Menyala Geraldku! Hajar tuh si oweng oweng
Bab 47Gerald dan Irene baru saja tiba di depan pelataran lobby Hotel. Namun langkah Irene segera terhenti saat melihat, sosok pria yang ada di depannya saat ini tengah menghadang jalan.Tanpa sadar, ia segera berjalan mundur, berdiri tepat di belakang Gerald. Ia masih belum siap untuk bertemu secara langsung seperti ini dengan Owen, di mana ia baru saja melihat kejadian menjijikan pagi ini.Tentu saja Gerald, langsung memasang tubuhnya untuk melindungi Irene. Ia tidak sangka jika pria ini sudah berada di Hotel. Kalau tahu ia akan meminta keamanan untuk melarang pria berengsek untuk menginjakkan kaki ke dalam Hotel.He can? Of course.Pemilik Hotel ini adalah sahabatnya bahkan dapat dikatakan saudara laki-lakinya. Dengan permintaannya, ia bisa melakukan hal tersebut.“Tuan Gerald, apa kabar hari ini?” Owen menyapa Gerald dengan ramah, kemudian pandangannya beralih menatap Irene, dengan wajah tersenyum miring.“Hai sayang. Kamu terlihat semakin cantik.”Gerald langsung memasang badan,
"Hah sial! Thank you bro!" Begitu memutuskan panggilan telponnya bersama Austin. Gerald segera berlari tanpa memperhatikan apapun lagi. Victor yang sedari tadi hanya mengikutinya dari belakang segera berlari lebih cepat menuju mobil yang masih terparkir di depan pintu utama Hotel. "Silahkan Tuan." Victor membuka pintu mobil, Gerald pun masuk dengan tergesa-gesa. Ia menggeser layar ponsel dan membuka aplikasi yang Finley kirimkan. Dan luar biasanya, ia bisa tahu di mana keberadaan Irene saat ini. Titik-titik berwarna merah terlihat terus bergerak secara realtime di layar ponselnya. "Thank's Fin!" gumamnya bermonolog. Ia bersyukur langsung meminta Victor intuk langsung menginstal software peretas ini di ponsel Irene. Seandainya tidak, ia pasti akan sangat menyesalinya. Apalagi jika sampai terjadi sesuatu kepada wanitanya itu. Ia yakin akan menghabisi pria berengsek itu tanpa sisa. "Sepertinya mereka ke arah rumah itu." Tebak Gerald saat melihat arah tujuan di layar p
Bab 49“Tidak perlu, katakan padanya kalau dia bisa menjualnya kapan pun!” Irene bersuara penuh percaya diri, menatap Owen dengan tatapan yang tajam. Ia tidak akan membiarkan pria itu kembali membodohinya.Ekspresi wajah Owen saat ini jelas menunjukkan kebingungan dan kemarahan. “Kenapa?” tantang Irene, tidak memberi kesempatan untuk mundur pada pria yang masih berstatus suaminya itu.Gerald berdiri di sampingnya, jujur ia ingin sekali memuji wanitanya itu. “Damn! Wanitaku memang luar biasa!” gumamnya dalam hati, merasa bangga dengan keberanian Irene. Ia tidak menyangka Irene akan bertindak seberani ini. Jika Irene diam, dialah yang akan bertindak.“Irene, kamu tidak bercanda kan? Aku tahu rumah ini sangat penting buatmu,” kata Owen, berusaha mengambil alih situasi.Irene berdiri tegap, menegaskan posisinya. "Ya. Jadi panggil wanita itu.""Siapa yang kau panggil wanita itu, Irene? Aku Ibumu!" suara Bertha terdengar keras, baru saja keluar dari rumah. Ia terkejut mendengar keributan dar
Bab 50“Dan kau Owen! Aku ingin kita bercerai!” tegas Irene tak berkedip sedikitpun, suaranya jelas dan penuh keyakinan. Matanya tidak meninggalkan Owen, seolah menantangnya untuk membantah.Owen terkejut, "Irene!" teriak pria itu. Ia tidak menyangka Irene akan berani mengucapkan kalimat itu di depan umum, apalagi di depan Gerald."Aku ingin kita bercerai!" ulang Irene memperkuat keinginannya saat ini, suaranya tidak bergetar sedikit pun. Ia telah memutuskan, dan tidak ada yang bisa mengubah keputusannya."Tidak... Tidak...!" Owen menolak dengan tegas, wajahnya memerah karena emosi. "Aku tidak menyetujuinya. Apa salahku padamu, Irene? Ayo kita bicarakan baik-baik... Ya?" Ia berusaha mendekati Irene, namun langkahnya terhenti karena Gerald yang berdiri di antara mereka."Aku tidak peduli, Owen!" kemudian Irene menoleh ke Gerald, "Ayo?" Wanita cantik itu enggan untuk mengatakan jika ia telah melihat suaminya sendiri tidur bersama wanita yang berstatus ibu tirinya itu.Karena rasanya aka
Bab 51"Sekarang bagaimana Bertha? Apa kau tidak ada surat dari rumah mansion ini?" tanya Owen mendesak, wajahnya terlihat cemas karena kehilangan kontrol atas situasi. Ia harus memastikan bahwa ia bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan rumah tersebut, terutama jika Tuan Gerald yang akan membelinya.Bertha berdecak kesal, "Kalau aku punya, sudah lama aku menjual mansion ini dan memilih tinggal di rumah yang sesuai seleraku!" Ia menggelengkan kepalanya, seolah menyesali keputusan masa lalunya tidak memaksa Caruso. "Tapi, kita bisa membuat surat palsu, kan?" tambahnya dengan senyum licik."Hah!" Owen menghela napas, terlihat frustrasi. "Dalam waktu tiga hari, bagaimana kita bisa membuat akta jual beli rumah ini? Ini adalah peluang yang besar jika Tuan Gerald membelinya!" Ia berpikir cepat, mencoba mencari solusi untuk masalah ini.Bertha berjalan mendekat ke arah Owen, menarik kerah pria muda itu, "Bukan aku yang harus memikirkan itu, itu tugasmu Owen! Kau bahkan bisa memalsukan pemi
Bab 52Gerald segera menyusul Irene masuk ke dalam lift yang nyaris tertutup itu, ia menahan pintu lift dengan kakinya agar pintu kembali terbuka, "Apa aku ada salah?" tanyanya sebelum masuk ke dalam, matanya menatap Irene dengan penasaran."Tidak ada." Jawab Irene singkat tanpa membalas tatapan Gerald, wajahnya masih terlihat kesal.Gerald menghela napas, melangkah masuk. Begitu pintu lift tertutup, Gerald langsung mendorong lembut Irene di dinding kaca lift. "Ge-gerald?" Irene terkejut, tidak siap dengan Gerakan tiba-tiba Gerald.Pria tampan itu meraup bibir Irene dengan tergesa-gesa, lumatan yang begitu liar dan panas, "Uhm...." Irene terlena dalam ciuman tersebut, namun tidak bisa menikmatinya lama.Ting! Suara pintu lift menghentikan aktifitas Gerald. Melihat kesempatan, Irene melesat meninggalkan Gerald, berjalan cepat menuju kamar. Namun, ia berdecih kesal. Ia lupa jika ia tidak memiliki keycard pintu kamar ini. Membuatnya saat ini harus berdiri di depan pintu dan menunggu pria
Bab 53"Aku gak perlu ikut, Gerald!" Irene kembali menyelimuti dirinya dengan selimut berwarna putih, mencoba menghindari ajakan Gerald untuk makan malam bersama. Namun, matanya yang masih terlihat lelah dan wajahnya yang masih memerah setelah aktivitas mereka sebelumnya, membuat Gerald tidak bisa tidak tersenyum.Gerald memijit keningnya, karena percuma saja rasanya ia turun jika tidak ada Irene. Sudah pasti dua manusia di bawah sana akan terus mencecarnya kembali, "Ck! Suami istri sama saja!" decaknya dalam hati, mengingat bagaimana Austin dan Bella kalau sudah Bersatu menggodanya.Ia melihat Irene yang hilang di balik selimut, ia terkekeh pelan, "Hanya makan malam saja, hmm?" Suaranya lembut, namun penuh dengan godaan yang membuat Irene tidak bisa tidak merasa tergoda."Aku tidak lapar." Irene mencoba menolak, namun Gerald tidak mau menyerah."Yakin? Setelah berjam-jam kita melakukannya, kamu tidak lapar?" tanya Gerald menggoda wanitanya itu, membuat Irene merasa semakin terjebak da
Bab 54"Apa kau cari mati?" suara berat itu membuat semua orang terdiam sejenak. Gerald seketika menaikkan kedua tangannya ke atas, "Aku hanya bercanda bro!"Irene? Tentu saja dia terkejut, karena tubuh Gerald mundur secara paksa. Ia melihat seorang pria tampan bermata biru. Terlihat begitu berkharisma. Matanya yang indah tidak bisa tidak memandang pria itu lebih lama."Apa dia mengganggumu sayang?" Irene memperhatikan pria itu hanya fokus apa yang ada di hadapannya, begitu Irene mengikuti sorot mata emerald blue itu. Terlihat wanita yang sangat cantik itu sedang tersenyum merekah. Wanita itu bukan lain adalah Bella, yang tadi menyapa Gerald dengan ceria."Tidak hubby," jawab Bella yang tak pernah melepaskan senyuman di wajahnya.Austin berdiri tepat di depan istrinya dan mendorong Gerald kembali, membuat pria itu terpaksa benar-benar mengambil langkah mundur, "Ah sial! Dasar posesif!" gerutunya kesal."Sudah-sudah! Kalian berdua membuat wanita cantik di sana pasti kebingungan," sela B
Bab 54"Apa kau cari mati?" suara berat itu membuat semua orang terdiam sejenak. Gerald seketika menaikkan kedua tangannya ke atas, "Aku hanya bercanda bro!"Irene? Tentu saja dia terkejut, karena tubuh Gerald mundur secara paksa. Ia melihat seorang pria tampan bermata biru. Terlihat begitu berkharisma. Matanya yang indah tidak bisa tidak memandang pria itu lebih lama."Apa dia mengganggumu sayang?" Irene memperhatikan pria itu hanya fokus apa yang ada di hadapannya, begitu Irene mengikuti sorot mata emerald blue itu. Terlihat wanita yang sangat cantik itu sedang tersenyum merekah. Wanita itu bukan lain adalah Bella, yang tadi menyapa Gerald dengan ceria."Tidak hubby," jawab Bella yang tak pernah melepaskan senyuman di wajahnya.Austin berdiri tepat di depan istrinya dan mendorong Gerald kembali, membuat pria itu terpaksa benar-benar mengambil langkah mundur, "Ah sial! Dasar posesif!" gerutunya kesal."Sudah-sudah! Kalian berdua membuat wanita cantik di sana pasti kebingungan," sela B
Bab 53"Aku gak perlu ikut, Gerald!" Irene kembali menyelimuti dirinya dengan selimut berwarna putih, mencoba menghindari ajakan Gerald untuk makan malam bersama. Namun, matanya yang masih terlihat lelah dan wajahnya yang masih memerah setelah aktivitas mereka sebelumnya, membuat Gerald tidak bisa tidak tersenyum.Gerald memijit keningnya, karena percuma saja rasanya ia turun jika tidak ada Irene. Sudah pasti dua manusia di bawah sana akan terus mencecarnya kembali, "Ck! Suami istri sama saja!" decaknya dalam hati, mengingat bagaimana Austin dan Bella kalau sudah Bersatu menggodanya.Ia melihat Irene yang hilang di balik selimut, ia terkekeh pelan, "Hanya makan malam saja, hmm?" Suaranya lembut, namun penuh dengan godaan yang membuat Irene tidak bisa tidak merasa tergoda."Aku tidak lapar." Irene mencoba menolak, namun Gerald tidak mau menyerah."Yakin? Setelah berjam-jam kita melakukannya, kamu tidak lapar?" tanya Gerald menggoda wanitanya itu, membuat Irene merasa semakin terjebak da
Bab 52Gerald segera menyusul Irene masuk ke dalam lift yang nyaris tertutup itu, ia menahan pintu lift dengan kakinya agar pintu kembali terbuka, "Apa aku ada salah?" tanyanya sebelum masuk ke dalam, matanya menatap Irene dengan penasaran."Tidak ada." Jawab Irene singkat tanpa membalas tatapan Gerald, wajahnya masih terlihat kesal.Gerald menghela napas, melangkah masuk. Begitu pintu lift tertutup, Gerald langsung mendorong lembut Irene di dinding kaca lift. "Ge-gerald?" Irene terkejut, tidak siap dengan Gerakan tiba-tiba Gerald.Pria tampan itu meraup bibir Irene dengan tergesa-gesa, lumatan yang begitu liar dan panas, "Uhm...." Irene terlena dalam ciuman tersebut, namun tidak bisa menikmatinya lama.Ting! Suara pintu lift menghentikan aktifitas Gerald. Melihat kesempatan, Irene melesat meninggalkan Gerald, berjalan cepat menuju kamar. Namun, ia berdecih kesal. Ia lupa jika ia tidak memiliki keycard pintu kamar ini. Membuatnya saat ini harus berdiri di depan pintu dan menunggu pria
Bab 51"Sekarang bagaimana Bertha? Apa kau tidak ada surat dari rumah mansion ini?" tanya Owen mendesak, wajahnya terlihat cemas karena kehilangan kontrol atas situasi. Ia harus memastikan bahwa ia bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan rumah tersebut, terutama jika Tuan Gerald yang akan membelinya.Bertha berdecak kesal, "Kalau aku punya, sudah lama aku menjual mansion ini dan memilih tinggal di rumah yang sesuai seleraku!" Ia menggelengkan kepalanya, seolah menyesali keputusan masa lalunya tidak memaksa Caruso. "Tapi, kita bisa membuat surat palsu, kan?" tambahnya dengan senyum licik."Hah!" Owen menghela napas, terlihat frustrasi. "Dalam waktu tiga hari, bagaimana kita bisa membuat akta jual beli rumah ini? Ini adalah peluang yang besar jika Tuan Gerald membelinya!" Ia berpikir cepat, mencoba mencari solusi untuk masalah ini.Bertha berjalan mendekat ke arah Owen, menarik kerah pria muda itu, "Bukan aku yang harus memikirkan itu, itu tugasmu Owen! Kau bahkan bisa memalsukan pemi
Bab 50“Dan kau Owen! Aku ingin kita bercerai!” tegas Irene tak berkedip sedikitpun, suaranya jelas dan penuh keyakinan. Matanya tidak meninggalkan Owen, seolah menantangnya untuk membantah.Owen terkejut, "Irene!" teriak pria itu. Ia tidak menyangka Irene akan berani mengucapkan kalimat itu di depan umum, apalagi di depan Gerald."Aku ingin kita bercerai!" ulang Irene memperkuat keinginannya saat ini, suaranya tidak bergetar sedikit pun. Ia telah memutuskan, dan tidak ada yang bisa mengubah keputusannya."Tidak... Tidak...!" Owen menolak dengan tegas, wajahnya memerah karena emosi. "Aku tidak menyetujuinya. Apa salahku padamu, Irene? Ayo kita bicarakan baik-baik... Ya?" Ia berusaha mendekati Irene, namun langkahnya terhenti karena Gerald yang berdiri di antara mereka."Aku tidak peduli, Owen!" kemudian Irene menoleh ke Gerald, "Ayo?" Wanita cantik itu enggan untuk mengatakan jika ia telah melihat suaminya sendiri tidur bersama wanita yang berstatus ibu tirinya itu.Karena rasanya aka
Bab 49“Tidak perlu, katakan padanya kalau dia bisa menjualnya kapan pun!” Irene bersuara penuh percaya diri, menatap Owen dengan tatapan yang tajam. Ia tidak akan membiarkan pria itu kembali membodohinya.Ekspresi wajah Owen saat ini jelas menunjukkan kebingungan dan kemarahan. “Kenapa?” tantang Irene, tidak memberi kesempatan untuk mundur pada pria yang masih berstatus suaminya itu.Gerald berdiri di sampingnya, jujur ia ingin sekali memuji wanitanya itu. “Damn! Wanitaku memang luar biasa!” gumamnya dalam hati, merasa bangga dengan keberanian Irene. Ia tidak menyangka Irene akan bertindak seberani ini. Jika Irene diam, dialah yang akan bertindak.“Irene, kamu tidak bercanda kan? Aku tahu rumah ini sangat penting buatmu,” kata Owen, berusaha mengambil alih situasi.Irene berdiri tegap, menegaskan posisinya. "Ya. Jadi panggil wanita itu.""Siapa yang kau panggil wanita itu, Irene? Aku Ibumu!" suara Bertha terdengar keras, baru saja keluar dari rumah. Ia terkejut mendengar keributan dar
"Hah sial! Thank you bro!" Begitu memutuskan panggilan telponnya bersama Austin. Gerald segera berlari tanpa memperhatikan apapun lagi. Victor yang sedari tadi hanya mengikutinya dari belakang segera berlari lebih cepat menuju mobil yang masih terparkir di depan pintu utama Hotel. "Silahkan Tuan." Victor membuka pintu mobil, Gerald pun masuk dengan tergesa-gesa. Ia menggeser layar ponsel dan membuka aplikasi yang Finley kirimkan. Dan luar biasanya, ia bisa tahu di mana keberadaan Irene saat ini. Titik-titik berwarna merah terlihat terus bergerak secara realtime di layar ponselnya. "Thank's Fin!" gumamnya bermonolog. Ia bersyukur langsung meminta Victor intuk langsung menginstal software peretas ini di ponsel Irene. Seandainya tidak, ia pasti akan sangat menyesalinya. Apalagi jika sampai terjadi sesuatu kepada wanitanya itu. Ia yakin akan menghabisi pria berengsek itu tanpa sisa. "Sepertinya mereka ke arah rumah itu." Tebak Gerald saat melihat arah tujuan di layar p
Bab 47Gerald dan Irene baru saja tiba di depan pelataran lobby Hotel. Namun langkah Irene segera terhenti saat melihat, sosok pria yang ada di depannya saat ini tengah menghadang jalan.Tanpa sadar, ia segera berjalan mundur, berdiri tepat di belakang Gerald. Ia masih belum siap untuk bertemu secara langsung seperti ini dengan Owen, di mana ia baru saja melihat kejadian menjijikan pagi ini.Tentu saja Gerald, langsung memasang tubuhnya untuk melindungi Irene. Ia tidak sangka jika pria ini sudah berada di Hotel. Kalau tahu ia akan meminta keamanan untuk melarang pria berengsek untuk menginjakkan kaki ke dalam Hotel.He can? Of course.Pemilik Hotel ini adalah sahabatnya bahkan dapat dikatakan saudara laki-lakinya. Dengan permintaannya, ia bisa melakukan hal tersebut.“Tuan Gerald, apa kabar hari ini?” Owen menyapa Gerald dengan ramah, kemudian pandangannya beralih menatap Irene, dengan wajah tersenyum miring.“Hai sayang. Kamu terlihat semakin cantik.”Gerald langsung memasang badan,
Bab 46“Apa benar disini?” tanya Gerald memastikan tujuan mereka sudah tepat dengan yang ia instruksikan.“Benar Tuan, ini sudah sesuai dengan alamat yang Tuan berikan.”Gerald mengangguk, ia melirik ke arah Irene yang semenjak tadi lebih banyak diam di perjalanan.“Kita sudah tiba,” ucapan Gerald membuyarkan lamunan Irene.“Ah iya.” Irene menatap keluar. Terlihat sebuah rumah bergaya American style dengan aksesn ukiran klasik.“Ayo?”Irene turun dari mobil begitu Gerald mengulurkan tangan, di sambutnya tangan itu. Kemudian mereka berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.Terlihat pria paruh baya berdiri di teras rumah, seperti memang sedang menunggu kedatangan mereka.Hanya berjarak lebih dari satu meter, Gerald dan Irene berhenti tepat di depan pria paruh baya tersebut, “Tuan Ryan Thompson?” ujar Gerald sembari mengulurkan tangannya.Suaranya yang berat dan beribawa tentu saja membuat Gerald adalah seorang pengusaha yang di segani.Ryan memandangi Gerald dan Irene bergantian, “Ya benar