"Dia sudah mendapatkannya, Gemma."Jackson berbisik pada Gemma yang masih ada di rumah sakit bersama beberapa manager kantor. Hari ini banyak manager yang menjenguk Lewis, tapi mereka harus menunggu di depan ruangan sampai jam besuk tiba dan mereka pun harus bergantian masuk. Beberapa manager ditemani Jenni dan beberapa lagi bersama Gemma dan jackson. Gemma sendiri yang mendengar laporan Jackson langsung membelalak dengan tatapan yang berbinar-binar. "Kau yakin?" "Lihat foto ini!" Jackson menunjukkan foto Sophia yang terikat di sebuah gudang dan Gemma pun langsung tersenyum tipis. Ini hal besar yang ia lakukan, menculik Sophia lalu membunuhnya. Dilanjutkan dengan membunuh Lewis dan Jenni, lalu hidup bahagia bersama Jackson dan bergelimang harta. Ini hal besar yang sudah mereka rencanakan lama dan mereka sudah hampir menuju akhir dari rencana mereka. "Kita harus ke sana, Kak Jackson. Kita harus melihatnya untuk yang terakhir kalinya kan?"Jackson tertawa pelan mendengarnya. "Tent
Sophia masih menatap nanar pada sosok Jackson dan Gemma di hadapannya. Air matanya masih mengalir, tapi sekuat tenaga Sophia mendongak untuk menghentikan air matanya. Di saat seperti ini, Sophia tidak boleh lemah. Sungguh, Sophia tidak boleh lemah. Sekalipun posisi Sophia terdesak dan mungkin, tidak ada harapan, tapi Sophia harus mempertahankan harga dirinya di saat yang terakhir. Sophia pun perlahan bisa menenangkan napasnya dan ia pun menatap Jackson dan Gemma dengan penuh kebencian. "Aku tahu! Aku benar-benar sudah tahu kalau kedatanganmu kemari sama sekali bukan untuk menyelamatkan aku," seru Sophia akhirnya. Jackson menaikkan alisnya. "Oh, kau berharap aku menyelamatkanmu, hah?" "Tidak! Karena aku tahu sebelumnya kau juga sudah berusaha membunuhku, tapi gagal." Jackson masih menaikkan alisnya. "Kau tahu tentang itu, Sophia?" "Ya, aku mengingatnya jelas bahwa kau yang menyetir mobil itu lalu menabrakku begitu keras. Semuanya rekayasa demi uang asuransi dan harta warisan. Oh
"Akhh, Gemma!" pekik Sophia saat Gemma kembali memukulnya di punggung. "Bagaimana rasanya, hah? Sakit? Ada yang lebih sakit lagi, tapi kau harus merasakannya! Kemarikan pisaunya!"Gemma melangkah ke arah Hotman dan merebut pisau dari Hotman. Gemma pun tersenyum sambil menunjukkan pisau itu ke arah Sophia sampai jantung Sophia memacu begitu kencang. Sophia menggeleng takut karena akhirnya ia tahu bahwa Gemma sangat nekat. Dan di dalam gudang itu, sungguh, Gemma jauh lebih agresif dibanding Jackson dan Hotman, apalagi para pria yang hanya menjadi penonton di sana. Gemma pun melangkah dengan cepat mendekati Sophia. Namun, sebelum Gemma sempat melakukan apa pun, mendadak pintu gudang sudah dibuka dengan kasar sampai suaranya membuat semua orang sontak menoleh kaget, termasuk Sophia. Sophia menatap lekat-lekat pintu gudang dan bagaikan mukjizat yang menjadi nyata, sosok Rafael muncul di sana sampai membuat air mata Sophia yang sejak tadi ditahannya pun mengalir juga. Entah bagaimana R
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Tidak ada yang terluka kan?"Rafael begitu cemas sekaligus lega saat akhirnya ia melihat Yola membawa Sophia keluar. "Rafael! Rafael!" Sophia langsung memeluk Rafael begitu erat sambil menitikkan air matanya. "Sophia!" Rafael juga memeluk dan menciumi pelipis Sophia dengan begitu sayang. "Untunglah kau selamat, Sayang. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau sampai terjadi apa-apa padamu," ucap Rafael lagi sambil menangkup wajah Sophia. Sophia begitu terharu sekaligus sedih mendengarnya. Terharu karena ada pria yang bersedia bertaruh nyawa demi menyelamatkannya. Ucapan Rafael, tatapan mata Rafael, dan semuanya benar-benar membuat hati Sophia tersentuh akan cinta yang begitu besar. Sedangkan Jackson, suami Sophia sendiri yang seharusnya menjaga dan melindungi Sophia, tapi malah menjadi orang yang ingin membunuh Sophia. "Aku mencintaimu, Rafael! Aku mencintaimu!" ucap Sophia akhirnya yang tidak bisa menahan perasannya lagi. Sejak kembali mengi
Jackson masih melajukan mobilnya tidak beraturan karena ulah Gemma. Keduanya terombang ambing di dalam mobil Jackson yang sudah berjalan zig-zag, tapi Gemma belum mau menghentikan serangannya pada Jackson. Tidak hanya mencekik Jackson, Gemma bahkan mulai memukuli Jackson sampai Jackson terus mengumpat dan makin kasar pada Gemma. Jackson menarik kencang rambut Gemma sampai Gemma terjungkal ke depan dan Jackson pun memukul Gemma di bagian mana pun yang bisa ia raih dengan tinjunya. "Akhh!" pekik Gemma kesakitan dan frustasi. "Rasakan itu, Wanita Jalang!" "Kau brengsek, Jackson! Kau brengsek! Seharusnya dari awal aku tidak bekerja sama denganmu! Kau brengsek!" pekik Gemma yang berniat menyerang Jackson lagi. Gemma sendiri sudah terjungkal sampai ke kursi depan tadi. Gemma berusaha keras memperbaiki posisinya dan bermaksud mencekik Jackson lagi, tapi malah Jackson sekarang yang mencekik Gemma duluan dengan satu tangannya. "Akhh! Lepas!" Gemma memukuli tangan Jackson, tapi Jackson m
Tragis. Tidak ada kata lain yang lebih tepat lagi mengungkapkan apa yang Jackson dan Gemma alami. Mereka mengalami kecelakaan yang begitu tragis, bahkan mungkin lebih tragis dibanding kecelakaan Sophia waktu itu. Jackson sempat menyingkirkan Gemma sesaat sebelum mobil mereka menabrak pembatas beton, tapi malah sebuah benda tajam yang entah apa menembus dada Jackson. Benda tajam itu terbawa oleh mobil dengan kecepatan tinggi itu dan terus menusuk ke dada Jackson hingga rasanya begitu menyakitkan. Jackson merasakan dengan jelas detik-detik napasnya mulai memendek, detik-detik malaikat maut mempermainkannya dan menertawakannya. Semua sakit, sakit sampai Jackson tidak sanggup menjelaskan rasa sakitnya. Tubuhnya menggigil dan gemetar, perutnya bergejolak sampai ia hampir muntah. Rasanya dingin dan nyeri di sekujur tubuhnya, terutama di jantungnya, seolah organ berharga itu sedang dikoyak saat ini. Pecahan kaca dan serpihan lain dari mobil juga menghantam wajahnya dan membuat tusukan d
"Kondisi pasien sangat kritis. Kami hanya bisa bilang kami akan berusaha semaksimal kami." Setelah menangis begitu lama melihat jasad Jackson, akhirnya keluarga Sophia kembali menunggu Gemma di depan ruang operasi. Operasi besar berjalan sangat lama karena luka yang serius di tubuh dan kepala Gemma. Dan setelah menunggu begitu lama sejak Gemma dioperasi dan dipindahkan ke ruangan lain, akhirnya dokter pun menemui Sophia dan Jenni untuk memberitahu kabar yang sama sekali tidak baik itu. "Apa maksudnya, Dokter? Apa maksudnya?" tanya Jenni lemas. Namun, Sophia terus memeluk dan menenangkan Jenni. "Tenanglah, Ibu. Dokter bilang akan berusaha semaksimal mungkin kan? Kita tunggu saja. Kita tunggu saja." Jenni hanya bisa menggeleng dan terus menangis di pelukan Sophia, sedangkan Rafael mencoba bicara dengan dokter tentang kondisi Gemma yang ternyata memang sangat kritis, tapi Gemma masih tetap bertahan. Ivana juga tetap ada di rumah sakit untuk memberikan Jenni semangat, sedangkan Yol
Dua minggu berlalu dan kondisi Lewis terus berangsur membaik. Lewis sudah diijinkan keluar dari rumah sakit dan Rafael adalah orang yang selalu setia menemani di rumah sakit serta membantu semua untuk Lewis. Bahkan, Rafael membantu memapah Lewis ke mobil hari itu lalu mengantarnya pulang ke rumah. "Untung ada Rafael, terima kasih, Rafael," seru Jenni. "Mengapa harus merepotkan Rafael? Bukankah ada sopir?" seru Lewis yang masih kaku. Lewis sendiri sebenarnya sudah membuka hatinya. Bahkan, selama dua minggu ini, Lewis sudah tidak pernah protes melihat Rafael di kamarnya. Rafael membantu Lewis melakukan banyak hal dan menjaga Lewis saat semua orang tidak ada. Hanya saja, untuk mengatakan secara langsung masih berat bagi Lewis. Sophia yang mendengar ucapan Lewis hanya tertawa geli. "Rafael dan sopir tentu saja berbeda, Ayah. Bahkan, Rafael sampai sering meninggalkan pekerjaannya hanya demi menemani kita." "Ayah tidak pernah menyuruhnya. Tapi mana kakekmu yang tua itu? Mengapa dia t