"Karin, tunggu. Kita bisa kan jalan di luar sebagai teman. Aku ingin lebih dekat dengan kamu!" ungkap Arga yang secara brutal terus saja mencari celah untuk bisa dekat dengan Karina. Ia bahkan menahan perempuan itu untuk tidak pulang dulu sebelum mengiyakan keinginannya untuk jalan berdua.Karina melepas tangan Arga yang memegang lengannya. "Pak, dilihat orang. Pak Arga nggak malu. Pak Arga tau kan kita udah digosipkan lho. Dan saya tidak suka.""Gosip, aku nggak tau. Yang aku tau, aku mulai suka sama kamu Karin."Arga mengatakan itu begitu saja di tengah keramaian orang-orang yang berlalu lalang untuk pulang. Karina merasa bodoh. Ia seperti sedang bermain drama. "Pak, jangan begini. Pak Arga nggak malu apa!""Enggak!"Orang yang lewat seperti mendapat tontonan gratis. Sebagian mencuri kesempatan merekam momen itu. "Maaf, tapi saya harus pulang."“Aku anterin ya!”“Please Pak, berhenti. Jangan ikuti saya lagi!” pinta Karina. Ia sontak sedikit meninggikan nada bicaranya hingga menari
Jonathan merasa sangat tidak sabar untuk mencari tahu, siapa pelaku di balik motor Karina yang jadi sangat kotor itu. Tentu, Jonathan sangat menaruh dendam. Orang-orang yang tega membully Karina, tidak tahu saja kalau Karina itu istrinya. Sampai di ruangan pengecekan, ada petugas yang membantu memutar rekaman cctv siang tadi. Tepatnya saat pukul dua siang. Mayoritas karyawan memang banyak yang sudah masuk. Namun, ada beberapa yang sedang istirahat. “Nah itu dia. Ah mereka tega sekali membuang air got ke motornya Karin, dan hampir lima timba yang mereka tumpahkan. Juga sampah itu, ah menjijikkan sekali sikap mereka.” Jonathan merasa ngeri, bagaimana bisa karyawan perempuan di perusahaannya memiliki tabi’at begitu buruk.“Cepat cari tau datanya!” pinta Kenneth. Ia pun ikut memprihatinkan. Rasanya sayang sekali, padahal sama-sama perempuan. Tapi, tega sekali membully.Jonathan sudah mendapatkan apa yang dirinya mau. Ia juga meminta hasil rekaman untuk dikirim ke laptopnya. “Oh iya,
Jonathan masih terbayang-bayang dengan ucapan terima kasih dari Karina. Ia bisa melihat senyum cantik itu lagi, bagai matahari yang terbit di pagi hari, terlihat sangat indah.“Gimana ini, aku pengen ketemu Karin, aku mau dia. Sama Azka juga. Aku kangen kalian!” Jonathan menjatuhkan kepalanya di atas meja kantor, lalu memejamkan sepasang matanya.Terlintas lagi kenangan bersama dengan Karina. ia rindu masa itu. “Nggak bisa begini. Aku harus kasih tau Karina, kalau aku masih cinta sama dia.”Jonathan segera bangun, dan keluar dari ruangan. Ia melihat jam di pergelangan tangan masih ada waktu untuk mencari Karina. Kebetulan Karina pulang agak sore. Sengaja menunggu di depan pintu masuk proses. Jonathan merasa Karina mungkin sebentar lagi akan keluar. Benar saja, tidak butuh waktu lama. Karina muncul di depan pintu keluar. Ia masih harus absen pulang di mesin finger milik perusahaan di dekat pintu tadi. Jonathan berencana akan mengajak Karina bicara sebentar. Lalu memberitahu pelan-p
Azka butuh sosok ayah, anak laki-laki itu kadang terlihat sangat kuat dan pemberani. Juga paling memiliki tubuh yang begitu bagus dengan tinggi lebih dari teman seusianya dan tatapan mata yang tajam. Berbeda dengan anak kebanyakan, memang Azka adalah tipe anak cerewet juga banyak bertanya seperti anak-anak yang lain. Namun, dalam berbicara, Azka memiliki pilihan kata yang sungguh luar biasa dan sesuai realita. Tidak takut memberikan pendapat, meski harus mengatakan kejelekan temannya sendiri. Karena itu sesuai kenyataan. Bagi Azka sendiri, berbohong hanya akan menimbulkan masalah baru. Karena itu, ia tidak akan berkata hal palsu untuk menjaga perasaan orang lain, terutama teman sekolahnya.Karina sangat memahami perilaku dan sikap tersebut. Itu sangat mirip dengan Jonathan.Di masa lalu, Jonathan pun dengan lantang mengatakan kalau dirinya ingin bertanggung jawab atas kehamilan Karina. Ia tidak akan lari dan tetap berusaha meyakinkan dunia. Kalau Karina yang sederhana adalah memang
“Jadi, gimana? Apa acara kencan ini tidak jadi saja. Aku rasa, saat kamu bersamaku itu hanya akan buang waktu kamu ‘kan” Jonathan menatap datar. Pandangannya hanya lurus ke depan. Ia bahkan tidak menoleh sedikitpun pada Laura yang sudah berusaha maksimal untuk penampilannya hari ini.“Kamu kurang waras Jo! Gimana bisa aku udah susah payah luangkan waktu buat kamu. Kamu malah pengen kencan kita nggak jadi.” Laura merasa tak habis pikir. Ia pun menatap sopir yang sudah sangat siap untuk disuruh. “Heh sopir, udah jalan aja sekarang! Kamu udah dikasih tau belum kalau Tante Kirana udah pesen resto buat aku makan sama Jo hari ini?”Kenneth mendengar itu hanya bisa membatin. Cara bicara Laura sungguh terasa tidak ramah. Wanita itu bahkan memanggil dirinya sopir seakan dirinya hanya sebatas sopir. Padahal Kenneth adalah suruhan luar biasa dan bisa dibilang pengawal, juga tangan kanan Jonathan. “Kok diam aja sih. Heh sopir, kamu dengerin aku bicara nggak!”“Iya! Denger Nona!”“Ya udah jalan!
Siang dengan matahari tersenyum cerah, perlahan mendung hitam mengikis dari arah selatan. Jonathan berdiri di tepi jendela ruangannya yang terbuka, menatap pemandangan langit siang itu. “Minggu-minggu ini memang sepertinya akan hujan ringan Pak!” ucap Kenneth. Ia mendekati sang bos sambil membuka tutup lembaran kertas di tangannya.“Pantas sejak kemarin selalu mendung.”“Ehm … Pak!”“Iya!”“Apa pak Jo setelah makan siang akan mengecek pembangunan tempat penimbunan bahan seperti kemarin?”Jonathan berpikir sejenak, sebenarnya kemarin ia hanya ingin menemui Azka. Bukan untuk mengecek pembangunan itu. “Sepertinya siang ini aku mau turun ke proses saja. Mungkin lusa aku akan kunjungan luar lagi."“Baik Pak!” jawab Kenneth. “Kalau begitu akan saya siapkan perlengkapannya!”Tiba-tiba, belum sampai Kenneth meletakkan kertas yang diceknya tadi. Arga masuk begitu saja ke dalam ruangan Jonathan. Membuat Kenneth dan Jonathan terkejut dan merasa kalau Arga tidak sopan.“Tidak punya attitude ya
Makanan kesukaan Azka ada di depan mata. Ini sama persis dengan makanan yang diterimanya beberapa waktu lalu dari Om baik. Azka hanya sesekali bergumam, mengatakan ini adalah makanan yang sama dengan pemberian om baik pada ibunya. Komposisi dan rasanya sama persis. Azka setelah mencicipi makanan tersebut. Kemudian menatap Karina."Apa ibu berjumpa dengan om baik? Kok bisa makanannya sama seperti ini!""Enggak, ibu cuma bertemu dengan bos ibu di kantor.""Oh!" jawab Azka singkat. Ia lanjutkan lagi makannya dengan ekspresi begitu menikmati.Karina masih bingung. Kebetulan yang keterlaluan. Ia dengan mudah sore ini dapat tumpangan dari Jonathan. Sedangkan selama ini, dirinya tahu kalau siapapun jarang ada yang dapat bantuan sedemikian rupa. Terpaku sendiri di meja dapur, dengan mata kosong karena memikirkan semua hal. Termasuk mie goreng Jawa yang penuh sayuran pemberian Jonathan. Makanan itu memang favorit Azka. Juga sama dengan makanan yang didapat dari Om baik. Mungkinkah kalau o
Laura dengan muka kesal dan sebuah tangan menutup hidungnya. Ia meminta kunci mobil pada Angel, dengan menengadahkan satu tangan.Angel melihat telapak tangan Laura yang seperti meminta sesuatu. “Apa? Kamu mau apa?”“Kunci mobil!”“Ku-kunci? Buat apa?”Laura menarik rambutnya ke belakang. “Aku mau langsung cari penginapan saja. Kamu stay disini dan selidiki Jonathan. Apa aja yang dilakukan di sini!”“Ya kerja lha Ra, emangnya Jonathan mau apa lagi!” Angel mengangkat kedua tangannya. “Aku nggak yakin, bisa aja dia disini ada gebetan. Makanya dia betah banget kerja di tempat beginian. Asli bau banget!”Angel mau tidak mau harus setuju. Ia pun merogoh saku celananya untuk mengambil kunci mobil. Lalu memberikannya pada Laura. “Ini!”Laura menerima kunci mobilnya. “Jangan lupa ya, cari tahu tentang Jonathan. Aku nggak mau kamu pulang dengan tangan kosong, minimal dapatkan fotonya satu. Kalau dia betulan kerja di sini!”“Hokey!” jawab Angel malas dan dalam hitungan detik. Dengan cepat Lau
Kenneth kembali mendapatkan mobilnya. Ia segera mendatangi kediaman rumah Karina sore ini untuk menceritakan apa yang sudah terjadi dengan Jonathan. “Hentikan! Karena apapun yang kamu katakan, nggak akan bisa membuat Karina dan Azka datang ke rumah itu. Sekalipun Jonathan sedang sekarat sekalipun,” ucap Bu Raya usai mendengar penjelasan dari Kenneth. “Bu! Jonathan itu papanya Azka Bu. Ibu nggak bisa ngomong begitu. Gimana juga penyebab perpisahan aku sama Jo itu bukan karena Jo, tapi karena kedua orang tuanya. Jadi, tolong bu! Jangan terlalu membenci Jonathan,” pinta Karina. Ia memelas bahkan lututnya ikut lemas ingin bersimpuh saja di depan sang ibu. “Karina, mau sampai kapan kamu membela suami nggak guna kamu itu.” Meninggi nada bicara bu Raya. “Mungkin selamanya, karena aku masih cinta sama dia!”Bu Raya tampak emosi. Amarahnya sudah mau meledak, tapi tiba-tiba di balik dinding pembatas ruang tengah dan ruang tamu, terlihat Azka yang sedang mengintip. “Hah, cucuku. Dia pasti
Mama Kirana akhirnya datang ke kantor milik suaminya siang itu. Ia datang tanpa memberitahu. Kayren yang sedang meeting berusaha cepat menyelesaikan pekerjaannya. Ia cukup terkejut mengapa istrinya sampai datang ke kantor siang ini tanpa memberitahu dulu. “Apa! Kamu mau Kenneth dibebaskan. Kamu juga mau Karina dan siapa! Anak kecilnya dibawa ke kota ini untuk hidup bareng Jonathan. Kamu nggak salah minum obat kan Sayang?” Kayren terkejut setengah mati mendengar keinginan istrinya.“Enggak Pa, mama udah nyerah buat misahin Jo sama Karina. Mama nggak tega liat Jo menyiksa dirinya sendiri.” Nyonya Karina menatap lesu.Pak Kayren bangun dari kursinya lalu mendekat ke arah sang istri. Ia usap pundak istrinya dengan lembut, berharap hatinya bisa tenang dan mau mencari jalan lain untuk masalah ini. “Kamu tau, kita sudah berjuang keras untuk membuat Jo berpisah sama perempuan yang tidak selevel sama kita tu. Kenapa sekarang harus berhenti sih?”“Pa!” Mama Kirana menepuk punggung tangan su
Karina akhirnya mampu membuat tubuhnya terlelap. Ia mulai mendengkur halus, terasa sekali kalau fisiknya sedang kelelahan.Namun, keadaan yang tenang itu hanya bertahan beberapa menit. Tiba-tiba Karina mendapat mimpi buruk. Saking takutnya. Ia sampai berkeringat padahal cuaca sedang dingin."Enggak! Enggak boleh!!” teriak Karina yang masih terpejam. Hingga beberapa detik kemudian kedua matanya terbuka dengan perasaan kaget yang luar biasa.Azka tidur di samping Karina, ia dengar suara ibunya yang mengigau. Azka pun langsung terbangun dan langsung memeriksa keadaan Karina. “Bu! Ada apa? Ibu nggak papa? Ibu mimpi buruk ya?” Azka langsung memberondong banyak pertanyaan dengan wajah penuh kecemasan.“Azka! Jadi, yang ibu alami cuma mimpi. Astaghfirullah!!!” Karina tidak peduli pertanyaan dari putranya, yang ada dia malah memeluk erat Azka. “Bu! Biar aku ambilkan minum, ibu kayaknya kaget banget!”“Karina!! Karina! Ada apa?” Bu Raya yang ikut mendengar jeritan Karina juga terkejut dan l
Suasana menjadi begitu tegang bagi Karina. Ia bisa melihat sorot mata sang ibu yang masih belum ikhlas untuk memaafkan.Entah apa yang diinginkan Bu Raya terhadap dirinya sekarang. Karina merasa takut menghadapi kenyataan. “Ibu ingin, kamu keluar dari Internusa, dan kita pindah. Nggak tinggal di sini lagi!” tercetus juga syarat dari Bu Raya untuk Karina.“Apa!” Mata Karina menatap tak percaya. “Pindah lagi? Tapi Bu."“Kalau kamu nggak mau. Ya udah!" jawab bu Raya tegas. "Kamu tau kan. Ibu akan pergi dari sini dan Azka ibu yang bawa. Ini demi kebaikan dia. Ibu nggak bisa bayangkan kalau Azka sampai ketahuan Kayren. Hidupnya akan menjadi semakin berantakan."Karina ingin menggelengkan kepala tanda tidak setuju. Namun, mengingat nama Kayren, apa yang dibilang ibunya ada benarnya.“Tapi!” Karina merasa bimbang. Hatinya merasa berat sebenarnya pergi dari sini. Jujur, ia masih ingin bisa bersatu dengan Jonathan. Sementara itu, Azka yang berada di ruang tengah, sedang asyik menonton tv. Mes
Entah mengapa suhu di dalam mobil jadi semakin dingin. Arga masih memasang wajah yang syok, lidahnya keluh. mana mungkin Karina yang dimaksud adalah Karina karyawan di Internusa.“Kamu kenal dia Arga. jangan pura-pura kaget! Apa kamu berharap Karina yang aku maksud adalah Karina yang lain?” Jonathan menatap sekilas pada Arga. “Apa, jadi, Karina yang itu? Kok bisa! Jadi selama ini kamu …!”“Aku sendiri bingung sama diriku sendiri. Aku ini suami macam apa yang bertahun-tahun nggak pernah bisa jagain istri dan anaknya.”Muka Arga sudah seperti orang kebingungan. “Jadi, anak itu. Anak yang ada di rumahnya Karina adalah anak kamu?”Jonathan mengangguk kecil.Arga tak mampu berkata apa-apa. Rasanya dramatis sekali kisah hidup di dunia ini, tidak masuk akal tapi ada. Ia yang merasa sudah begitu jatuh cinta pada Karina pada akhirnya harus ditampar kenyataan kalau Karina adalah istri orang. “Kalau begitu, sebagai seorang laki-laki. perjuangin Karina dong! Kamu masih cinta sama dia kan?”“
“Hentikan Jo! Jangan lakukan ini! Semua perbutan kamu buat aku kacau Jo! Pergi!”Jonathan masih menunduk, ia mulai menggelengkan kepalanya menolak keinginan Karina. Lantas tangannya menyentuh kedua kaki Karina. “Aku akan perjuangin kamu Karin, karena aku butuh kamu dan Azka dalam hidupku!”Karina mengusap air matanya yang lolos. Ia angkat wajahnya ke langit supaya tidak terlalu menangis dengan keadaan yang saat ini terjadi.“Baik, aku akan ceritakan semuanya. Dimulai dari perginya aku saat kita mau menikah, dimana mama kamu nyogok aku buat menggugurkan kandunganku, dan saat kita berhasil ketemu lagi, juga kecelakaan yang membuat kita celaka. Itu semua adalah skenario dari Tuan Kayren. Makam palsu itu juga! Dan asal kamu tau, nggak secuil uang pun aku dapat dari keluarga kamu yang super duper kaya itu untuk gedein Azka. Semuanya aku perjuangkan sendiri Jo. Sendiri!” Sementara itu, di rumah Karina, bu Raya sedang menyiapkan makanan kesukaan Azka. Tiba-tiba saja piring yang mau dipakai
Nyonya Kirana menenteng tas mahal dan keluar dari mobil mewah yang telah terparkir di halaman Internusa.Ia menatap sekeliling lalu perlahan menurunkan kacamata hitamnya. Netranya mencari sasaran. Ia paham saat ini adalah jam pulang ara karyawan Internusa, itu artinya mantu yang paling dibencinya juga pasti sedang dalam perjalan keluar dari Internusa.“Mana perempuan itu! Mana Karina! Aku akan temukan kamu meski kamu sudah merubah penampilan sekalipun,” ucap mama Kirana dengan sangat pasti. Ia pun berjalan masuk dan sengaja lewat lorong karyawan produksi supaya bisa bertemu dengan Karina.Karina sendiri masih berdiri kaku di tempatnya. Ia ternyata sudah bisa melihat kehadiran mama mertuanya, masih ada jarak beberapa meter sebelum mama Kirana itu kembali menemukannya. “Kenapa ada mama mertua di sini?” tanya Karina yang ternyata, terdengar di sambungan teleponnya dengan Jonathan.Jonathan yang masih berada di tempatnya berada, rasanya semakin cemas. Ia bisa dengar jelas, kalau Karina bi
“Itu dia!” Jonathan sudah hampir melangkah akan menemui Azka. Ia melihat anak kecil itu baru saja keluar dari gerbang sekolahnya. Dengan sebuah bungkusan di tangan, ada mainan yang sempat dibeli oleh Jonathan tadi sebelum kesini. Namun, getra dering telepon mengejutkan pria tersebut. Ia pun berhenti dan mengangkat teleponnya terlebih dulu. “Hallo!” sapa Jonathan.Sejenak Jonathan mendengar lawan bicaranya. Seiring waktu, raut wajahnya jadi berubah.“Saya sedang ada kerjaan di luar. Mungkin Kenneth bisa menanganinya.”“Apa! Kenneth nggak ada di pabrik ataupun di kantor! Dia tidak memberitahu saya kalau akan pergi! Ya sudah, secepatnya saya akan balik ke perusahaan!” Jonathan menutup teleponnya.Pria itu bisa melihat Azka sedang menunggu untuk dijemput. Ia sangat ingin menemui putra semata wayangnya itu, tapi waktu sungguh sangat terbatas. “Eh, Mbak, tolong kasih mainan ini sama anak yang lagi duduk di sebelah sana itu bisa nggak! Biar saya kasih upah buat Mbak. Tolong ya, bilang ka
Karina ingin mencari cara untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ia melempar pandang ke segala penjuru. Sayangnya otaknya masih buntu.‘Ah disaat seperti ini, kenapa aku malah panggil dia Jo sih!’ keluh Karina dalam hati. Ia kemudian menatap Arga yang masih memandang ke arahnya. “Pak Arga mungkin sedang kebingungan, makanya tadi jadi salah dengar,” jelas Karina membujuk Arga. “Masak sih?”Karina mengangguk.“Gimana kalau pak Arga, bantuin pak Jo sekarang! Kayaknya pakjo lagi butuh bantuan.”“Ah iya, aku baru ingat tentang Sandi!” bergegas Arga membantu Jonathan. Ia berjalan mendekati Jo secepatnya. Termasuk Karina juga. Ia pun ingin mengetahui keadaan Jonathan.Jonathan terlihat sudah hampir berhasil, namun Sandi benar-benar melakukan perlawanan sengit.Dua security Internusa dilukai oleh pisaunya. Arga lekas mendorong Sandi dengan kakinya. Hingga Sandi harus terjungkal.“Ah, kamu bener-bener bikin onar!” Jonathan mendekat dan tanpa peduli rasa sakit di lengannya. Ia pun menyingkirkan