Beranda / CEO / Hasrat Terlarang dengan Atasan / BAB 50 Kegelisahan yang membabi buta

Share

BAB 50 Kegelisahan yang membabi buta

Penulis: Prisma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepanjang malam itu, Venina didera oleh gelombang perasaan cemas dan gelisah. Kata-kata Erlangga terus terngiang di dalam benaknya, bergema seperti sebuah mantra yang tak kunjung berhenti. 

"Kita akan menikah, Nina. Anak itu akan menjadi anak kita yang sah. Kita bisa memperbaiki semuanya, Nina. Demi anak kita."

Rasa takut tiba-tiba menerjang hatinya dengan membabi buta, menghancurkan segala ketenangan yang pernah dia miliki. Seketika Venina merasa kehilangan arah dan tumpuannya, seperti layangan yang terlepas dari benangnya.

Mungkin, jika Erlangga benar-benar ingin menikahinya, dia tidak perlu melenyapkan anaknya sendiri. Mereka bisa menjadi keluarga bahagia yang saling mencintai, membangun kembali apa yang telah hilang. 

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 51 Takdir dan Perpisahan yang Terselubung Cinta

    Hening melingkupi ruangan, hanya suara gemuruh getaran mesin pendingin yang terdengar redup. Venina berdiri di hadapan Rio dengan pandangan yang berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan gelombang emosi yang menghantamnya."A-aku hamil, Rio," kata Venina dengan suara bergetar, menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis yang sudah menggenang di sudut matanya. Kalimat itu terasa seperti bom waktu yang akhirnya meledak, mengguncang perasaannya seketika.Rio, seperti biasa, tetap tenang dan penuh pengertian. Wajahnya tidak menunjukkan kemarahan, hanya kesedihan mendalam yang melumuri matanya. Dia menahan napas sejenak, mencerna informasi yang baru saja disampaikan oleh wanita yang dicintainya."Kenapa tidak mengatakannya lebih awal, Nina?" tanya Rio dengan lembut sambil menatap wajah Venina dengan penuh per

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 52 Takdir dan Perpisahan yang Terselubung Cinta 2

    “Aku tidak bisa, Rio,” gumam Venina dengan lirih sambil menghela napas berat. "Kamu terlalu baik untukku, Rio. Aku tidak layak mendapatkan cinta dan pengertianmu."Rio menarik Venina ke dalam pelukannya, membiarkannya menangis sepuasnya. "Aku mencintaimu, Nina. Dan cinta itu tidak akan berubah, apa pun yang terjadi. Aku akan selalu berada di sampingmu, menjalani semua ini bersama-sama," bisiknya dengan lembut."Tolong, jangan siksa aku dengan perasaan bersalah ini, Rio," ucap Venina sambil menjauhkan dirinya. Matanya yang sembab menatap penuh harap pada pria di hadapannya. Saat itu, dia merasa sangat rapuh dan tidak berdaya.Rio menatap Venina dengan hati yang berat. Dia tahu, saat Venina mengatakan hal tersebut, harapannya telah pupus. Wanita yang dicintainya

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 53 Hubungan yang tak akan sama lagi

    Venina berdiri di hadapan ibunya dengan tatapan yang dipenuhi keputusasaan. Dia tahu bahwa hal yang harus dia sampaikan akan membuat ibunya terguncang. Namun, dia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran, terlepas dari betapa menyakitkannya itu.Ketika Nadia mendengar kata-kata putrinya, seolah petir menyambar. Wajahnya pucat dan matanya terbelalak, seolah aliran darahnya terhenti sejenak."Kamu hamil, Nina?" desis Nadia dengan gemetar. Matanya yang biasanya penuh kasih kini tampak hampa, kehilangan sinar kebahagiaan.Venina merasa sangat sedih melihat kesakitan dan kekecewaan di mata ibunya. Rasanya dia ingin mencongkel matanya keluar agar tidak bisa melihat wajah ibunya yang terluka. "Maafkan Nina, Bu," katanya sambil menundukkan kepala, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang di sudut matanya."Anak siapa?" tuntut Nadia dengan nada dingin dan tajam, matanya menyorot penuh kemarahan.Sebenarnya Nadia tahu anak siapa yang berada di dalam rahim putrinya. Pastilah bukan anak Ri

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 54 Amarah yang belum mereda

    Venina meninggalkan rumahnya dengan perasaan yang bergejolak. Hatinya hancur melihat kesedihan dan kekecewaan yang tergurat di wajah ibunya. Namun, dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini. Ibunya masih dikuasai amarah dan belum bisa menerimanya kembali.Satu-satunya pelipur lara adalah adiknya. Venina mendekatinya dengan langkah berat. "Kakak pergi dulu, ya. Temani Ibu dengan baik," bisiknya sambil memeluk Gina erat sebelum pergi meninggalkan rumah.Tidak ada jawaban. Gina diam saja. Seperti tidak mengerti maksud kakaknya.Venina berusaha tersenyum, meskipun hatinya terasa perih. "Kakak akan sering main ke sini. Semoga Ibu marahnya nggak lama, ya," sambungnya, berusaha sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak menangis di hadapan adiknya.Gina hanya mengangguk pelan. Kali ini, dia tidak menolak pelukan kakaknya. Seakan dia bisa merasakan bahwa mereka tidak akan sering bertemu lagi. Bahwa kakaknya akan segera pergi jauh, dibawa oleh seorang pria yang kini menja

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 55 Sikap Manja

    Venina duduk sendirian di dalam kamar, meratapi sikapnya yang berlebihan pada Erlangga malam sebelumnya."Saya terima kalau kamu masih marah, Nina. Tapi mau sampai kapan kamu terus menyalahkan keadaan?"Kata-kata yang diucapkan pria itu sebelum pergi masih menggema di telinganya, memantik rasa sesal yang mendalam. Wajah Erlangga, yang terlihat tegang dan terbebani oleh emosi, terbayang jelas dalam benaknya, memunculkan kekhawatiran yang membelenggu hatinya.Erlangga pergi dalam keadaan emosi, dan Venina merasa kecemasan merayap di dalam dirinya. Setiap detik terasa seperti seabad saat dia menunggu panggilannya dijawab. Namun, pria itu tak kunjung pulang, menyisakan kekosongan yang membuat hatinya semakin gelisah."Lindungi dia, Tuhan," gumam Venina dengan tulus, ha

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 56 Jangan goda saya lagi!

    Selama masa istirahatnya, Venina merasa sangat terharu melihat perhatian yang diberikan Erlangga padanya. Pria itu merawatnya dengan penuh cinta, melayani segala kebutuhannya dengan hangat dan hati yang tulus.Mulai dari menyuapkan makanan, mengambilkan obat, membantu ke kamar mandi, hingga tugas-tugas kecil lainnya, semuanya dilakukan Erlangga dengan penuh kasih sayang."Jangan manjakan saya seperti ini, Mas. Nanti saya malah rusak," kata Venina, merasa sedikit tidak nyaman namun juga tersentuh saat Erlangga dengan telaten melepas pakaian dalamnya dan menggantinya dengan yang baru."Saya merasa seperti wanita sakit kalau begini terus, Mas. Padahal saya kan hamil, bukannya kena penyakit jantung," lanjut Venina sambil memejamkan mata, berusaha menahan suara gemetarnya ketika merasakan sentuhan lembut Erlangga p

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 57 Hanya selembar surat nikah

    Venina merasakan limpahan perhatian dan kasih sayang yang luar biasa dari Erlangga seiring dengan kehamilannya yang semakin membesar. Hubungan mereka kini semakin erat dan intim.Tidak peduli sesibuk apa pun Erlangga, dia selalu memastikan Venina mendapatkan perhatian dan dukungannya. Pria itu seolah tak bisa lama-lama meninggalkannya, bahkan ketika proyek pembuatan real estate baru yang tengah dia jalankan semakin menyita waktunya.Namun, tak ada satu pun pemeriksaan kehamilan yang dilewatkannya. Erlangga selalu ada di sana, menggenggam tangan Venina dengan penuh kasih saat mereka duduk di ruang tunggu dokter. Bahkan, dia dengan sabar menemani kekasihnya melakukan senam kehamilan, meski kelelahan mulai terlihat di wajahnya yang kerap kurang tidur.Hal ini membuat Venina merasa sangat dihargai dan dicintai. Namun, di dalam hatinya, dia juga khawatir dengan beban yang harus ditanggung oleh pria yang dicintainya.Akhirnya Venina memberanikan diri untuk menyampaikan kegelisahannya saat m

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 58 Ada wanita lain?

    “Saya pasti akan cepat kembali setelah semuanya selesai, Nina. Jangan terlalu khawatir.” Begitulah bunyi pesan yang selalu Erlangga berikan pada Venina hampir setiap hari.Sudah hampir tiga minggu sejak Erlangga kembali ke Jakarta, meninggalkan Venina sendirian di vila mereka. Meskipun telah mempekerjakan orang untuk menjaga dan mengurus kebutuhannya, namun rasa kekosongan di hati wanita itu tak kunjung tergantikan.Setiap hari terasa begitu sepi tanpa kehadiran Erlangga di sisinya. Meski terkadang dia menerima telepon dan pesan dari kekasihnya, namun hal itu tak cukup untuk mengusir rasa rindu yang menyiksanya.Di tengah kekosongan yang menyelimuti hatinya, Venina memutuskan untuk menyusul kekasihnya ke Jakarta. Dia tak bisa lagi menahan rasa hampa dan kerinduannya yang semakin memuncak. Dengan mantap,

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 129 (Final Chapter)

    Venina sedang menyiapkan teh di dapur ketika Erlangga menghampirinya dengan wajah serius. "Nina, kita harus bicara soal Erna," ujarnya dengan nada tegas.Venina menghela napas panjang, sudah menduga arah pembicaraan ini. "Ada apa lagi, Mas?""Saya rasa kita harus lebih tegas. Erna harus menggugurkan kandungannya," Erlangga berkata tanpa basa-basi.Cangkir teh di tangan Venina hampir terlepas. Dia menatap suaminya dengan tatapan tak percaya. "Apa? Mas bercanda, kan?""Saya serius, Nina. Ini demi masa depan Erna. Dia masih terlalu muda, belum siap jadi ibu," Erlangga bersikeras.Venina menatap suaminya dengan tajam, "Mas, aku nggak nyangka kamu bisa ngomong kayak gitu. Erna itu anak kita, darah daging kita sendiri. Gimana bisa

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 128 Gejolak Perasaan 3

    Erlangga berdiri kaku di depan ruang pemeriksaan, matanya tak lepas dari pintu yang tertutup rapat, seolah-olah bisa menembus dinding untuk melihat keadaan putrinya. Kekhawatiran terukir jelas di wajahnya, campuran antara rasa takut akan kondisi Erna dan amarah yang masih bergolak dalam dadanya.“Erna…," bisiknya berulang-ulang, suaranya serak oleh emosi yang tak terbendung. Tangannya mengepal dan mengendur secara bergantian, menunjukkan pergulatan batin yang hebat di dalam dirinya.Venina berdiri di sampingnya, berusaha menenangkan suaminya dengan kata-kata lembut di tengah kecemasannya sendiri. "Erna akan baik-baik saja, Mas. Dia gadis yang kuat."Erlangga menoleh tajam, rahangnya mengeras. Dia masih belum bisa memaafkan Venina yang telah menyembunyikan kehamilan Erna darinya. "Baik-baik saja?" desisn

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 127 Gejolak Perasaan 2

    Erlangga dengan mata berkilat penuh amarah, menerobos masuk ke ruang rapat tanpa peduli tatapan kaget karyawan di sekelilingnya. Fokusnya hanya tertuju pada satu orang: Arya Prasetya.Tanpa basa-basi dan tanpa peduli dengan kehadiran orang lain di ruangan itu, Erlangga mencengkeram kerah kemeja Arya dengan kekuatan yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri."Brengsek kau!" desis Erlangga, giginya bergemeletuk menahan amarah yang sudah di ujung tanduk.Arya, yang biasanya tampil penuh wibawa, kini hanya bisa pasrah. Dia tahu hari ini akan tiba, hari di mana Erlangga akan datang padanya.Begitu berada di luar, Erlangga melepaskan cengkeramannya hanya untuk melayangkan pukulan telak ke wajah Arya. Suara debuman keras terdengar ketika tubuh Arya terhempas ke dinding. Namun, Ar

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 126 Gejolak Perasaan

    "Mama, cukup!" teriak Erlangga, suaranya bergetar menahan amarah. "Berhentilah menyakiti Venina dan menghancurkan keluarga saya!"Amita mendengus keras, matanya menyipit penuh kebencian. "Menghancurkan keluargamu? Justru wanita itu yang menghancurkan segalanya!" Dia menunjuk Venina dengan jari gemetar. "Kamu tidak bisa memperlakukan Mama seperti ini hanya karena wanita penghasut seperti dia, Angga!"Erlangga menarik napas dalam, berusaha mengendalikan emosinya. "Mama, please. Hentikan semua ini."Namun Amita seolah kerasukan. Dia melanjutkan dengan suara melengking, "Kamu tidak bisa menjadi anak durhaka hanya karena membela wanita penggoda yang telah membunuh Nathalia dan membuat Erna kehilangan kasih sayang!"Kata-kata itu menjadi pemicu yang menghancurkan pertaha

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 125 Kilatan Kemarahan 2

    Mobil melaju dalam keheningan yang mencekam. Venina mencengkeram setir erat, sesekali melirik ke arah Erna yang duduk diam di sampingnya. Putrinya itu tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, matanya kosong menatap jalanan yang bergerak cepat di luar jendela.Venina ingin sekali memecah kesunyian ini, ingin memeluk Erna dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, dia tahu ini bukan saat yang tepat. Luka dan kebencian yang selama ini tertanam di hati gadis itu tidak bisa begitu saja hilang dalam sekejap.Erna, di sisi lain, merasakan pergolakan batin yang hebat. Selama ini dia selalu percaya bahwa ibunya adalah wanita jahat yang telah menghancurkan keluarganya. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya, dia melihat sisi lain dari Venina. Sisi seorang ibu yang rela berjuang melawan dunia demi anaknya.Setel

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 124 Kilatan Kemarahan

    Ketegangan memenuhi ruangan itu seperti listrik statis yang siap meledak. Amita, dengan wajah merah padam dan mata berkilat-kilat penuh amarah, menatap Venina seolah-olah ingin menghancurkannya di tempat."Berani-beraninya kamu datang ke sini!" desis Amita, suaranya penuh kebencian. "Kamu pikir kamu siapa, tiba-tiba muncul dan merusak segalanya?"Venina, yang berdiri tegak di ambang pintu, tak gentar menghadapi tatapan membunuh mertuanya. Matanya terfokus pada Erna yang terbaring pucat di ranjang pemeriksaan."Erna, Sayang," panggil Venina lembut, mengabaikan Amita. "Kamu nggak apa-apa?"Amita mendengus keras. "Jangan pura-pura peduli, dasar wanita jalang! Kamu tidak punya hak atas Erna!"Venina menoleh tajam ke arah Amita, m

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 123 Sejarah yang terulang 2

    Erna meringkuk di sudut kamarnya, tubuhnya gemetar hebat seolah dilanda demam. Matanya yang sembab menatap kosong ke dinding, sementara tangannya tak henti-hentinya mengusap perutnya yang masih rata. Pikirannya berkecamuk, suara-suara dalam kepalanya saling berteriak."Om Arya..." nama itu terucap lirih, penuh kepedihan. Pria beristri itu, yang hanya menghabiskan satu malam bersamanya, kini telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam hidupnya. Erna terisak, "Kenapa? Kenapa harus seperti ini?"Pikirannya terus berkecamuk, bayangan-bayangan mengerikan berkelebat di benaknya. Wajah kecewa papanya, tatapan jijik dari masyarakat, masa depannya yang hancur... tapi kemudian, dia membayangkan senyum seorang bayi, tawa kecil yang mungkin tak akan pernah dia dengar. Air matanya kembali mengalir deras.Suara ketukan pi

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 122 Sejarah yang terulang 1

    Erna merebahkan tubuhnya di atas ranjang, matanya memandang kosong ke arah langit-langit kamar. Kepalanya berdenyut-denyut menahan gejolak emosi yang bergejolak di dalam dirinya.Sepeninggal Om Arya, gadis itu merasa hidupnya seolah runtuh berkeping-keping. Hatinya seakan terkoyak, meninggalkan luka yang mungkin tak akan pernah sembuh. Semua kebahagiaan yang sempat dirasakannya kini berganti dengan rasa sakit yang menyeruak.Tanpa terasa, air mata mulai mengalir di pipinya. Erna menangis dalam diam, tak sanggup lagi menahan gejolak perasaannya. Kenapa Om Arya tega membuangnya begitu saja? Kenapa pria itu begitu keras kepala dengan keputusannya?Erna mengerang frustrasi, menutupi wajahnya dengan bantal, berharap bisa meredam tangisannya. Namun, isak tangisnya tetap lolos, membuat tubuhnya berguncang hebat.

  • Hasrat Terlarang dengan Atasan   BAB 121 Bara Tak Terkendali 4

    Arya turun dari ranjang, berlutut di samping Erna. Dengan lembut ia mengangkat dagu gadis itu, memaksa Erna menatap matanya. "Dengarkan Om, Erna. Kamu adalah gadis yang luar biasa. Kamu cantik, pintar, dan punya hati yang baik. Suatu hari nanti, kamu akan menemukan pria yang tepat untukmu. Pria yang bisa mencintaimu sepenuhnya, tanpa beban masa lalu atau kewajiban lain.""Tapi aku maunya Om Arya!" Erna berseru frustasi, air matanya mengalir deras. "Apa kurangnya aku, Om? Apa yang harus aku lakukan supaya Om mau sama aku?"Arya menggeleng pelan, matanya menyiratkan kesedihan yang mendalam. "Bukan masalah kurang atau lebih, Erna. Ini masalah benar dan salah. Hubungan kita... ini salah. Harus berakhir di sini.""Nggak! Aku nggak mau!" Erna mencengkeram lengan Arya erat. "Om nggak bisa ninggalin aku gitu aja setelah apa

DMCA.com Protection Status