Share

Bab 3

Author: Jamilah
Sekitar setengah jam kemudian, aku sudah menidurkan Silvy. Baru saja aku meletakkan Silvy kembali ke tempat tidurnya dan hendak menurunkan pakaianku, pintu kamar tiba-tiba dibuka. Orang yang datang tidak lain adalah Jordan yang sedang menggendong putraku.

Pakaianku masih terbuka saat bertemu pandang dengannya. Aku pun merasa sangat malu, lalu buru-buru mengalihkan pandanganku dan menurunkan pakaianku.

Jordan tersenyum canggung dan berkata sambil mengelus hidungnya, “Maaf, aku lupa ketuk pintu.”

Wajahku sudah semerah tomat dan aku tidak berani mendongak. Aku pun memberanikan diri untuk menggendong putraku dari pelukannya. Putraku tidak dapat mendengar, juga tidak bisa berbicara. Dia hanya bisa tersenyum padaku.

Aku juga hanya bisa tersenyum pahit dan memeluk erat putraku. “Nggak apa-apa. Aku yang lupa mengunci pintunya.”

Jordan sangat royal. Meskipun hanya bekerja sebagai pengasuh, gajiku dibayar per hari dan aku mendapat gaji 4 juta sehari. Biasanya, dia sangat jarang berada di rumah karena sibuk bekerja. Kami juga jarang bertemu. Namun, sikapnya sangat sopan dan dia tidak pernah melakukan hal yang keterlaluan lagi terhadapku.

Aku adalah seorang wanita normal yang juga memiliki kebutuhan biologis. Namun, sejak aku melahirkan, suamiku tidak pernah lagi menyentuhku.

Setelah bekerja, aku pernah pulang beberapa kali dan mengutarakan kebutuhanku baik dengan cara halus maupun secara terang-terangan. Namun, dia selalu menghindariku. Alasannya tidak lain karena kelelahan bekerja. Aku pun hanya bisa menahan kekesalanku berulang kali.

Pada malam ini, aku menyusui Silvy seperti biasa. Kali ini, ketika aku masih sedang menyusui anak, pintu kamar tiba-tiba dibuka lagi. Aku pun secara refleks membelakangi pintu.

Pembantu di rumah ini sangat sedikit. Saat aku menyusui, tidak ada orang juga yang pernah menggangguku. Orang yang mungkin masuk hanyalah Jordan. Mungkin saja Jordan masuk dengan tidak sengaja lagi. Jadi, aku pun menunggu pintunya ditutup kembali.

Setelah mendengar suara pintu ditutup, aku mengira Jordan sudah pergi dan baru berani berbalik lagi. Siapa sangka begitu berbalik, aku langsung bertemu pandang dengan orang di samping tempat tidur.

Begitu melihat wajah Jordan, jantungku langsung berdegup kencang. Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapinya dan berkata dengan terbata-bata, “Pa ... Pak Jordan, ke ... kenapa kamu masuk kemari?”

Jordan yang awalnya bertatapan denganku mulai mengalihkan perhatiannya dan menatap bagaimana aku menyusui putrinya dengan tatapan penuh nafsu. Pada saat ini, aku tidak bisa bersembunyi maupun menutupi tubuhku. Silvy sedang mengulum putingku dengan erat.

Aku pun merasa malu dan marah, lalu menekankan kata-kataku, “Pak Jordan, tolong keluar.”

Setelah mendengar ucapanku, Jordan bukan hanya tidak berbalik, malah memandangku dengan lebih terang-terangan lagi. Aku dapat melihat dia menelan ludah dan tatapannya yang dipenuhi dengan hasrat tak terbendung.

Meskipun aku sudah berbalik, Jordan juga tetap berpindah ke depanku. Sampai Silvy sudah kenyang, aku pun menaruhnya kembali ke tempat tidur dan hendak langsung menurunkan pakaianku.

Namun, Jordan bertindak lebih cepat. Dia langsung menahan tanganku dan menatapku lekat-lekat. Dia berkata dengan nada penuh hasrat yang tak terkendali, “Jenny ... kulihat, kamu selalu perah banyak ASI dan membuangnya setiap hari. Apa ASI-mu terlalu banyak?”

ASI-ku memang sangat banyak. Meskipun sudah menyusui dua anak, ASI-ku juga masih berlebih sangat banyak. Jadi, aku hanya bisa diam-diam memerahnya dan membuangnya. Aku tidak menyangka apa yang kulakukan belum cukup tersembunyi dan terlihat orang.

Dalam keadaan seperti ini, aku tidak tahu harus bagaimana menjawabnya dan hanya bisa memaksakan diri untuk melontarkan “emm”. Kali ini, dia bergerak lebih dekat lagi. Dia mencium bau ASI dari tubuhku dan makin terpesona. Sementara itu, aku makin ketakutan.

“Jenny.” Jordan memanggilku dan mengungkapkan maksudnya dengan sangat jelas, “Sayang sekali kalau dibuang. Berikan saja padaku. Sekali, 6 juta.”

Mataku pun membelalak. Enam juta? Apa semua orang kaya begitu royal?

Meskipun aku tidak mengerti kenapa orang sebesar Jordan masih begitu menyukai ASI, aku benar-benar merasa sangat ragu. Aku pun bertanya dengan hati-hati, “Aku perah keluar ... lalu memberikannya padamu?”

Tirai dalam ruangan ini ditutup sehingga ruangan ini sangat remang dan sunyi hingga kami dapat mendengar detak jantung satu sama lain. Aku merasa sangat gugup karena ditatap lekat-lekat oleh Jordan.

Pada akhirnya, aku mendengar Jordan menolak dengan tegas, “Aku cuma mau minum yang langsung dari sumbernya.”

Tanpa menunggu jawaban dariku, Jordan sudah menunduk dan membenamkan kepalanya di payudaraku, lalu langsung mengulum putingku. Sensasi yang begitu menggairahkan seketika membuat sekujur tubuhku merinding. Aku pun mengerang tak terkendali.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 4

    Baru saja aku bersuara, aku segera mengendalikan diri untuk tidak bersuara lagi. Aku tidak berhenti mencuci otakku. Aku memberi tahu diriku sendiri bahwa aku tidak boleh mengkhianati suamiku dan ini hanyalah solusi sementara untuk menafkahi keluargaku.Aku bertahan sampai akhir dengan susah payah dan rasa malu segera meliputiku. Untungnya, aku melihat ada uang yang masuk ke rekeningku. Setelah itu, aku baru merasa lega. Begitu uang itu sampai ke rekeningku, aku langsung mentransferkan semuanya kepada suamiku supaya dia bisa membayar utang secepat mungkin.Aku berdiri di depan cermin dan menatap wajahku yang dipenuhi hasrat. Aku pun lagi-lagi merasa kesal. Kenapa aku setuju untuk menjadi ibu susu Jordan? Jika suamiku mengetahuinya ... apa dia akan marah atau lanjut bersabar sepertiku?Malam ini berlalu dengan damai. Namun, ketika aku bangun di tengah malam dan tidak sengaja menyentuh lengan putraku, aku menyadari bahwa tubuhnya sangatlah panas. Aku langsung menegang dan menyentuh dahi p

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 5

    Setelah hasratku sirna, aku kembali sadar dan melarang diriku untuk melakukan hal yang sama seperti semalam. Meskipun pria itu mengkhianatiku, aku juga tidak akan merendahkan diri hanya untuk membalas dendam pada Sonny.Hanya saja, tidak ada hal di dunia yang dapat ditebak. Tepat ketika aku hampir selesai mengumpulkan bukti, aku menerima sebuah kabar yang entah harus dikatakan kabar baik atau kabar buruk.Sonny mengemudi dalam keadaan mabuk. Menurut rumor, remnya blong dan dia akhirnya meninggal dunia. Semua hartanya pun langsung jatuh ke tanganku. Selingkuhan Sonny itu pernah datang mencari gara-gara denganku beberapa kali. Namun, karena tidak memiliki bukti atau saksi, dia hanya bisa menanggung kerugiannya sendiri.Baru saja aku melewati beberapa hari yang damai, ibu mertuaku yang ada di desa membawa putra sulungnya datang ke kota. Aku terpaksa hanya bisa meminta cuti pada Jordan untuk sementara, lalu membawa putraku pulang dan menenangkan mereka.Begitu melihat putra dalam pelukank

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 6

    Ibu mertuaku langsung murka. Dia sudah membulatkan tekad untuk memiliki cucu. Melihat wajahku yang masih segar dan cantik, hatinya makin tidak tenang. Wajahnya yang sinis dan kejam terukir jelas dalam ingatanku. “Kamu sudah ketemu orang baru? Putraku baru meninggal beberapa hari, tapi kamu sudah pindah hati? Yang selingkuh itu bukan putraku, tapi kamu, ‘kan? Keluarga kami sudah membesarkanmu, kamu akan jadi menantu keluarga kami selamanya!”Ibu mertuaku tidak lagi meminta pendapatku. Dia memandang kakak iparku dan mengisyaratkannya untuk langsung bertindak. Aku tidak menyangka dia akan bersikap begitu semena-mena.Kakak iparku memang gila, tetapi lumayan kuat. Dia langsung menuruti kata-kata ibunya. Aku ingin melarikan diri, tetapi tidak sempat lagi. Ibu mertuaku merebut putra dalam pelukanku. Kemudian, kakak iparku langsung menindihku di atas sofa. Dia mengulurkan tangannya dan hendak langsung membuka pakaianku secara paksa.Di mata mereka, tangisan dan permohonanku malah membuat mer

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 7

    Aku berkeringat dingin dan tidak ingin menatapnya. Aku hanya bisa berusaha untuk menenangkan diri, lalu tersenyum dan berkata, “Silvy cari ayahnya. Jadi, aku naik untuk cari kamu.”Jordan tersenyum, lalu merangkul pundakku dan membawaku turun. Hatiku sudah mati rasa. Aku merasa orang ini lebih mengerikan dari suamiku. Dia adalah pembunuh.Hatiku sangat kacau dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Saat makan, aku mengungkit lagi masalah foto itu. Aku makan sesuap bubur, lalu berujar pada Jordan, “Sebenarnya ... aku sepertinya kenal sama adikmu. Namanya Siska, ‘kan?”Jordan berpura-pura terkejut, lalu bertanya dengan sangat panik dan seolah-olah sangat ingin mengetahui jawabannya, “Di mana dia sekarang?”Aku berusaha menenangkan kepanikanku dan menjawab, “Waktu aku dijual ke Keluarga Cerika, Siska sudah tinggal di sana selama tiga tahun. Habis nikah sama putra sulung Keluarga Cerika, kakak ipar punya watak yang sangat buruk dan sering memukulnya. Setelahnya, Siska hamil. Waktu hamil tua, d

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 1

    Aku baru selesai memulihkan diri paskapersalinan. Namun, suamiku malah langsung menyuruhku menemaninya menghadiri pesta kantor.Di pesta itu, karena aku baru melahirkan, payudaraku mengeluarkan ASI secara tiba-tiba dan meninggalkan jejak di pakaianku. Aku tidak menyadari bahwa bos suamiku yang duduk di depanku sedang memperhatikanku.Aku pun merasa malu hingga tidak berani berbicara. Kemudian, aku buru-buru pergi ke kamar mandi dengan kepala tertunduk supaya bisa membersihkan pakaianku.Lima menit kemudian, aku telah mengeringkan pakaianku dengan tisu. Baru saja aku berbalik, tanganku langsung dicengkeram seseorang dan aku ditariknya ke tangga darurat sebelah. Sebelum aku sempat melawan, pakaianku sudah dibuka sehingga kulitku yang putih terpampang di hadapannya. Pria itu sangat kuat dan aku sama sekali tidak dapat melawan.Setelah tersadar kembali dan baru saja aku hendak berteriak untuk meminta tolong, mulutku sudah dibekap. Kemudian, terdengar suara seorang pria yang familier di sa

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 2

    Sepatu kulit Jordan juga sesekali bergesekan dengan pergelangan kakiku yang mulus. Hal ini membuat hatiku terasa gatal. Aku menggeser kakiku ke belakang, tetapi dia akan tetap mendekat.Hal ini benar-benar mengacaukan pikiranku. Saat akhirnya tiba di rumah, suamiku sudah sepenuhnya mabuk. Aku mencoba membangunkan suamiku, tetapi dia sudah sama sekali tidak bereaksi. Aku pun menyerah dan berencana untuk pergi melihat putraku. Sebelum keluar dari kamar, aku menerima pesan dari Jordan.[ Jordan: Maaf soal tadi. Aku nggak bisa kendalikan diriku. Dengar-dengar, keluarga kalian lagi alami kesulitan keuangan. Kalau kamu butuh kerja, kamu bisa kerja di rumahku. Istriku meninggal waktu melahirkan dan putriku butuh ibu susu. Gajinya sangat tinggi. ]Aku langsung menolak tanpa berpikir panjang. Aku adalah seorang gadis desa yang konservatif. Jika insiden tadi tidak terjadi, aku yang kekurangan uang mungkin bersedia menjadi ibu susu putrinya Jordan. Namun, setelah teringat apa yang dilakukan Jord

Latest chapter

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 7

    Aku berkeringat dingin dan tidak ingin menatapnya. Aku hanya bisa berusaha untuk menenangkan diri, lalu tersenyum dan berkata, “Silvy cari ayahnya. Jadi, aku naik untuk cari kamu.”Jordan tersenyum, lalu merangkul pundakku dan membawaku turun. Hatiku sudah mati rasa. Aku merasa orang ini lebih mengerikan dari suamiku. Dia adalah pembunuh.Hatiku sangat kacau dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Saat makan, aku mengungkit lagi masalah foto itu. Aku makan sesuap bubur, lalu berujar pada Jordan, “Sebenarnya ... aku sepertinya kenal sama adikmu. Namanya Siska, ‘kan?”Jordan berpura-pura terkejut, lalu bertanya dengan sangat panik dan seolah-olah sangat ingin mengetahui jawabannya, “Di mana dia sekarang?”Aku berusaha menenangkan kepanikanku dan menjawab, “Waktu aku dijual ke Keluarga Cerika, Siska sudah tinggal di sana selama tiga tahun. Habis nikah sama putra sulung Keluarga Cerika, kakak ipar punya watak yang sangat buruk dan sering memukulnya. Setelahnya, Siska hamil. Waktu hamil tua, d

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 6

    Ibu mertuaku langsung murka. Dia sudah membulatkan tekad untuk memiliki cucu. Melihat wajahku yang masih segar dan cantik, hatinya makin tidak tenang. Wajahnya yang sinis dan kejam terukir jelas dalam ingatanku. “Kamu sudah ketemu orang baru? Putraku baru meninggal beberapa hari, tapi kamu sudah pindah hati? Yang selingkuh itu bukan putraku, tapi kamu, ‘kan? Keluarga kami sudah membesarkanmu, kamu akan jadi menantu keluarga kami selamanya!”Ibu mertuaku tidak lagi meminta pendapatku. Dia memandang kakak iparku dan mengisyaratkannya untuk langsung bertindak. Aku tidak menyangka dia akan bersikap begitu semena-mena.Kakak iparku memang gila, tetapi lumayan kuat. Dia langsung menuruti kata-kata ibunya. Aku ingin melarikan diri, tetapi tidak sempat lagi. Ibu mertuaku merebut putra dalam pelukanku. Kemudian, kakak iparku langsung menindihku di atas sofa. Dia mengulurkan tangannya dan hendak langsung membuka pakaianku secara paksa.Di mata mereka, tangisan dan permohonanku malah membuat mer

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 5

    Setelah hasratku sirna, aku kembali sadar dan melarang diriku untuk melakukan hal yang sama seperti semalam. Meskipun pria itu mengkhianatiku, aku juga tidak akan merendahkan diri hanya untuk membalas dendam pada Sonny.Hanya saja, tidak ada hal di dunia yang dapat ditebak. Tepat ketika aku hampir selesai mengumpulkan bukti, aku menerima sebuah kabar yang entah harus dikatakan kabar baik atau kabar buruk.Sonny mengemudi dalam keadaan mabuk. Menurut rumor, remnya blong dan dia akhirnya meninggal dunia. Semua hartanya pun langsung jatuh ke tanganku. Selingkuhan Sonny itu pernah datang mencari gara-gara denganku beberapa kali. Namun, karena tidak memiliki bukti atau saksi, dia hanya bisa menanggung kerugiannya sendiri.Baru saja aku melewati beberapa hari yang damai, ibu mertuaku yang ada di desa membawa putra sulungnya datang ke kota. Aku terpaksa hanya bisa meminta cuti pada Jordan untuk sementara, lalu membawa putraku pulang dan menenangkan mereka.Begitu melihat putra dalam pelukank

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 4

    Baru saja aku bersuara, aku segera mengendalikan diri untuk tidak bersuara lagi. Aku tidak berhenti mencuci otakku. Aku memberi tahu diriku sendiri bahwa aku tidak boleh mengkhianati suamiku dan ini hanyalah solusi sementara untuk menafkahi keluargaku.Aku bertahan sampai akhir dengan susah payah dan rasa malu segera meliputiku. Untungnya, aku melihat ada uang yang masuk ke rekeningku. Setelah itu, aku baru merasa lega. Begitu uang itu sampai ke rekeningku, aku langsung mentransferkan semuanya kepada suamiku supaya dia bisa membayar utang secepat mungkin.Aku berdiri di depan cermin dan menatap wajahku yang dipenuhi hasrat. Aku pun lagi-lagi merasa kesal. Kenapa aku setuju untuk menjadi ibu susu Jordan? Jika suamiku mengetahuinya ... apa dia akan marah atau lanjut bersabar sepertiku?Malam ini berlalu dengan damai. Namun, ketika aku bangun di tengah malam dan tidak sengaja menyentuh lengan putraku, aku menyadari bahwa tubuhnya sangatlah panas. Aku langsung menegang dan menyentuh dahi p

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 3

    Sekitar setengah jam kemudian, aku sudah menidurkan Silvy. Baru saja aku meletakkan Silvy kembali ke tempat tidurnya dan hendak menurunkan pakaianku, pintu kamar tiba-tiba dibuka. Orang yang datang tidak lain adalah Jordan yang sedang menggendong putraku.Pakaianku masih terbuka saat bertemu pandang dengannya. Aku pun merasa sangat malu, lalu buru-buru mengalihkan pandanganku dan menurunkan pakaianku.Jordan tersenyum canggung dan berkata sambil mengelus hidungnya, “Maaf, aku lupa ketuk pintu.”Wajahku sudah semerah tomat dan aku tidak berani mendongak. Aku pun memberanikan diri untuk menggendong putraku dari pelukannya. Putraku tidak dapat mendengar, juga tidak bisa berbicara. Dia hanya bisa tersenyum padaku.Aku juga hanya bisa tersenyum pahit dan memeluk erat putraku. “Nggak apa-apa. Aku yang lupa mengunci pintunya.”Jordan sangat royal. Meskipun hanya bekerja sebagai pengasuh, gajiku dibayar per hari dan aku mendapat gaji 4 juta sehari. Biasanya, dia sangat jarang berada di rumah k

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 2

    Sepatu kulit Jordan juga sesekali bergesekan dengan pergelangan kakiku yang mulus. Hal ini membuat hatiku terasa gatal. Aku menggeser kakiku ke belakang, tetapi dia akan tetap mendekat.Hal ini benar-benar mengacaukan pikiranku. Saat akhirnya tiba di rumah, suamiku sudah sepenuhnya mabuk. Aku mencoba membangunkan suamiku, tetapi dia sudah sama sekali tidak bereaksi. Aku pun menyerah dan berencana untuk pergi melihat putraku. Sebelum keluar dari kamar, aku menerima pesan dari Jordan.[ Jordan: Maaf soal tadi. Aku nggak bisa kendalikan diriku. Dengar-dengar, keluarga kalian lagi alami kesulitan keuangan. Kalau kamu butuh kerja, kamu bisa kerja di rumahku. Istriku meninggal waktu melahirkan dan putriku butuh ibu susu. Gajinya sangat tinggi. ]Aku langsung menolak tanpa berpikir panjang. Aku adalah seorang gadis desa yang konservatif. Jika insiden tadi tidak terjadi, aku yang kekurangan uang mungkin bersedia menjadi ibu susu putrinya Jordan. Namun, setelah teringat apa yang dilakukan Jord

  • Hari-Hariku Jadi Ibu Susu untuk Konglomerat   Bab 1

    Aku baru selesai memulihkan diri paskapersalinan. Namun, suamiku malah langsung menyuruhku menemaninya menghadiri pesta kantor.Di pesta itu, karena aku baru melahirkan, payudaraku mengeluarkan ASI secara tiba-tiba dan meninggalkan jejak di pakaianku. Aku tidak menyadari bahwa bos suamiku yang duduk di depanku sedang memperhatikanku.Aku pun merasa malu hingga tidak berani berbicara. Kemudian, aku buru-buru pergi ke kamar mandi dengan kepala tertunduk supaya bisa membersihkan pakaianku.Lima menit kemudian, aku telah mengeringkan pakaianku dengan tisu. Baru saja aku berbalik, tanganku langsung dicengkeram seseorang dan aku ditariknya ke tangga darurat sebelah. Sebelum aku sempat melawan, pakaianku sudah dibuka sehingga kulitku yang putih terpampang di hadapannya. Pria itu sangat kuat dan aku sama sekali tidak dapat melawan.Setelah tersadar kembali dan baru saja aku hendak berteriak untuk meminta tolong, mulutku sudah dibekap. Kemudian, terdengar suara seorang pria yang familier di sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status