"Nanti siang aku jemput. Kabari saja kalau kuliahnya sudah selesai!" ucap Leo sembari mengusap pucuk kepala Alana."Emm." Alana mengangguk menyetujui.Leo membalas senyuman Alana."Ya sudah, keluarlah! Tunggu apa lagi?" tanya Leo heran melihat Alana tetap tenang duduk tanpa menunjukkan akan keluar dari mobilnya.Bukannya lekas keluar, Alana malah menunjukkan wajah cemberut, merajuk padanya."Kenapa? Mau minta kiss?" Tiba-tiba Leo menggodanya."Ish!" Alana memukul lengan Leo. "Om Leo mesum!" seru Alana langsung refleks menutupi bibirnya menggunakan punggung tangan. Dia terkejut, Leo balik menggodanya. Beberapa hari lalu, dia yang menggoda.Leo terkekeh melihat wajah lucu Alana."Makanya cepat keluar!" ucapnya mengusir. Bahkan Leo membuka kunci dan mendorong pintunya agar Alana lekas pergi.Sayangnya, meski pintu sudah terbuka, Alana tidak juga segera pergi. Gadis itu malah kembali merajuk seperti anak kecil. "Apalagi? Uang saku?" Leo geram, la
"Akhirnya, kamu jatuh cinta juga, Leo," ucap Damian sangat senang.Bahkan Damian sampai pindah tempat duduk mendekati Leo dan langsung merangkul pundak sahabatnya itu. Damian terlihat sangat senang seperti mendapat kejutan besar saat mendengar pengakuan Leo tentang perasaannya. Meski itu terhadap Alana, keponakannya sendiri, dia tidak peduli. Yang terpenting baginya adalah Leo telah bisa merasakan cinta."Kita harus rayakan hal ini."Damian bangkit dari duduknya, berjalan mengambil wine yang tersimpan di dalam lemari khusus milik Leo, lalu kembali duduk dan menuang pada dua gelas."Mari rayakan berita besar ini!" ajaknya sembari memberikan satu gelas pada Leo dan mengajaknya bersulang.Meski mengangkap apa yang dilakukan Damian berlebihan, tapi Leo tetap minum wine yang diberikan padanya."Dengan begini, kamu membuktikan bila kamu laki-laki sejati, Leo," ucap Damian lagi sembari merangkul pundak Leo."Kamu terlalu banyak omong, Damian." Leo menepis tangan
"Sial!" Tiba-tiba Barca melayangkan tinju ke arah dinding tepat di samping kepala Alana. Pria itu sangat marah mendengar semua perkataan Alana. Barca merasa selama ini telah dibodohi dan dipermainkan oleh Alana.Alana memejamkan mata rapat merasa ngeri saat melihat sekelebat tinju Barca ke arahnya. Tulang kakinya terasa mengalami lumpuh layu seketika. Tubuhnya gemetar ketakutan. Sembari terpejam rapat, sembari mengepalkan tinju. Kedua bibirnya pun mengatup rapat saling menggigit."Kamu mempermainkan aku, Alana!" seru Barca penuh penekanan menahan amarahnya.Perlahan Alana memberanikan diri membuka mata dan mengumpulkan keberaniannya kembali. Sayangnya, dia kembali dibuat terkejut. Saat matanya terbuka, wajah Barca ternyata berada tepat di depan wajahnya dengan jarak yang dekat. Tatapannya tajam penuh kemarahan. Napasnya menderu memburu.Keberanian yang baru saja dikumpulkan, tiba-tiba harus lumpuh lagi. Terlebih saat pria di depannya menyeringai seperti vampire
"Apa ini sangat sakit?" Sesampainya di rumah, Leo langsung mengoleskan salep pada kulit Alana yang memerah. Dia sangat hati-hati saat mengoleskan salep pada pergelangan tangan Alana."Tadinya sakit, tapi sekarang sudah tidak terlalu," jawab Alana.Alana memperhatikan wajah Leo yang serius saat mengoleskan salep pada tangannya. Dari wajahnya, Leo tampak sangat khawatir padanya. Dia juga melakukan dengan sangat hati-hati dan lembut, sepertinya tidak ingin olesannya menambah rasa sakit."Auw!" Alana mengaduh kesakitan."Sakit?" Leo semakin cemas."Sedikit."Alana tersenyum melihat Leo sangat perhatian padanya. Terlebih saat pria itu mencoba meringankan rasa sakit pada tangannya dengan cara meniup lembut. Leo benar-benar memberinya perhatian khusus membuatnya merasa tenang, senang dan nyaman. "Om," panggilnya."Sakit?" Leo melihatnya sebentar, lalu kembali meniup tangan Alana."Tidak," jawab Alana dengan suara rendah.Alana sangat terharu. L
"Selamat siang, Mbak," sapa Alana pada petugas customer service."Selamat siang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" jawab wanita itu membalas sapaan Alana dengan senyum ramah."Saya mau bertemu dengan om Leo," ucap Alana."Om Leo?" Wanita itu tampak kaget dan juga bingung mendengar Alana menyebut Leo dengan sebutan 'Om' bukan 'Tuan' atau 'Bapak'."Em ... maksudku tuan Leo." Alana mengoreksi panggilannya untuk Leo."Oo ... Tuan Leo?"Alana mengganggu senang pada akhirnya wanita itu paham."Apa sudah membuat janji?" tanya wanita itu.Tiba-tiba senyum Alana menghilang. Ini bukan kali pertama dia datang ke kantor Leo. Namun, ini kali pertama dia bertemu dan melihat wanita yang ada di depannya."Belum, tapi aku-'"Maaf, Nona. Kalau belum, tolong Anda tunggu di sana!" Wanita itu menunjuk sofa di sudut ruang. "Saya akan melakukan konfirmasi terlebih dahulu pada sekretaris tuan Leo," sambungnya."Tapi, Mbak. Aku-"Baru juga mau menjelaskan siapa dirinya, wanita itu sudah memotong ucapannya dan
"Leo, kamu belum menjawab pertanyaanku?" ucap Asti.Leo melebarkan mata ke arah samping untuk melihat Alana yang saat ini duduk di sampingnya. Sedangkan Asti dan damaian, mereka duduk sejajar di hadapan Leo dan Alana.Dia tersenyum tipis saat tatapannya terbalas oleh Alana, meski dengan aura kesal dan tajam. Leo tahu keponakannya itu terlihat tidak suka, hanya saja dia tidak tahu alasan pasti Alana menunjukkan wajah jeleknya."Leo?" Asti kembali mendesak.Lirikan wanita itu tertuju pada Alana dengan senyum tipis dan makna mendalam. Selanjutnya mengarahkan pada Leo. Saat melihat Leo, senyumnya mengembang lebih lebar, lebih terlihat manis dan senang. Bahkan binar matanya tampak bercahaya tidak seperti saat melihat Alana.Alana mendengus berat sembari menggerakkan tubuh, mengubah posisi duduk. Tadi wajahnya terlihat kesal dan marah, tapi kali ini Alana menunjukkan wajah dengan senyum mencibir. Lirikannya pun tidak kalah bengis dan jutek dari Asti saat melihat wanita itu."Memangnya, apa
"Alana!"Alana memperlambat langkahnya sebelum akhirnya berhenti dan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Wajah yang tadi murung dan sedih seketika dibawa tersenyum."Om Damian?" sapanya dengan senyum palsu.Damian menghela napas lega ketika melihat wajah Alana tersenyum. Akhirnya dia menemukan Alana."Bukankah katamu ada kuliah?" Demian mencoba menguji kejujuran Alana."Oh, itu. Aku tiba-tiba malas kuliah hari ini," jawab Alana sedikit gugup. Matanya juga menghindari Damian.Demian tersenyum penuh makna memahami apa yang dirasakan Alana yang terlihat dari raut wajahnya."Mau minum sedikit?" tanyanya menawarkan minum.Alana terdiam menilik pertanyaan Damian. Pria di hadapannya itu jelas tahu dan paham bagaimana Leo. Om kesayangannya itu jelas tidak akan pernah mengijinkan dia minum, meski hanya sedikit. Apalagi sampai mabuk."Jangan khawatir! Aku akan jaga rahasia. Lagi pula kita hanya minum sedikit," ucap Damian saat melihat keraguan Alana.Sekali lagi Alana masih belum sepenuhny
“Alana,” lirih Leo tidak bisa menahan gejolak dalam dirinya.Semakin ingin dia menyadarkan diri dan menolak godaan Alana, semakin gelora dalam dirinya bergejolak karena semakin dia menahan tangan Alana, semakin gadis itu menyerang.“Om Leo, kamu itu milikku.” Kata ini yang selalu terdengar dari racau bibir merah mudah Alana.Cup!Deg!Jantung Leo seperti mendapat kejutan hebat sehingga berpacu dengan sangat hebat setelah merasakan kejutan kuat saat bibir Alana menempel dan memberi kecupan lembut pada bibirnya. Dia pikir yang dilakukan Alana cukup menempel dan menyapu saja, ternyata dugaannya salah. Alana semakin memperdalam ciuamannya.“Emmm.” Alana sempat melengkuh saat ada sela antara bibir mereka saat keduanya saling mengais oksigen.Sungguh! Ini adalah ujian besar bagi Leo. Ini adalah ciuman pertamanya, jelas rasanya bergejolak. Di sisi lain ingin menolak karena status om dan keponakan. Namun, di sisi lain dan ini adalah sisi terkuat yang dirasakannya, dia menginginkan sentuhan
"Sudah, Bear. Aku kenyang," ucap Alana.Alana menolak suapan Leo dengan menutup mulutnya menggunakan tangan. Dia juga menoleh sedikit ke samping menghindari sendok yang disodorkan Leo padanya."Satu kali lagi, Sayang. Kamu sudah mengeluarkan banyak tenaga saat melahirkan. Sekarang, kamu harus mengganti tenagamu dengan makan yang banyak," ucap Leo."Bear, sampai siang ini saja kamu sudah memintaku makan banyak makanan. Kalau tidak salah ingat, kamu sudah memberi aku makan tiga kali, dua kali makanan ringan, dua kali jus buah. Perutku rasanya seperti mau pecah karena kekenyangan," ucap Alana melakukan protes atas tindakan Leo yang terus membujukkan untuk makan.Leo tertawa mendengar keluhan dari Alana. Dia berpikir bahwa karena istrinya telah melalui perjuangan yang melelahkan untuk melahirkan putra mereka, maka dia harus memberikan makanan bergizi yang cukup agar istrinya bisa pulih dengan cepat. Namun, ternyata usahanya tersebut menimbulkan protes dari Alana. "Baiklah. Kali ini aku t
"Dokter, bagaimana?" Leo tidak sabar menunggu penjelasan hasil pemeriksaan kehamilan istrinya."Usia kehamilan istri Anda sudah cukup bulan, Tuan. Tinggal menunggu waktu lahir saja," jelas dokter.Dokter itu mengarahkan pandang pada Alana dengan senyum ramahnya."Nyonya, kelahiran seperti apa yang Anda inginkan?""Dokter, aku tidak ingin istriku kesakitan saat melahirkan. Bisakah kami ajukan untuk melakukan operasi saja?" ucap Leo cepat sebelum Alana memberi jawaban."Bear!" Alana memberi wajah protes."Sayang." Leo meraih tangan Alana dan mengenggamnya lembut. "Aku tidak mau melihatmu kesakitan."Wajah Leo tampak sedih membayangkan istrinya kesakitan saat melahirkan. Makanya, dia ingin kelahiran anak mereka melalui operasi caesar saja dengan tehnologi terbaru agar istrinya tidak merasakan sakit. Namun, niat baik Leo melindungi istrinya dari rasa sakit mendapat penolakan tegas dari Alana."Aku tidak mau, Bear. Aku mau melahirkan secara normal saja," u
“Damian, ada apa?” tanya Leo dengan wajah penasaran sembari berjalan meninggalkan Alana dengan langkah hati-hati agar langkahnya tidak menimbulkan suara. “Apa Marco sudah memberitahumu?” tanya Damian di ujung sana, di balik teleponnya. Suaranya terdengar tidak biasa seperti ada sesuatu yang terjadi.“Apa?” tanya Leo semakin penasaran.“Siang tadi, Arga berusaha memberontak dengan melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan. Saat mereka mengejar dan mencarinya, mungkin juga karena panik, pria itu tidak melihat jalanan. Dia juga tidak melihat ada truk yang melintas saat menyeberang jalan,” cerita Damian.Damian menceritakan tentang kecelakaan yang dialami oleh Arga saat pria itu melarikan diri dan mencoba kabur dari pengawasan mereka. Karena ceroboh dan mungkin juga panik karena takut penjaga mengejarnya, Arga tidak memperhatikan ada truk yang melintas dengan kecepatan tinggi saat dia menyeberang jalan, sehingga tubuhnya tertabrak dan terpental hingga beberapa meter.“Mereka baru
“Sayang, kamu cantik sekali menggenakan pakaian ini,” puji Leo sembari mengelus perut buncit Alana."Bear, kamu mengejutkan aku?" Alana kaget, tiba-tiba Leo memeluknya dari belakang.Sore ini Alana mengenakan pakaian daster tidak berlengan, sehingga perutnya yang besar terlihat. Bahan yang lembut dan jatuh membuat perut Alana yang membesar terlihat menonjol dan lebih seksi ditambah dengan bentuk tubuhnya yang memang indah semakin membuat Leo tidak mau melepaskan pelukannya."Kenapa berdiri di sini sendirian?" lirih Leo."Pemandangannya bagus, Bear. Lihat itu!" Alana menunjuk langit sore, di mana matahari hampir tenggelam di antara bukit-bukit hijau. Bias sinar yang mulai redup menghias langit sore tampak semburat merah keemasan memberi warna indah yang membuat mata sejuk dan hati teduh."Indah banget langitnya!" decak kagum Alana.Leo tersenyum. Peluknya semakin erat. Meski perut Alana sudah membesar, tetapi tidak menjadi penghalang untuk tetap memeluknya. Sebaliknya, perut besar Ala
"Nyonya, teh Anda."Dona mendekati Alana yang sedang duduk santai di bangku taman yang berada di dekat kolam renang belakang rumah. Kemudian, memberikan secangkir teh yang masih hangat pada Alana dengan penuh kebaikan hati."Terima kasih."Alana pun merasa sangat berterima kasih dan mengucapkan kata-kata itu dengan senyum yang manis, lalu menyeruput teh hangat sembari menunggu Dona duduk di depannya.Suasana taman sore ini terasa semakin nyaman dan tenang dengan hadirnya secangkir teh hangat tersebut."Mulai hari ini, jangan panggil aku nyonya lagi! Aku bukan nyonyamu," kata Alana sembari meletakkan cangkir di atas meja.Dona tercengang kaget."Kenapa? Apa aku telah melakukan kesalahan?" Dona merasa perlu tau alasan Alana. Dia tidak merasa melakukan kesalahan. Hubungan mereka beberapa hari ini juga baik-baik saja, tetapi tiba-tiba Alana mengatakan hal itu padanya. Jelas saja hal ini membuatnya bingung dan bertanya-tanya.Melalui ekspresi kagetnya saja, seharusnya Alana sudah mengerti
“Bear,sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Alana bingung.Leo menoleh, lalu memberi senyum manisnya.“Bukankah kita sudah membicarakannya, Sayang? Aku akan membawamu ke tempat yang tenang dan sejuk. Kita akan ke luar kota,” jawab Leo mengingatkan Alana tentang apa yang sudah pernah mereka bicarakan.“Tapi, kenapa pakaian yang kamu bawa sangat banyak?” Alana melempar pandangnya ke arah tumpukan pakaian dalam koper yang belum tertutup.Leo pun melirik ke arah yang dikatakan istrinya. Bibirnya kembali menyunggingkan senyum.“Karena kita akan melakukan liburan dalam waktu yang lumayan cukup lama,” jawab Leo.Dia sibuk mengemas beberapa pakaian mereka dan memasukkan ke dalam koper. Ada dua koper di sana, salah satunya sudah terisi penuh dengan pakaian Leo sendiri. saat ini suami Alana itu sedang menegmas pakai Alana. Tadinya, Alana ingin membantu, tetapi Leo melarangnya dan memintanya duduk saja di tempat tidur.Setelah merasa cukup dan selesai, Leo bangkit dari tempatnya, lalu mendekati A
"Dokter, bagaimana?""Nyonya, apakah Anda merasa baik-baik saja?" tanya dokter pada Alana. Leo tampak sangat cemas menatap wajah dokter yang memeriksa kondisi kandungan istrinya. Apalagi saat dokter itu tidak segera menjawab pertanyaannya, melainkan mengarahkan pandang pada Alana dengan sorot mata yang tidak baik-baik saja. Refleks dia pun ikut mengarahkan pandangnya pada Alana, lalu meraih tangan Alana dan menggenggamnya."Dokter?" Setelah Leo menyapa dokter, dokter tersebut menghela napas panjang dengan suara yang terdengar berat saat memandang Leo. Reaksi ini membuat Leo merasa semakin cemas dan khawatir akan kondisi istrinya. Meskipun tidak diketahui secara pasti apa yang dipikirkan oleh dokter, namun dari reaksinya itu dapat diartikan bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir tentang kesehatan Alana dan bayi dalam kandungannya. Hal ini tentunya menambah kekhawatiran bagi Leo dan membuatnya merasa semakin tidak tenang."Dalam kondisi kehamilan yang masih muda, seharusnya istri
"Leo-""Sstt!" Leo segera meletakkan jari telunjuknya di depan bibir ketika Damian datang dan berjalan ke arahnya sembari berbicara. Karena hal ini, Damian pun menghentikan ucapannya dan memperlambat serta memperhalus langkahnya. Sembari mendekat, matanya tertarik memperhatikan wanita yang tertidur di sofa dengan kepala di atas pangkuan Leo."Apa istrimu sakit?" tanyanya dengan suara lirih setelah duduk di depan Leo. Matanya masih memperhatikan wajah lelap Alana yang menurutnya sedikit pucat dan tampak sedikit lelah."Tidak, tapi dia tidak baik-baik saja," jawab Leo juga mengarahkan pandangnya pada wajah Alana.Damian menoleh dan memiringkan kepalanya sedikit, sedangkan matanya menyipit ketika mendengar perkataan Leo. Ia kemudian bertanya, "Ada apa?"Melihat ekspresi Damian yang penasaran, akhirnya Leo menceritakan tentang masalah yang dialami Alana. Dia bercerita tentang mimpi buruk yang membuat Alana ketakutan dan sulit tidur hingga pagi hari. Karena itu, Leo memutuskan untuk tidak
"Jangan bunuh anakku! Aku mohon," mohon Alana dalam rintih kesakitan dan tangis.Tenaganya telah habis dan suara tangisnya hampir tak terdengar lagi. Arga telah melakukan hal yang membuat dunianya runtuh dan tak berarti lagi. Meskipun ia memberontak dan menjerit, tak seorang pun yang bisa menolongnya. Hidupnya telah hancur dan kini ia berada pada titik terdalam kesedihan yang tak terbayangkan. Semua harapan dan impian yang pernah dimilikinya kini sirna, meninggalkan dirinya dalam kehancuran yang sangat menyakitkan. Alana kembali berteriak histeris sembari memberontak menggunakan sisa tenaganya. Meski merasa tidak lagi memiliki harapan karena Arga terus menghujam tubuhnya dengan maksud untuk membunuh bayi dalam perutnya, Alana, dia berharap masih memiliki harapan untuk menyelamatkan anaknya."Berhentilah melawan, Alana! Tidak ada yang bisa menyelamatkan anakmu," ujar Arga dengan bengisnya."Dasar bajingan! Aku bersumpah akan membunuhmu, Arga!" sumpah Alana.Plak!Arga kembali melayang