyangka yang datang membantunya adalah Ki Sabdo, penasehat spiritual Hendra itu. Namun ternyata dia salah. 'Aneh..?! Atas dasar pertimbangan apa Brajangkala membantuku..?!' sentak bathin Bimo heran. Namun dia tak mau terlalu larut dlam kebingungannya itu. Karena Andrew cs kini terasa meningkatkan daya serang terhadapnya. "Ayo..! Maksimalkan penyaluran power kalian..! Rupanya si sialan itu juga memiliki pasukkan di belakangnya..!" seru murka Andrew, saat melihat sosok-sosok hal
Blaph..! Blaph..! ... Blashp..!!! Dan mewujudlah puluhan sosok tak lumrah manusia, yang melayang di sisi kiri dan kanan Andrew. Kesemua sosok yang muncul itu memiliki tubuh layaknya manusia, namun memiliki sayap bak sayap kelelawar di punggungnya.Sementara hampir semua sosok itu, memiliki dua tanduk kecil di kepalanya. Hanya satu sosok saja yang memiliki satu tanduk di kepalanya, namun sosoknya nampak memiliki aura hitam yang paling pekat dibanding sosok-sosok lainnya. "Hahahaa..!!" "Hihihii..!!" Terdengar tawa bergema riuh rendah seperti dari kejauhan. Suara tawa riuh rendah bergema itu, seolah bukan datang dari alam nyata. "Akhirnya kau butuh juga dengan bantuan kami Tuan Andrew..!" seru bergema sosok bertanduk satu itu. "Terpaksa Gallant..! Karena yang kuhadapi nanti bukanlah musuh biasa..! Bersiaplah Gallant, dan juga kalian semua..!" seru Andrew menyahuti, sekaligus mengingatkan para sekutunya. Wrrrnngg...! Sebuah helikopter nampak mendekat ke arah lokasi Andrew cs dan K
Sementara Andrew dan Lidya telah tiba di Hotel Mauli Sanayen. Andrew langsung mengarahkan dan membawa Lidya, menuju ke kamarnya yang terletak di lantai paling atas hotel itu. Setibanya di dalam kamarnya, Andrew langsung memberi garis darah ghaibnya. Dan dia langsung menerapkan ilmu'Tabir Wujud'nya pada sekeliling ruang tidur kamarnya. Ya, Andrew tak menyadari bahwa dia telah terlambat untuk itu. Karena Bimo telah melihat hotel tempatnya berada dalam lintasannya, tepat saat Andrew bergesekkan dengan Lidya di dalam mobil tadi. "Masuklah Ratuku sayang. Kita akan menjadikan malam ini penuh, bagi kita berdua," ucap lembut Andrew, mempersilahkan Lidya yang terpaku di sisinya. "Baik." Lidya berkata datar, seraya masuk ke dalam ruang tidur yang telah dipagari dengan ilmu 'Tabir Wujud' oleh Andrew itu. 'Hmm. Akan kusadarkan kau dari pengaruh hipnotisku, di tengah pemainan asmara kita nanti Lidya. Disaat kau sudah hanyut, dan tak bisa menolak lagi hunjaman asmaraku..! Hahahaa..!' bathin
"Baik." Ya, Lidya bagai kerbau dicucuk hidungnya terhadap Andrew. Dengan hanya mengenakan baju tidurnya, Lidya melangkah keluar dari kamarnya. Andrew pun mengikuti di belakangnya. Sungguh keadaan rumah Lidya sangat mendukung aksi Andrew, karena Bi Inah sudah tenggelam dalam mimpi di kamarnya. Lidya langsung meraih kunci mobilnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Lalu dia pun menuju ke garasi, dengan Andrew menjajari langkahnya. Klekh..! Lidya pun masuk ke dalam mobil bersama Andrew yang duduk di sebelahnya. "Kita ke Hotel Mauli Sanayen Lidya sayang," ujar lembut Andrew, dengan menahan gejolak hasratnya yang meledak-ledak terhadap gadis jelita itu. Ya, Lidya memang memiliki kecantikkan yang natural. Bahkan tanpa make up seperto saat itu pun, dia tetaplah segar menantang di mata pria sehat dan normal mana pun juga. Termasuk Andrew..! "Baik," sahut datar Lidya, dingin tanpa ekspresi. Brrmm..! Tin..! Tinn..! Security yang berjaga di posko samping gerbang pun bergegas membuka
"Tanya Bos..! Berapa lama kami harus latihan dan siap kerja nantinya..?!" tanya seorang anggota lagi. "Itu sangat tergantung pada keseriusan, dan kemampuan kalian dalam menyerap ilmu yang kuberikan. Sepertinya waktu 2-4 bulan saja cukup untuk persiapan kalian bekerja. Asalkan kalian menjalani latihan dengan serius.Tinggalkan kebiasaan mabuk-mabukkan..! Karena itu hanya akan melemahkan kondisi dan stamina tubuh kalian..! Kalian mengerti..?!" kembali Bimo berkata lantang. "Hahh..?! Hanya 2 sampai 4 bulan saja..?!" "Siap Boss..!!!" "Yang penting dapat pekerjaan..! Kami siapp..!" Seruan-seruan gembira dan penuh harapan terdengar dari seluruh anggota. Karena sesungguhnya mereka semua juga telah berpikir, jika tak selamanya mereka akan hidup dari jalanan. Layaknya kebanyakkan orang, mereka juga ingin menjalani kehidupan yang wajar dan tenang di masa mendatang. Bekerja, menikah, dan memiliki keluarga..!Ya, tawaran Bimo bagaikan memberi 'jalan terang' bagi mereka untuk hidup lebih bai
"Selamat datang semuanya..! Masuklah..!" seru Bimo tersenyum lebar, seraya menuruni teras rumahnya menyambut Denta cs. "Baik Bos Bimo..! Ayo kawan semua..! Kita masuk..! Parkir yang rapih dan teratur..! Hahaha..!" seru Denta tergelak senang. Dia berada paling depan di barisan gank motornya. "Siapp..!!!" "Malam Bos Bimo..!!!" Ngungg..! Ngenngg..! ... Ngunngg..!!! Dan berbondong-bondong barisan gank motor itu pun masuk ke halaman kediaman Bimo. Nampak tak kurang dari 75 unit motor meluncur masuk dan parkir berderet secara teratur, di halaman depan dan samping. Beruntung Bimo memiliki halaman yang cukup luas, untuk menampung semua kendaraan itu. Tutt.. Tuutt..!Ponsel Bimo berdering, 'Toko Ben;S Food memanggil'. Klikh..! "Ya. Apakah pesanan saya sudah berangkat..?" sapa Bimo. "Benar Tuan Bimo. Kami mengabarkan saat ini sedang di jalan, dan tak sampai 5 menit lagi akan tiba di tujuan." "Baik. Nanti langsung masuk saja, pagar sudah terbuka." "Baik Tuan Bimo." Klikh! "Silahkan
'Baiklah..! Nanti malam akan kudatangi kau Lidya!' bathin Andrew, seraya rebahkan diri di ranjang. Lalu sepasang matanya pun terpejam dengan cepat, kaku dan dingin.! Ya, sepertinya Andrew merasa sangat nyaman berada dalam ruang kamarnya yang remang, dengan semua korden yang tertutup rapat. *** Devi tengah bersantai di ruang tengah kantornya saat itu. Dia baru saja selesai menata ruangan kerjanya, dan juga ruang kerja pribadi Bimo. Ngunngg..! Cit..! Tin.. Tinn..! "Ahh..! Mas Bimo datang..!' seru senang bathin Devi, saat melihat sosok Bimo yang masuk ke halaman depan kantor dengan motornya. Dia pun bergegas melangkah ke teras, untuk menyambut Bos sekaligus pria idamannya itu. "Hei Devi..!" seru Bimo, seraya lemparkan senyumnya ke arah Devi. "Wah, Mas Bimo langsung ke sini tho. Kirain pulang dulu ke rumah," ujar Devi balas tersenyum. "Tidak Devi. Ada hal penting yang harus kubicarakan denganmu sebelum kantor kita ini resmi dibuka." "Ok Mas Bimo. Kita masuk saja yuk," ajak Devi t
"Ahh..! B-baiklah Kang..! K-kami menyerah..!" seru gugup dan gentar Denta. Kini terbuka sudah matanya, bahwa yang tengah dihadapinya bukanlah sembarang orang. "A-ampun Kang..!" "Tobat Kang..!" Pengakuan menyerah Denta, segera diikuti seruan-seruan minta ampun dari para anggotanya yang kesemuanya masih terkapar di tanah. Nampak senjata-senjata rusak dan patah para anggota gank, yang berserakkan di tanah. "Gelo..!" "Luar biasa..!" "S-siapa dia..?!" Seruan kaget dan takjub juga keluar dari mulut para karyawan dan security cafe itu, yang menyaksikan pengeroyokkan gank Road Spiders pada Bimo. Mereka selama ini memang tak berani melaporkan tindak semena-mena anggota gank itu pada polisi. Karena mereka sadar dan takut akan balasan para anggota gank Road Spiders, yang jumlahnya ratusan orang itu. Ya, kekaguman dan rasa takjub menyelimuti hati mereka semuanya, setelah melihat kemampuan Bimo yang berada di luar nalar dan sangat menggetarkan nyali itu. "Baik..! Mulai saat ini anggap s
Seth..! Denta dan anggota lainnya pun serentak menoleh ke arah Bimo, seraya ganti menatap layar ponsel itu. Dan.. "Hmm..! Mari kita kepung dia..!" bisik tajam Denta, seraya beranjak berdiri dari duduknya. Serentak seluruh gerombolan itu pun berdiri, dan melangkah ke arah Bimo berada. 'Hmm. Mereka telah mengenaliku rupanya', bathin Bimo, seraya tetap duduk tenang di kursinya. Bimo seolah tak melihat pergerakkan gerombolan itu, yang tengah mengelilingi pohon yang menaungi mejanya. Slakh..! Slagh..! ... Sregh..! Beberapa anggota nampak telah mengunus dan mengeluarkan senjata kesayangan mereka masing-masing. Karambit, pisau lipat, celurit kecil, knuckle, bahkan pistol pun terlihat dalam genggaman anggota gerombolan itu. Dengan dikelilinginya meja Bimo, maka otomatis pengunjung lain tak bisa lagi melihat posisi Bimo saat itu. Dan para pengunjung pun langsung keluar dari cafe itu dengan tergesa, takut terkena sasaran dari kerusuhan yang mereka duga pasti akan terjadi itu. Maka otomat