Share

23. Jatuh Cinta

Penulis: Ayu Anggita
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-05 16:30:49

Gunawan terpaku saat melihat siapa gadis itu. Matanya menatap gadis itu tanpa berkedip. Bukan karena kecantikannya yang membuat Gunawan seperti ini. Tapi dia kembali teringat saat gadis itu bertanya tentang hal-hal pribadinya.

"Mas Gunawan! Mau pesan apa pesan apa Mas?" Gadis yang ternyata Ambar itu menyunggingkan senyuman manisnya pada Gunawan.

Faizal tampak melongo saat gadis cantik incaran pada jejaka itu mengenal Gunawan. Bahkan dia memanggil Gunawan dengan sebutan mas. Dia lantas menyenggol lengan Gunawan untuk menanyakan sesuatu.

"Kamu udah kenal sama dia?" Faizal berbisik pada Gunawan agar Ambar tak mendengar suara mereka.

Gunawan hanya mengangguk saja. "Enggak kenal-kenal banget sih. Tapi kita pernah ketemu di tempat lain." Gunawan menjawab dan mencoba mengklarifikasi agar tak ada salah paham antara dirinya dan Faizal.

"Kenal di mana?" Faizal kembali bertanya. Jiwa keponya semakin menjadi-jadi kala mendengar jawaban Gunawan barusan.

Gunawan menatap wajah Faizal dengan he
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Harga Diri Seorang Suami   24. Sebuah Perasaan

    Ambar menghela napas panjang. Dadanya terasa sesak hingga membuatnya kesulitan bernapas. Hatinya terasa nyeri karena sikap yang ditunjukkan oleh lelaki pujaannya. Bulir-bulir bening jatuh tak tertahankan lagi. Membasahi perihnya luka dan semua rasa sesak dalam dada. 'Kenapa dia menolakku? Apa kurangku padanya? Apa aku kurang menarik di matanya?' Ambar berkata dalam hati sembari mengusap air mata yang jatuh. Sementara itu di tempat lain, Anggun tampak sedang menerima tamu di rumahnya. Dari raut wajahnya jelas dia tak menyukai tamunya itu. "Jadi, bagaimana? Mau diselesaikan secara baik-baik atau melalui jalur hukum?" Si tamu memberikan pilihan pada Anggun yang tampak sedang berpikir keras. Di sampingnya, bu Ika tampak menundukkan kepala tanpa berani mengangkat wajahnya sedikitpun. "Kalau kalian bisa kooperatif dan tidak kabur-kaburan, saya bisa menolong kalian dalam hal ini. Tapi kalau kalian masih saja ngeles dan banyak alasan, mohon maaf kalau kami terpaksa menggunakan kekerasan,

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Harga Diri Seorang Suami   25. Persiapan Pernikahan Mira

    Sejak pagi tadi bi Darni dan pak Kosim tampak sibuk. Mereka berdua menyiapkan segala keperluan dan bersiap-siap untuk pergi ke rumah Anisa. "Gun, nanti kalau mau makan udah bibi siapin di meja makan. Bekal kamu juga udah bibi siapin." Bi Darni berkata sambil mengetuk pintu kamar Gunawan. "Iya, Bi makasih!" sahut Gunawan dari dalam kamar. "Bibi sama pamanmu berangkat dulu ya," ucap bi Darni lagi. "Bibi sama Paman mau ke mana?" Gunawan bertanya setelah membuka pintu kamar dan berdiri di depan bibinya. "Bibi sama paman mau ke rumah pakde Dullah. Sebentar lagi kan Mira menikah, jadi kita mau kasih tahu pakdemu itu," ical bi Darni. Gunawan tersenyum. "Iya, Bi. Naik apa ke sana? Mau aku antarkan ke halte?" tawar Gunawan. "Enggak usah, Gun. Kamu kan juga mau berangkat kerja. Jadi biar bibi berangkat bareng Handi aja," tolak bi Darni. Gunawan mengangguk mengerti. Kemudian setelah berbincang sebentar, kedua orang

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Harga Diri Seorang Suami   26. Karma Untuk Anggun

    Gunawan berdiam diri cukup lama di tepi sungai kecil itu. Dia menikmati desiran angin yang mencoba membawa lukanya pergi."Kamu ternyata di sini, Gun!" tegur sebuah suara. Gunawan menoleh dan mendapati seorang wanita dengan baju kebaya tengah berjalan menghampiri dirinya. "Kamu ngapain di sini sendirian? Mira sudah mau akad tuh. Kita ke sana yuk!" ajak wanita yang tak lain adalah Anisa. Gunawan tersenyum. "Mbak Nisa duluan aja. Nanti aku menyusul," ucap Gunawan. Bukannya pergi, Anisa justru ikut duduk di atas baru besar itu."Kamu kenapa? Ada masalah kah?" tanya Anisa. Gunawan mendesah pelan. Dia tak ingin ada yang tahu tentang perasaannya saat ini."Kalau ada masalah, cerita sama mbak. Siapa tahu kan, mbak bisa bantu cari solusinya," ucap Anisa. "Makasih, Mbak. Aku cuman pengin sendiri aja." Gunawan berkata sembari memainkan pucuk daun yang dipegangnya. "Sebaiknya Mbak Anisa ke sana aja

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Harga Diri Seorang Suami   27. Sebuah Kisah

    Tubuh Anggun ambruk ke tanah dengan bersimbah darah. Pisau masih menancap di pinggangnya ketika dia tak sadarkan diri. Bu Ika berteriak meminta tolong pada warga yang lewat. Anggun segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Sedangkan perempuan yang menusuknya diamankan oleh warga sekitar bersama dengan dua yang lainnya. Sementara itu, Gunawan baru saja kembali ke rumahnya setelah acara selesai dan para tamu telah pulang. Termasuk semua kerabat dan pak Dullah juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Bi Darni yang sejak tadi menunggu kepulangan Gunawan, tampak menghela napas lega kala melihat sang keponakan datang. Perempuan itu lantas menghampiri Gunawan yang baru saja tiba di rumahnya. "Kamu dari mana saja, Le?" Bi Darni bertanya seraya menghampiri Gunawan di teras rumahnya. Gunawan menghela napas panjang. "Aku masuk dulu ya, Bi. Aku capek banget," ucap Gunawan. Mendengar suara Gunawan, pak Kosim segera kelu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Harga Diri Seorang Suami   28. Tamparan Keras

    Gunawan memegangi pipinya yang perih karena tamparan itu. Belum sempat ia berkata atau membela diri, sebuah bogem mentah mendarat di wajahnya. "Kalau hanya menjadi beban keluarga, kenapa tak mati saja menyusul ibumu!" Suara itu kembali berkata keras dengan mata menatap nyaman. Bi Darni yang melihat itu, hanya bisa berteriak histeris. Wanita itu berusaha menolong Gunawan yang terkena tamparan dan bogem mentah dari orang itu. "Sudah, Kang! Sudah! Jangan diteruskan lagi." Bi Darni berkata sembari menghalau tangan lelaki yang tak lain adalah pakde Dullah itu. "Biarkan aku menghajar anak kurang ajar ini. Dasar anak sialan!" Semburan kalimat menyakitkan kembali meluncur bebas dari mulut lelaki jangkung itu. Gunawan hanya bisa terdiam tanpa melakukan apa-apa. Seolah dia pasrah dengan perlakuan lelaki yang masih terhitung saudaranya itu. "Sudah, Kang! Sudah!" Bi Darni kembali mengulangi perkataannya."Semuanya masoh bisa d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-13
  • Harga Diri Seorang Suami   29. Status Baru

    Bu Marina tampak berpikir keras. Di satu sisi, dia tak ingin berbagi harta dengan Anggun dan juga ibunya. Tapi di sisi lain dia tak ingin masuk penjara."Gimana? Semua keputusan ada di tangan kamu. Saya hanya memberikan solusi dan pilihan terbaik." Anggun mengulangi perkataannya yang membuat Bu Marina semakin terpojok.Sementara itu Pak Adi terus saja mendesak sang istri untuk memberikan rumah itu. Dia tak ingin masalah ini menjadi panjang. Dia hanya ingin masalah ini cepat selesai. Namun Bu Marina sepertinya masih enggan untuk menyerahkan itu walaupun ancaman masuk penjara di depan mata."Sudahlah, Bu. Lebih baik kita mengalah saja. Daripada Ibu dipenjara. Bapak nggak bisa lihat Ibu menderita," bisik Pak Adi.Bu Marina menghela napas panjang. Dia masih terdiam di tempatnya. Otaknya masih berpikir bagaimana caranya supaya tak kehilangan rumah dan dirinya tak dipenjara.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Harga Diri Seorang Suami   30. Undangan

    Faizal dan Ridwan menghampiri Gunawan yang tertunduk lesu. Mereka tahu apa yang menyebabkan Gunawan di panggil oleh Pak Anang ke ruangannya. Mereka juga tahu siapa yang telah memfitnah Gunawan seperti itu. "Gun!" Faizal menegur Gunawan sembari menepuk pundak lelaki itu. Gunawan menoleh. Lelaki itu tersenyum pada sahabat baiknya itu. Itulah luar biasanya Gunawan. Di saat dia menghadapi permasalahan, Gunawan masih bisa menghadirkan senyuman tulus. "Ada apa?" tanya Faizal. Lelaki berperawakan sedang itu pura-pura tak mengetahui yang sebenarnya. Dia ingin Gunawan berkata jujur dan menceritakan semuanya pada Faizal. Gunawan mengernyitkan keningnya. "Kenapa, Bang?" Faizal menghela napas panjang. "Kamu kenapa? Apa ada masalah? Soalnya aku lihat, kamu kayak lagi banyak masalah," ujar Faizal. "Iya, Mas. Mas Gunawan kalau ada masalah, cerita aja sama kita. Insya Allah kita bantuin cari solusi," sahut Ridwan. Gunawan menatap dua rekan kerjanya itu bergantian. Kemudian dia mengulas senyum

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Harga Diri Seorang Suami   31. Memulai Semuanya Dari Awal

    Gunawan menjalani hari-harinya sebagai pengangguran lagi. Lelaki jangkung itu kini mencoba mencari pekerjaan di tempat lain. “Mas Gun!” Handi memanggil kakak sepupunya itu seraya berjalan mendekat ke arahnya. “Mas Gunawan ngerti soal listrik kan?” tanya Handi. “Ngerti dikit-dikit. Kenapa, Han?” ujar Gunawan. “Nah pas banget dah. Itu pengeras suara di masjid rusak. Mas Sucip yang biasanya benerin, lagi sakit. Jadi nggak ada yang bisa benerin pengeras suaranya,” jelas Handi. “Terus hubungannya sama aku apa, Han?” tanya Gunawan tak mengerti. “Pak Holil nyuruh aku buat nyari orang yang bisa benerin pengeras suara. Nah aku langsung keinget Mas Gunawan.” Handi menjelaskan lagi maksud dan tujuannya. “Mas Gunawan bisa kan benerin pengeras suaranya?” tanya Handi. Gunawan menghela napas panjang. “Ya udah. Nanti Mas ke sana. Sekarang Mas mau nyari kerja dulu.” Handi mengangguk paham. Dia lantas berbalik dan masuk ke dalam rumahnya. Sepen

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28

Bab terbaru

  • Harga Diri Seorang Suami   60. Berakhir Sudah

    Gunawan tengah menikmati malam minggunya dengan duduk di teras rumahnya. Ditemani segelas minuman favoritnya—es cappucino juga sepiring brownies tape yang ia beli sepulang bekerja tadi. Seulas senyum tergambar di wajahnya kala melihat hidangan yang ia tata di atas meja. “Nikmat mana lagi yang bisa kudustakan?” ucapnya sembari menempatkan dirinya di kursi kayu. Namun, saat tangannya mencomot sepotong kue itu. Sebuah mobil dan dua sepeda motor tampak memasuki pekarang rumahnya. Dari dalam mobil turun sosok yang dikenal Gunawan sebagai suami dari Vera. Lelaki itu berjalan menghampiri Gunawan dan empat orang berbadan besar mengikutinya di belakang. “Ada apa nih?” tanya Gunawan saat lelaki itu berada di hadapannya. Keningnya terlipat heran karena ekspresi wajah kelima orang itu tampak tegang dan menyimpan kebencian yang mendalam. “Enggak usah banyak bacot!” ucap seorang yang berbadan paling besar. Gunawan semakin tak mengerti. “Ada apa ini? Bisa kan bicara baik

  • Harga Diri Seorang Suami   59. Salah Sasaran

    Gunawan hanya diam saja mendengar semua ucapan Heri. Dia tak berniat untuk menjawab ataupun membantah ucapan lelaki itu. “Sekali lagi, aku minta tolong sama Mas Gunawan!” ucap Heri. “Kita sama-sama laki-laki dan aku pikir Mas Gunawan adalah orang yang baik. Jadi, Mas Gun nggak keberatan dengan apa yang akan aku sampaikan,” lanjut Heri. Gunawan menoleh sembari mengangkat sebelah alisnya. Sudut bibirnya turut terangkat. Membentuk seulas senyum tipis nan sinis. Seolah mengejek Heri yang mengatakan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu. “Aku minta sama Mas Gunawan untuk nggak mengganggu dan mencoba mendekati Vera kembali. Aku mohon, Mas. Biarkan rumah tangga kami bahagia tanpa ada gangguan dari pihak luar,” terang Heri. “Lagi pula semua uang yang sudah Mas Gunawan keluarkan saat masih bersama dengan Vera sudah aku kembalikan semuanya?” lanjut Heri. “Aku pikir itu semua sudah lebih dari cukup untuk membuat Mas Gunawan pergi dari kehidupan kami berdua,” pungkas Heri. Gunawan i

  • Harga Diri Seorang Suami   58. Move On

    Gunawan berusaha untuk melupakan apa yang telah terjadi antara dirinya dan Vera. Sekuat hati dia bersikap biasa saja saat tanpa sengaja bertemu dengan Vera di kantor. Dia juga berusaha untuk sebisa mungkin tak terlibat percakapan dengan wanita itu. “Gun,” tegur Amri saat Gunawan tengah bersiap-siap untuk berangkat visit. Gunawan menoleh ke arah temannya itu. “Ada apa, Am?” “Tuh!” Amri menunjuk ke arah lain dengan dagunya. Gunawan mengikuti arah tunjuk Amri. Seketika itu juga ekspresi wajahnya berubah. Tanpa mengatakan apapun juga. Dia bergegas pergi meninggalkan tempat itu. Namun, saat akan mencapai pintu keluar Vera mencegah langkahnya. “Bisa kita bicara?” pinta Vera. Gunawan mendengus keras. “Maaf, saya sedang sibuk hari ini!” “Sebentar aja. Ada yang harus aku jelaskan sama Mas Gunawan,” ujar Vera sedikit memaksa. “Enggak ada yang perlu kamu jelaskan lagi! Semuanya sudah sangat jelas menurutku,” sahut

  • Harga Diri Seorang Suami   57. Akhir Kisah Itu

    Gunawan meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Helaan napas berat terdengar begitu menyesakkan. Faizal yang melihat itu hanya bisa menepuk pundak sahabatnya dengan lembut. Mencoba menyalurkan semangatnya pada lelaki yang tengah patah hati itu. “Ikhlas ya, Gun! Aku tahu masih banyak wanita baik di luaran sana,” ucap Faizal. Gunawan menatap Faizal dengan tatapan sendu. Namun, seulas senyum terukir manis di wajahnya. “Suaminya mengembalikan semua uang yang pernah aku keluarkan selama bersama dengan Vera,” kisah Gunawan. “Padahal aku nggak pernah minta uang itu balik lagi. Aku ikhlas kok membantu dia selama ini. Yah walaupun endingnya harus menelan rasa kecewa dan sakit hati,” lanjut Gunawan. Faizal menganggukkan kepala mendengar penuturan Gunawan. Dia tahu betul sahabatnya itu akan sangat royal pada siapapun juga. Dia tak pernah pandang bulu ketika membantu orang lain. “Dia juga bilang, maaf atas semua yang udah istrinya

  • Harga Diri Seorang Suami   56. Patah Hati

    Gunawan pulang dengan perasaan kacau. Hatinya hancur dan remuk. Kenapa semuanya harus seperti ini di saat dirinya mulai bisa membuka hatinya untuk orang lain? Apakah Tuhan tak mengizinkan dirinya untuk bahagia? Bukankah dirinya juga berhak untuk bahagia? Pikirannya melayang ke kejadian beberapa waktu lalu saat dirinya berada di rumah Vera. “Kenalkan! Saya Heri, suami dari Vera.” Lelaki itu mengulurkan tangannya bermaksud untuk bersalaman dengan Gunawan. Gunawan menyambut uluran tangan itu dengan perasaan kacau. Lelaki itu terkesiap mendengar ucapan lelaki yang mengaku sebagai suami Vera itu. Dia tak percaya dengan apa yang didengarnya hari ini. Tidak mungkin Vera sudah bersuami. Selama ini dia selalu mengaku masih sendiri dan belum ada rencana untuk menikah. Namun, kenapa semua seolah terbalik dan … “Maksudnya … apa ini, Ver? Kenapa dia mengaku sebagai …” “Aku … aku bisa jelaskan semua ini. Dia ini … dia ini memang … suamiku, Mas.”

  • Harga Diri Seorang Suami   55. Fakta Mengejutkan

    Gunawan tertegun mendengar penuturan Lisa. Dirinya sulit sekali untuk percaya pada apa yang diucapkan oleh gadis itu. “Mas Gunawan boleh percaya atau enggak. Tapi, yang jelas aku udah kasih tahu yang sebenarnya,” ujar Lisa. Gunawan menatap Lisa dengan pandangan menyelidik. Seolah ingin menelisik lebih jauh tentang cerita yang meluncur dari mulut gadis itu. “Dia itu sebenarnya udah punya suami. Sekarang suaminya lagi ada di luar kota untuk kerja. Biasanya sebulan sekali suaminya akan pulang ke sini,” terang Lisa. Gunawan mengernyitkan keningnya. Seolah tak percaya dengan apa yang didengar oleh pendengarannya kini. “Aku cerita kayak gini bukan karena pengin menjelek-jelekkan teman, tapi aku nggak mau ada korban lagi,” lanjut Lisa. Gunawan semakin tak mengerti. Dia menatap Lisa dengan tatapan penuh tanya. “Maksud kamu … korban apa?” tanya Gunawan dengan suara terbata-bata. Lisa menikmati minuman yang telah te

  • Harga Diri Seorang Suami   54. Memperingatkan

    Hari ini Gunawan kembali menemani Vera yang sedang menjaga booth untuk pameran. Sejak pagi dia sudah stanby dan selalu cekatan jika Vera membutuhkan sesuatu. Walaupun di sana Vera tak sendirian, tetapi Gunawan tetap menemaninya di sana. “Pulang dari sini kita cari tempat buat makan ya, Mas,” pinta Vera. Gunawan tersenyum. “Memangnya kamu mau makan apa?” “Em … apa ya? Yang pedas-pedas enak kali ya. Kayak lalapan atau mie ayam gitu,” jawab Vera. Gunawan menganggukkan kepalanya. “Aku ada rekomendasi tempat makan yang enak di sekitar sini. Mau coba ke sana?” “Boleh. Kebetulan juga ada yang pengin aku omongin sama, Mas Gun,” sahut Vera. Gunawan tersenyum mendengar jawaban Vera. Dia merasa lega karena sikap Vera jauh lebih baik daripada sebelumnya. Hari ini gadis itu lebih banyak tersenyum dan lebih bisa mengontrol emosinya. Hari sudah beranjak siang. Acara pameran pun sudah selesai. Gunawan membantu Vera dan teman-tema

  • Harga Diri Seorang Suami   53. Sebuah Nasihat

    Gunawan masih memikirkan ucapan Faizal tempo hari. Dia menjadi penasaran siapa Vera sebenarnya. Bukan karena dia kepo dengan urusan orang lain. Namun, dia harus melakukan itu agar tak salah lagi dalam memilih pasangan. Ya! Gunawan bertekad untuk menjadikan Vera sebagai pasangannya kelak. Gunawan telah merasa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan dia. Terdengar gombal memang, tetapi itulah yang terjadi. Dirinya merasa jatuh cinta hanya dengan melihat senyuman manis Vera. “Mas Gun!” tegur seseorang. Gunawan terlonjak kaget mendengar teguran orang itu yang tak lain adalah Fino. Fino tersenyum dan segera duduk di bangku kosong yang ada di sebelah Gunawan. “Melamun aja deh. Kenapa?” tanya Fino begitu dirinya telah duduk di sebelah Gunawan. “Aku dari tadi panggil-panggil kamu, Mas. Eh kamu malah asik melamun. Enggak nyahut sama sekali,” lanjut Fino. Gunawan tersenyum kecut sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia meras

  • Harga Diri Seorang Suami   52. Yang Terbaik

    Semenjak kejadian tempo hari, Gunawan semakin dekat dengan Vera. Bahkan Gunawan rela mengantar jemput Vera. Dia tak ingin kejadian tempo hari terulang kembali. “Hari ini jadwal kamu ke mana aja, Ver?” tanya Gunawan saat keduanya berjalan dari parkiran menuju kantor. “Aku hari ini ada event, Mas. Di pameran gitu sih. Kenapa, Mas?” “Enggak. Kamu berangkat sama tim atau berangkat sendiri?” “Sama tim sih, Mas. Kenapa sih? Kok kayaknya khawatir banget gitu?” tanya Vera dengan nada heran. Gunawan menghela napas panjang. “Enggak. Aku cuma takut kejadian waktu itu terulang kembali. Aku takut mereka ganguin kamu lagi.” Vera tertegun mendengar ucapan Gunawan. Dalam hati dia mulai berpikir, betapa tulus dan perhatiannya lelaki ini. Apakah harus dirinya mendapatkan perlakuan yang lain dari orang lain? “Mas Gunawan tenang aja. Mereka nggak bakalan berani gangguin aku lagi kok.” Vera mencoba tersenyum. “Semoga saja per

DMCA.com Protection Status