Keesokan paginya di Rusia, tepatnya di beranda lantai dua kediaman keluarga Vladislav. Terlihat seorang wanita cantik yang sedang duduk dengan raut wajah yang terlihat begitu gelisah dan risau.Ibu jarinya terus ia mainkan jika wanita cantik itu merasa gugup dan khawatir. Dia pun sesekali menarik nafas dalam memikirkan keputusan yang telah dia ambil.Bella terus menunduk menatap Ibu jarinya, perasaannya pagi ini sangat tidak menentu. Maka dari itu ia memilih untuk duduk menyendiri di halaman belakang ini. Dirinya terus berpikir tentang apa yang akan terjadi hari ini. "Bella... ?" Laras yang sedari tadi memperhatikan putrinya dari jauh memutuskan untuk menghampiri Bella. Bella menoleh dengan tersenyum tipis, "Iya Ibu ??" "Ada apa sayang ? Kamu terlihat begitu murung," Laras duduk di samping Bella. "Apa kamu menyesal dengan keputusan yang kamu ambil ?" tebak Laras kemudian. Bella menghela nafasnya pelan, "Aku takut salah dengan keputusan yang sudah aku ambil Ibu. Di mana kalau aku me
Beberapa jam pun berlalu, acara sekolah pun selesai. Begitu berada di luar gerbang sekolah. Pria itu tetap berjalan ke arah parkiran mobilnya. Begitu tiba di depan mobil, pria itu melepaskan tautan tangannya. Lalu dengan hati hati dia menurunkan Chelsea yang sudah mulai mengantuk di kursi belakang. "Tunggu... Kendaraanku ada di sana," ucap Monica pelan. Brak ! Pria iu menutup pintu mobil dengan pelan. Lalu membuka pintu penumpang bagian depan untuk Monica, "Tidak masalah, nanti akan aku pinta orang untuk membawanya pulang." "Jadi, silahkan masuk dan aku akan mengantar kamu dan Chelsea untuk pulang," ucapnya lembut dengan tatapan mata indahnya. "Hmm, baiklah." Monica masuk ke dalam mobil. Pria itu pun mulai melajukan kendaraannya. Monica terus melirik dan menatap pria yang tengah serius mengendarai kendaraan itu. Rasa penasarannya sungguh luar biasa dengan sosok yang menemaninya seharian ini. "Kamu melihatku terus menerus, apa kamu menyukai ku ?" suara berat pria itu membuat Monic
"Apa tidak masalah kak ?""Aku rasa semua akan baik-baik saja. Aku tidak mau melakukan hal yang sama untuk ke dua kalinya, Brice." Austin menghela nafasnya pelan."Jadi bagaimana dengan Ibunya Chelsea ?" tanya Brice menggoda Austin dengan kedua alisnya naik turun."Sialan kau Brice !! Sudah aku bilang, aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Ibu nya Chelsea !" seru Austin dengan kesal."Hahhahaa... Aku hanya bercanda kak ! Lalu sampai kapan kamu di Rusia?""Hmm, belum tahu. Di sini benar benar sangat menenangkan... Lalu kau sampai kapan di Amsterdam ?""Sepertinya aku masih betah di Amsterdam kak !" seru Brice sambil mengarahkan kamera ponsel ke pemandangan di sekitar, "Dan lihatlah wanita-wanita di sini!! Ughhh!""Sialan kau !!! Singkirkan kamera kamu !! Istriku sedang menuju kesini !!""Hahahahahah !!!! Di sini wanitanya sangat seksi Kak !!” sambung Brice menggoda Austin tetapi pandangan hanya tertuju ke satu titik."Brice sialan kauuu !!!" panik Austin melihat sang istri yang semakin
Tiga minggu pun berlalu begitu cepat. Austin dan Bella benar-benar menikmati keseharian mereka dengan Vladimir, Arthur dan Laras. Arion yang berubah menjadi sangat manja dengan pehatian yang di berikan oleh Arthur dan Vladimir."Hahahhaa.... Daddy pasti akan kewalahan melihat sikap Arion yang sekarang." Austin tertawa melihat putranya yang semakin jahil dan sangat manja. Sikapnya yang pintar merajuk membuat wajah Arion semakin menggemaskan."Hahh... Kalau tua bangka itu tidak bisa menjaga cucuku, bawa dia kembali kesini !!" seru Arthur yang membuat Austin, Bella, dan Laras tertawa."Ck ! Itu sih maunya kamu sayang." celutuk Laras menggoda suaminya."Hufft.... Iya...!!" hela nafas Arthur lalu mengangkat Arion. "Kapten Arion disini saja sama kakek Arthur jaga markas, Oke !!??" tanya Arthur dengan gagahnya.Arion melihat kakeknya dan ikut memainkan peran, "Yes Sir !!!""Hahhahaha hahhahaha... hahahha !!" tawa mereka pecah mendengar jawaban Arion.Tap tap tap"Maaf Tuan Austin," sela Max
***Sedangkan di malam hari, tepat jam 9.30 malam. Monica tengah memperhatikan seorang pria yang telah menemaninya hari-harinya selama tiga minggu ini. Dia terlihat begitu sedih karena sudah di beritahukan kalau pria itu sudah harus kembali malam ini. Mereka akan berpisah yang entah kapan lagi mereka akan bisa bertemu.Monica memegang dadanya yang sesak. Dia tidak ingin jika hal ini cepat berlalu. Segala perhatian dan kasih sayang yang di berikan pria ini membuat dirinya sempurna.Wanita cantik ini juga sudah diberitahukan tentang status pria ini. Bahwa dirinya adalah seseorang yang di perintahkan oleh keluarga Harold untuk menemaninya. Jadi Monica menebak kalau Austin lah yang mengirim pria itu untuk menemani dirinya dan Chelsea.Dan tidak bisa dia pungkiri, kalau dirinya sudah jatuh hati dengan pria ini. Moment kebersamaannya bersama pria ini membuat Monica merasakan yang namanya jatuh cinta. Pria ini terus berada di sisinya dan Chelsea. Membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah. Tia
Austin menatap wajah cantik istrinya yang berada sedikit jauh di depannya. Namun tiba-tiba saja ada dua orang pria berada di belakang Bella tanpa istrinya itu sadari dan masih tersenyum kepadanya."Sa... sayang !!!!"Dorr !! Dorr !!!Terdengar suara letupan senjata menembus tepat di dada istrinya. Bella seketika tergeletak sebelum sempat dia cegah. Austin berlari dengan cepat dan dua pria itu sudah pergi tanpa jejak.Austin berlutut dan menopang istrinya yang sudah berlumuran darah. Wanita nya itu terlihat begitu lemah. Darah segar terus mengalir dari luka tembak yang ada di dada dan perut istrinya."Sayang.. !! Love bertahanlah !! Bertahanlah sayang !!" lirih Austin dengan berlinang air mata. Wajahnya pucat melihat sang istri seperti ini.Bella dengan lemah mengangkat satu tangannya, memegang wajah suaminya dan tersenyum tipis. "Hubby... aku mencin—" tangan Bella langsung terjatuh begitu saja. Matanya tertutup rapat."Love ?? Sayang ?? Bella ?? No ! No !! Noo ! Love !!!"Haaaaapppppp
Seru Edelmiro dengan raut wajah begitu khawatir. Dia tidak menyangka jika Austin akan pulang bersama istri dan anaknya."Kamu bisa serahkan ini kepada Daddy !!" ujar Edelmiro memijit keningnya yang sakit.Austin mendekati Edelmiro dan membungkuk, "Daddy, masalah ini timbul karena aku. Jadi biarkan aku bertanggung jawab untuk menghadapi masalah ini.""Aku tidak akan mungkin membiarkan Daddy menghadapi mereka sendirian." sambung Austin. Dan tepat saat itu. Para bawahan di bawah kepemimpinan Max, Finley dan Ken memasuki halaman rumah.Dan saat itu pula Edelmiro tersenyum, paham akan maksud Austin, putra satu-satunya itu.Bella langsung menghampiri Agatha dan berdiri tepat di depan kedua mertuanya. "Daddy, Mommy... Maafkan aku ..." ucapnya lembut dengan mata sembab.Agatha langsung memeluk Bella, "Tidak sayang, kamu tidak salah apa-apa. Dan... Terima kasih sudah kembali."Air mata Bella langsung luruh mengalir mendengar ucapan Ibu mertuanya."Dan sekarang di mana jagoan Grandpa ?" seru Ed
Di sekolah Chelsea, Monica mengantar putrinya itu seperti biasa. Chelsea sempat menanyakan keberadaan sang Ayah yang tidak mengantarnya pagi ini. Monica dengan sabar dan lembut mengatakan kalau Ayah sedang ada pekerjaan. Bersyukur Chelsea mengerti dan pergi bersekolah dengan senyuman yang ceria.Di saat Monica menunggu putrinya. Tiba-tiba beberapa mobil mewah berdatangan, memarkir di depan gedung sekolah. Yang tentu saja sontak menjadi pusat perhatian orang orang di sekitar.Monica yang juga ada di pelataran sekolah untuk menunggu Chelsea cukup terkejut dengan mobil mobil yang sudah terparkir itu. Monica mengernyit melihat emblem yang ada di bagian depan mobil. Logo keluarga bangsawan Teodorko terlihat jelas, terukir dengan warna silver yang begitu mewah.Jantung Monica berdegup kencang. Selama enam tahun dia keluar dari rumah, tidak pernah sekali pun ada kejadian seperti ini. Apalagi selama ini dia hidup dengan menutupi identitasnya.Wanita cantik itu semakin panik ketika seorang pri
Elle keluar dari kamarnya setelah berpakaian dan menyusul Ludwig yang ada di dapur.“Mau makan apa? Pizza, Burger, Spaghetti, atau Steak?” tanya Ludwig sambil tersenyum.Wanita berhazel itu seketika terbengong, “Apa semuanya ada di sini?” gumamnya dalam hati.“Tapi karena kamu pertama kali ke desa ini, aku akan perkenalkan kamu dengan makanan yang ada di sini.” Sambung Ludwig sambil mengeluarkan dua piring sayur lengkap dengan ubi rebus sebagai asupan karbohidrat mereka sambil tersenyum dan mengedipkan satu matanya, menggoda Elle.Elle akhirnya sadar kalau saat ini Ludwig sedang menggodanya, Kemudian wanita cantik itu berdiri dan meninggalkan Ludwig begitu saja.Ludwig dapat mendengar suara ribut – ribut dari dalam kamar Elle. Dan tidak lama kemudian Elle keluar dengan membawa beberapa kotak makanan yang cukup besar.Wanita cantik itu menatanya di atas meja dengan rapi. Elle mengeluarkan empat macam lauk yang membuat Ludwig terkejut.Elle duduk dan tersenyum, “Malam ini kita makan in
Elle sontak menoleh ke asal suara dan blush… Wajahnya kembali memerah karena tepat di depannya ada Ludwig dengan senyuman manisnya tengah melihatnya. Jarak wajah mereka begitu dekat.“Ludwig? Kamu sudah selesai?”“Iya, dan kenapa kamu ada di sini bukannya beristirahat?” balas Ludwig lalu berdiri terlebih dahulu, sambil membantu Elle untuk berdiri dengan mengulurkan tangannya.Elle menerima bantuan Ludwig dan meraih tangan pria tampan di depannya.“Terima kasih,” Elle berdiri. Dengan sigap Ludwid mengambil lukisan yang ada di tangan Elle.“Aku kesini karena aku sempat berpikir kenapa orang yang mengatakan suka padaku tidak kunjung datang setelah aku ada di sini padahal sudah lebih 3 jam sejak dia meninggalkan aku.”“Hmm, aku jadi ragu kalau dia sungguh menyukaiku,” sambung Elle menggoda Ludwig.Ludwig seketika panik, “Bu… bukan begitu… Maaf… bukan mak – ““Hahahhaa…” Elle tertawa melihat wajah panik Ludwig.“Kamu menggodaku?”Wanita cantik berhazel biru itu mengangkat bahunya, “Hmm…”“
Ludwig langsung menghampiri Elle begitu melihat wanita pujaannya itu. Pria itu benar – benar di buat shock tapi juga bahagia.“Kamu di sini Elle?” tanya pria itu masih tidak percaya.Elle tersenyum dan mengangguk.Kepala desa bingung melihat Pak Dokter terlihat akrab dengan tamunya.“Ehm, Pak Dokter.” Imbuh Kepala Desa.“Ah iya Pak. Maaf. Lalu bagaimana Pak?” tanya Ludwig begitu sadar. Membuat Elle tertawa kecil.“Begini Pak, saya mau menjelaskan rumah tinggal untuk Nona Elle, beliau akan tinggal di rumah yang – ““Tidak perlu Pak, Nona Elle akan tinggal bersamaku.” Potong Ludwig dengan cepat.Tentu saja Elle terkejut, begitu juga dengan Kepala Desa.“Ludwig? Kenapa aku tinggal denganmu?” seru Elle.“Iya, aku sangat sibuk setiap harinya. Setidaknya kalau kamu di rumah singgahku. Aku akan merasa jauh lebih tenang menjagamu dari para kawanan serigala seperti mereka.” Jelas Ludwig sambil menunjuk ke arah tiga pria yang tengah melihat mereka dengan wajah penuh tawa.Elle menoleh ke arah
Begitu Elle tiba di rumah Cath. Wanita cantik itu mulai mengurus dokumen – dokumen yang ia perlukan untuk bisa berkeliling dengan bebas di Afrika. Setidaknya butuh waktu seminggu baru ia bisa mulai beraktifitas. Selama satu minggu ini pula Elle terlihat akrab dengan anak – anak di sekitar lingkungan tempat tinggal Cath.Elle setiap hari duduk di depan rumah dan melukis suasana yang ada di depan matanya. Baik tawa polos anak – anak yang tidak paham dengan kondisi mereka saat ini dan raut muram dari beberapa anak yang merasa kelaparan.Hal inilah yang membuat dada Elle merasa miris akan kemiskinan di negara yang ia pijak sekarang.“Huftt seandainya semua orang kaya di dunia ini menyisihkan kekayaan mereka untuk berinvestasi atau memperbaiki system kehidupan di negara ini, aku pikir mereka semua bisa berkembang.” Gumam Elle menghela nafas di suatu sore. Tapi entahlah. Apa memang ini adalah solusinya atau memang tidak ada solusi sama sekali.“Hei Elle, kamu di luar?”“Hai Cath, iya nih la
Niat awal ingin mengerjai Ludwig. Elle malah ketiduran di dada bidang Ludwig. Hawa tubuh hangat Ludwig tanpa sadar membuat wanita cantik itu merasa nyaman.Di kala ngantuk menyerang, Elle memejamkan matanya dan merngakul lengan Ludwig. Sedangkan Ludwig yang mulai bisa mengendalikan dirinya memegang perlahan kepala Elle, dan memperbaiki posisi tidur Elle agar jauh lebih nyaman.Ludwig memindahkan kepala Elle dengan hati – hati agar tidak membangunkan wanita cantik itu.Kini kepala Elle sudah bersandar nyaman di dadanya dan Ludwig merangkul Elle. Sedangkan pria itu memilih untuk memejamkan matanya dan bersandar di sandaran kursi.Ludwig dengan lembut merangkul Elle dengan kedua tangannya.”Goodnight,” ucap Ludwig pelan.Beberapa jam pun berlalu. Elle terkejut dengan posisi mereka berdua saat ini. Seutas senyum hadir di wajah Elle.Wanita cantik itu bangun dan duduk tegap. Melihat Ludwig yang masih terlelap. Begitu juga dengan para penumpang yang lain.“Thank you,” ucap Elle menatap waja
Mobil bus yang membawa mereka beberapa kali berhenti di beberapa titik pemberhentian untuk beristirahat.Perjalanan panjang mereka membuat Elle menjadi semakin akrab dengan Ludwig, bahkan Elle yang sedikit pemalu mulai bisa membaur dengan ketiga sahabat dekat pria itu, Hans, Bruno dan Stefan.Tingkah kocak ke empat pria yang baru dia temui selalu saja berhasil membuatnya tertawa, tak ada rasa takut yang Elle rasakan ketika berinteraksi dengan mereka. Dia malah merasa aman karena di jaga oleh empat bodyguard dadakan berparas tampan, dan tentunya dia tidak merasa bosan selama menempuh perjalanan berkat tingkat lucu ke empat pria itu.Seperti sore ini, mereka berlima menyantap hidangan dengan penuh canda tawa.“Hahahha…” suara tawa Elle terdengar begitu lepas.Suasana hatinya yang berantakan karena masalah keluarganya seketika bisa dia lupakan.Julian dan gengnya juga sudah tidak bertingkah lagi. Sekarang setiap berpas – pas dengan Ludwig dan teman – temannya. Pria itu langung membungkuk
Elle yang awalnya irit bicara, mulai terbiasa dengan celotehan Ludwig. Seolah pria ini tidak pernah kehabisan bahan untuk mengobrol.Sudah dua jam perjalanan, kini bus berhenti di tempat persinggahan, seperti rumah makan.“Yuk, turun makan.” Ajak Ludwig.“Iya,” jawab Elle singkat.Ludwig dan Elle turun bersama.Hanz, Bruno dan Stefan berjalan menghampiri Ludwig.“Ehem…ehem… Ada yang baru lupain yang lama nih….” Seloroh Bruno.Ludwig mengusir rekan – rekan nya yang terkenal jahil itu. “Bro, tukar tempat yuk!” celutuk Stefan.“Sial!! Kau mau aku hajar di sini!!” seru Ludwig yang langsung mengulurkan kepalan tangannya ke Stefan.“Hahhahahah!” tawa Hanz, Stefan dan Bruno.“Permisi nona cantik, kami titip Ludwig yang jomblo dari orok ini ya, semoga kalian sampai di pelaminan…” ujar Hanz.“AMIIIINNNN!” sahut Stefan, Bruno dan juga Ludwig.Wajah Elle kembali nge – blush. “Apakah mereka memang seiseng ini?” gumam Elle dalam hati.Begitu Hanz, Bruno dan Stefan pergi. Ludwig pun berkata, “Amiin
Mereka bertiga pun duduk di kursi mereka masing – masing.Sedangkan Ludwig begitu tiba di kursi kosong miliknya langsung menaruh barang di bagasi atas dan duduk di samping wanita pujaan hatinya itu.Tapi sepertinya wanita cantik ini tidak menyadari kehadiran Ludwig yang sudah ada di sampingnya karena terlalu serius menggambar.Ludwig yang penasaran pun menyandarkan punggungnya dan melihat apa yang di lukis oleh wanita cantik di sampingnya.Seketika terbersit senyuman cerah di wajah Ludwig, pria tampan itu memutuskan untuk diam dan menikmati setiap goresan pensil dari wanita cantik itu.Beberapa menit sebelumnya, Elle yang merasa bosan, membuka tasnya lalu mengambil buku sketsa dan pensil. Dua alat yang selalu ada di dalam tasnya.Elle menerawang menatap keluar jendela, memikirkan sesuatu. “Hmm, apa yang aku lukis ya?” gumamnya pelan.Tiba – tiba dia mengingat pria yang menabraknya tadi. Pria aneh dan unik. Elle tertawa kecil dan mencoba mengingat garis wajah pria tampan tersebut.Elle
Begitu turun dari bus yang mengantarnya ke terminal, Elle duduk di salah satu kursi tunggu setelah membeli tiket bus yang akan mengantarnya ke Afrika.Sembari menunggu bus, Elle menutup matanya. Wanita cantik ini mengingat moment di mana dia mengambil keputusan tiba – tiba untuk pergi ke Afrika hari ini juga setelah bertengkar hebat dengan kedua orang tuanya. Di mana kedua orang tua Elle menunjuk dirinya sebagai CEO sebuah perusahaan milik Ayahnya. Sedangkan dia sendiri tidak ingin berkutat di bidang bisnis, karena jiwanya ada di seni.Wanita cantik berhazel biru dan rambut blonde itu berasal dari Swedia, yang terletak di Eropa Utara. Di mana Elle memiliki orang tua yang merupakan seorang pengusaha ternama di Swedia, Elle juga di bangun seperti itu sejak kecil. Mulai dari segi pendidikan yang begitu tinggi hingga tinggal di lingkungan social elit. Berharap jika saat Elle dewasa nanti melanjutkan usaha mereka. Elle sendiri adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Sedangkan dua kakak l