Kini, telah tiba saat yang mendebarkan bagi Nayla. Selesai makan siang serta menunaikan kewajiban bersama, ia mempersiapkan diri menerima pertanyaan demi pertanyaan dari Nadia (Ratna Dianti, nama aslinya) yang kalihatan sudah sangat ingin tahu kebenaran tentangnya.
Keduanya duduk saling berhadapan di kasur, tapi sama-sama saling diam. Terlihat Ratna menatap dalam Nayla, sedangkan yang ditatap tidak berani mengangkat wajah, malu dan gelisah.
Saking tegangnya suasana kamar siang ini mendadak terasa mencekam, ditambah lagi tatapan dalam Nadia begitu menusuk meski yang sebenarnya tidak, hanya menurutnya.
'Kenapa saat resign kamu bilangnya dapat kerjaan yang kebih dekat? Kenapa nggak jujur aja, Na?!'
'Selama ini, aku sungguh-sungguh menganggapmu adik. Syukur alhamdulillah seandainya beneran bisa jadi saudara, sesuai anganku yang ingin mengenalkanmu sama mas dan mempertemukan kalian.'
'Tapi, itu semua tidak akan pernah kesampaia
Dimas mengernyit, saat membuka aplikasi pesan ada dua panggilan suara tak terjawab dari salah satu teman sesama penyiar,'ada apa ya? Tumben si Radit ngubungi aku.'Khawatir ada yang penting, ia pun mengetik balasan, tapi tiba-tiba ada panggilan masuk."Ya, hallo assalamu'alaikum. Ada apa Dit?" ucapnya setelah menerima panggilan dari Radit, teman sesama penyiar berasal dari luar kota Lumpia."Sorry ganggu, Lo sibuk nggak? Tolongin aku ya?""Tolongin apa?""Gantiin aku siaran, mendadak ada acara, ini aja belum kelar, tadi bener-bener lupa kalau ada jadwal. Lo bisa gantiin kan?" jelas Radit terdengar sangat serius.Dimas diam mendengarkan penjelasan Radit sembari melihat jam tangannya sudah menujuk angka 21.43, tinggal sisa 17 menit lagi am siaran mulai."Dim! Lo bisa kan?""Bi-sa, bisa kok, tenang aja." Tersenyum meski Radit tidak melihat senyumnya."Thanks ya, sorry banget udah ngerepotin.
Dengan kedua mata yang masih terpejam, hidung Andi bergerak-gerak mengendus bau sesuatu dari arah luar kamar, "hemm …, bau apa ini? Enak sekali," gumamnya. Perlahan memaksa kedua matanya untuk terbuka, meski sebenarnya masih ingin kembali terpejam. Detik berikutnya remaja kelas XII SMK itu menggeliat dengan merentangkan kedua tangan dan bangun. 'Masak apa si Manis, baunya enak begini,' batinnya. "Hoam …." Menutup mulut yang sedang menguap sembari beranjak turun dari kasur. "Masak apa? Baunya enak sekali, kecium sampai ke kamar," ucap Andi saat sudah sampai di dekat Nayla. Mendengar ada suara dari arah kanannya, Nayla yang tengah mengaduk nasi dalam wajan seketika menoleh, lalu 'deg.' Kedua matanya melotot mendapati wajah Andi yang sangat dekat. "Astagfirullah." Memejamkan mata, disusul helaan nafas. "Kebiasaan," sungutnya, pura-pura kesal.
"Kok nggak bisa?" Kembali menekan knop pintu. "Eh, ini pintu dikunci? Ngapain pake dikunci segala sih." Roni mendesah. Hari ini, ia pulang pagi lagi karena mendapat jadwal shif malam. Namun, setibanya dari tempat kerja, dirinya mendapati rumah terlihat sepi, serta pintu depan terkunci. Tak seperti biasanya, meski kakak serta adiknya sudah berangkat, namun masih ada Nayla yang sedang beres-beres rumah. "Dia ngapain ya? Nggak biasanya ngunci pintu kalau lagi nyuci dan beres-beres," gumamnya sembari mendaratkan tubuh di kursi teras depan, setelah mengecek pintu samping yang juga terkunci dari dalam, serta memanggil pun tidak ada sahutan. "Ish! Kemana sih dia? Aku pengin pipis nih." Sudah lewat lima menit menunggu, tapi Nayla tidak kunjung menampakkan diri. 'Masa iya, kencing di pojokan sana, mau ditaruh dimana muka ini kalau ada yang memergoki,' batinnya sembari melihat ke pojok hal
"Bu!" panggil Nayla ketika sudah dekat dengan meja panjang tempat bu Saroh memajang dagangan.Begitu mendengar ada orang menyapa, yang bersangkutan pun menoleh dan menghentikan aktivitasnya mengemas sayur kol ke plastik. "Ya, beli apa Nduk?" bertanya dengan tersenyum ramah.Nayla pun balas tersenyum. "Beli tomat dan cabai merahnya Bu." Jarinya menunjuk kedua benda yang sudah terbungkus itu."Kehabisan apa lupa di bawakan ibumu? Kok tumben?" Memasukkan barang, lalu kembali berkata, "berapa bungkus?""Satu bungkus saja Bu, di rumah masih ada sedikit.""Ndak sekalian ikan, daging atau yang lainnya, mungkin?" ucapnya sembari menyerahkan barang yang sudah dibungkusnya ke Nayla.Nayla menggeleng dengan tersenyum, "berapa Bu?""Enam ribu, Nduk."Nayla pun menyerahkan selembar uang b
'Baru juga mau melangkah, tapi seketika harus mundur.' Nadia mengernyit setelah membaca status kakaknya. Antara bingung dan heran, karena tak biasanya saudara laki-lakinya itu membuat status di aplikasi pesan. Sebenarnya bingung dengan maksud tulisan itu, serta ada apa dan kenapa yang jadi pertanyaan dalam benaknya.Karena merasa penasaran, Nadia pun membalas status langka itu. Tak berselang lama ada notif masuk balasan dari Arifin.'Yang pasti kamu sudah tahu, tapi entah kenapa tidak merasa atau mungkin malah sengaja menyembunyikannya.' Nadia kembali mengernyit, semakin bingung."Maksudnya apa coba, yang aku udah tahu, tapi tak sembunyikan." Mencoba mengingat-ingat, tapi tak kunjung menemukan jawaban. "Embuhlah ( etahlah). Jarinya menutup aplikasi pesan, lalu mematikan haandphone dan beranjak setelah meletakkan benda persegi itu.
"Ngapain buru-buru?" tanya Anton saat Agus sudah berdiri, bersiap pulang."Kaya nggak tahu pengantin baru aja," timpal Heri."Kan udah lebih dari sebulan, trus baru juga jam segini, nongkrong dululah," tambah Anton."Mana bisa ninggalin mbak manis lama-lama Nton! Situ belum ngerasain sih, kalau sudah …." Imron menggantung ucapannya."Lupa sama kita, hahaha …." sahut Heri diiringi tawa."Apaan sih kalian. Tuh kontaknya, aku duluan." Melangkah, meninggalkan teman-temannya."Mentang-mentang masih baru! Setiap detik kangen terus sama yang di rumah," ucap Heri."Gus! Semalam si manis kamu bobol berapa kali?" tanya Anton, sudah maksud dengan arah pembicaraan teman-temanya."Iya, berapa kali Gus? Cerita bentar napa, jangan diempet sendiri." Imron mengerlingkan mata.
Merindukan orang yang pernah singgah di hati dan telah menemani, juga mewarnai hari yang tidak hanya dalam hitungan jam, melainkan sudah menetap pada tempat pertama, serta hampir dua tahun lamanya. Pasti akan sangat sulit jika mendadak diminta untuk melupakan. Walau sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bersikap biasa saja, seperti saat sebelum mengenal, tapi itu sangat tidak mudah, karena dipisahkan secara paksa itu menyesakkan dada.Misalnya seperti sepasang sendal yang setiap hari dipakai, tapi tiba-tiba yang sebelah hilang, pasti pasangannya akan merasa kehilangan karena seringnya dipakai bersama. Beda ceritanya kalau yang sebelahnya putus, kan bisa diakali dengan menyambung atau mencarikan pengganti, tapi itu pun akan terasa berbeda walau masih tetap bisa kembali berpasangan.Begitu juga dengan kisah cinta yang tengah dialami Dimas Nugraha. Hubungan cinta pertamanya dengan gadis pemilik senyum manis yang sejak pertama jumpa sudah mencuri perhatiannya kini telah jauh, serta haru
Tangannya bergerak ingin merekatkan dekapannya, namun yang terjadi selanjutnya tangan itu seketika berhenti meraba-raba tempat pembaringan di sebelahnya yang ternyata sudah kosong. 'Deg' suara degub itu seketika memaksa penglihatannya untuk terbuka dan menepis jauh-jauh rasa kantuk yang masih ingin menguasai. Seklebatan kejadian dua malam berturut-turut membuatnya buru-buru bangun dari pembaringan.Ada rasa yang entahlah dan sedikit sulit dijelaskan jika mengingat kejadian yang telah membuatnya terjaga selama dua malam berturut-turut.Kejadiannya ketika baru beberapa menit memejamkan mata, ia samar-samar mendengar segukan Nayla yang dilanjutkan ucapan maaf berulang kali dengan diiringi lelehan yang telah membasahi wajah ayunya. LDia sempat panik dan bingung karena istri kecilnya tak kunjung membuka mata walau sudah dibangunkan. Syukur alhamdulillah pada akhirnya terucap walau dalam hati saat Nayla benar-benar berhenti segukan bersamaan dengan si penyiar radio yang sudah kembali memut
"Baru pulang?" tanya pak Kusdi yang baru berhenti, lalu turun dari motor."Nggeh Pak. Ngisi juga," jawab Agus sembari melihat jok motor pak Kusdi yang langsung dibuka.Pak Kusdi mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam toko, mungkin ingin membeli sesuatu sekalian mengisi bahan bakar kendaraannya."Pantesan yang di rumah keenakan ketemuan setiap pagi, tambah lengket juga ke adiknya. Lha ditinggalnya seharian sih, tiap hari pula. Ck." Berdecak dan menggeleng, lalu melanjutkan gumamannya. "Ndue bojo seh bocah yo ngonolah, seh kakean polah (punya istri masih remaja ya begitulah, pastinya kebanyakan tingkah). Hn, begituhlah kalau sudah menampik yang sudah jelas tahu ini-itu, tapi yang didapat malah bocah. Bocah ngono wae ko nggolekine adoh-adoh." Bu Wati dengan sengaja bergumam seperti itu serta sekilas melirik sinis saat Agus tengah memundurkan motor sebelum meninggalkan lokasi karena masih menunggu kembalian dari si penjual bensin. Meski hanya gumaman, tapi Agus sebenarnya mendengar se
"Kenapa bisa tumpah?" tanya Nayla sembari membalikkan panci berisi mie rebus yang telah tumpah diatas kompor. "Bisalah," sahut Andi sembari terus meniup jari tangannya yang masih terasa panas akibat memegang panci tanpa alas."Kok sampai pancinya tengkurep seperti ini," gumam Nayla pelan, tapi masih bisa didengar oleh Andi yang memang masih berdiri tak jauh jadi tempat Nayla berdiri. "Bisalah, kan tadi panas banget Nay," sahut Andi cepat.Mendengar sahutan Andi, Nayla langsung menoleh. "Ngangkatnya ndak pakai lap? Trus karena panas langsung pancinya kamu lempar?"Andi langsung mengangguk, sedangkan Nayla menggeleng. "Kan ada lap di dekat kompor. Kalau langsung kamu pegang emang panas banget. Ap .…""Ndak kepikiran, keburu laper Nay," sahut Andi cepat, memotong ucapan Nayla sembari melangkah, sepertinya ingin duduk. Nayla menghela nafas dan menggeleng mendapati tindakan ceroboh iparnya yang kini sudah mulai duduk. Lalu, mengambil segelas susu coklat yang sudah dibuat sendiri di ata
Dimas menghela nafas dan menggeleng ketika masuk kamar karena kembali mendapati pemandangan yang sama. Dian masih saja setia rebahan dari sebelum ia mandi hingga sekarang. Sudah jadi kebiasaan teman satu kamarnya itu kalau hari libur. Seperti pagi ini, bermalas-malsan sembari mendengarkan musik dari aplikasi Yu Kub. Walau menangis pilu hati ini Sayangku akan tetap abadi Sampai akhir masa kan kunanti Hanya kau yang aku sayangiPemuda yang sedang tengkurap di pembaringan itu ikut menyanyikan lagu yang sedang terputar. Sumpah mati bukan maksud di hati Tuk meninggalkan dirimu oh kasih Kumelangkah pergi karna janji Usah kasih engkau bersedih Cintaku suci … hanya satu untuk dirimu Ku percaya padamu … kasih ku akan menunggumuLanjutnya diikuti gerakan menikmati musik. Namun, Dimas justru diam ditempat begitu mendengar lirik, 'cintaku suci … hanya satu untuk dirimu.' Bibirnya pun siap bergetar andaikan tidak segera digigitnya kuat.Entah kenapa dengan hatinya yang begitu sensitif sa
'Katanya sudah dapat menantu cantik, rajin, baik, ini-itu ada semua, tapi anaknya kok masih jalan sama mantan. Itu si mantu masih ada yang kurang atau justu anaknya yang masih menginginkan mantan?''Mantunya tetangga yang sering kalian banggakan itu.'Ucapan bu Wati tadi, sebelum acara Istigosah yang rutin diadakan setiap hari Sabtu dimulai kembali berputar. Entah kenapa kalimat itu seolah-olah ditunjukkan padanya, sebab setelah perempuan paruh baya itu berucap, ibu-ibu yang lain pun saling berbisik dan bersusulan meliriknya. Bermacam ekspresi pun menghiasi wajah mereka. 'Sudah dapat menantu cantik, rajin, baik, serta ini-itu, ta-pi anaknya masih jalan sama mantan? Itu siapa ya?' Nayla bertanya-tanya dalam hati. Ia termenung dan mencoba mencerna maksud dari ucapan tetangganya itu.'Siapa yang sudah punya menantu sesuai yang diucapkan, tapi anaknya masih menjalin hubungan dengan mantannya?' Masih diulang karena tak kunjung menemukan jawabannya.'Kok setelah ibu yang tadi mengatakan ma
Ketiga pria dewasa itu saling pandang ketika teman satu profesinya turun dari kendaraan yang beberapa detik tadi berhenti, lalu disusul seorang perempuan.'Sama siapa dia?' Satu pertanyaan yang sama mewakili benak masing-masing. Mereka juga kompak mengernyit saat mengetahui siapa perempuan itu. "Siap-siap ada kehebohan," gumam Heri sembari melirik perempuan itu. "Lupakah kalau sekarang udah ada yang menanti," timpal Imron. "Kasihan, ban motornya bocor," ucap Agus sembari berlalu. "Kira-kira bakal ada kehebohan gak setelah ini?" tanya Heri setelah Agus benar-benar meninggalkan lokasi. "Entah," sahut Imron yang masih menatap laju motor Agus yang sudah sampai pinggir jalan. "Menurut kalian seandainya Agus beneran jadi sama ponakannya Budhe cocok gak?" tanya Heri lagi sembari melirik kedua temannya yang masih menatap ke jalan. Kedua pria dewasa di hadapannya kompak menggeleng. "Cocok sama yang sekarang sih, meski masih bocah, tapi tingkah laku dan pikirannya terlihat lebih dewasa.
[Lagi apa Na] [Sibuk gak][Balas dong Na][Pasti lagi sibuk, maaf kalau ganggu]Empat chat dari Faiz terkirim tiga puluh menit yang lalu baru Nayla buka. Ia menghela nafas setelah membaca. Sejak pertemuan mereka disuatu pagi, pemuda yang sampai saat ini masih menyimpan rasa cinta untuknya, serta belum tahu akan status yang sudah hampir empat bulan disandangnya ini telah ganti. Hampir setiap hari pemuda itu mengirim pesan padanya, entah tanya kabar atau aktivitas. Tak hanya itu, karena tlah berulang kali ingin melakukan panggilan vidio, namun untuk ajakan itu berhasil ditolak dengan berbagai alasan yang sekiranya bisa meredam rasa penasaran.Mungkin kesempatan bertemu yang memang hanya sebentar bagi pemuda itu terasa belum cukup, serta beberapa pertanyaan khusus untuknya masih menggantung jawabannya. Maka dari itu, Faiz selalu saja meluangkan jarinya beberapa detik untuk mengetik sesuatu yang sepele tapi mampu membuatnya berdebar kala langsung mendapat tanggapan dan merasakan sensasi
'Dimana ya?' Meneliti jejeran barang yang tertata rapi pada rak di hadapannya.Siang ini Nayla tengah belanja di toko Sedanten, toko yang paling besar dan serba ada di desa suami untuk kedua kalinya. Bukannya toko terdekat tidak ada barang yang dituju, tapi sekalian nebeng Andi yang ingin ke counter beli paket data, serta di sini lebih lengkap.Apa yang ingin dibeli sebenarnya sudah semua, tinggal satu pesanan Andi yang belum ketemu. 'Di situ ternyata.' Terlihat lega setelah menemukan apa yang tengah dicarinya. Namun, saat tangannya terulur, hendak mengambil barang yang sejak tadi dicarinya seketika sudah dalam genggaman tangan orang lain. Setelah diam di tempat beberapa detik, tangannya yang masih terulur itu ditarik. Menyempatkan diri menoleh dan mengulas senyum pada seseorang yang ada di dekatnya. "M-mbak, kasir yang kemarin ya?" tanya Nayla pada seseorang itu. Yang bersangkutan perlahan mengangkat wajah, tapi diam saat bertemu tatap dengannya."Sampean itu yang jadi kasir di tok
'Ternyata cocok juga pakai kemeja ini, kelihatan lebih muda, balik lagi kaya dulu,' batin Agus memuji diri sendiri. 'Pinter tenan istriku milihin baju,' lanjutnya sembari terus menatap pantulannya pada cermin sembari jemarinya memasukkan kancing pada lubangnya. "Eh, samaan ternyata. Sengaja ya?" ucapnya ketika Nayla sudah berdiri di dekatnya, sedang menyisir rambut. 'Eh. Kok malah kembaran begini ya?' Melirik pakaian yang tadi dipilihnya untuk sang suami ternyata warnanya sama-sama biru muda dengan yang dipakai. Ia menghembuskan nafas lega saat melirik bawahan yang dipakai beda warna. "Dek. Mas, pakai pakaian begini kelihatan seperti anak muda lagi kan?" Membusungkan dada serta menirukan gaya ala anak remaja sedang tebar pesona. "Selama ini merasa udah tua? Atau Mas pakai baju seperti mbah-mbah," sahut Nayla asal tanpa melihat suaminya."Sudah ndak malu lagi ya?" bisik Agus tepat di samping Nayla diiringi senyuman. "Mau mulai lagi? Nanti ndak jadi pergi lho." Memundurkan waja
Tangannya bergerak ingin merekatkan dekapannya, namun yang terjadi selanjutnya tangan itu seketika berhenti meraba-raba tempat pembaringan di sebelahnya yang ternyata sudah kosong. 'Deg' suara degub itu seketika memaksa penglihatannya untuk terbuka dan menepis jauh-jauh rasa kantuk yang masih ingin menguasai. Seklebatan kejadian dua malam berturut-turut membuatnya buru-buru bangun dari pembaringan.Ada rasa yang entahlah dan sedikit sulit dijelaskan jika mengingat kejadian yang telah membuatnya terjaga selama dua malam berturut-turut.Kejadiannya ketika baru beberapa menit memejamkan mata, ia samar-samar mendengar segukan Nayla yang dilanjutkan ucapan maaf berulang kali dengan diiringi lelehan yang telah membasahi wajah ayunya. LDia sempat panik dan bingung karena istri kecilnya tak kunjung membuka mata walau sudah dibangunkan. Syukur alhamdulillah pada akhirnya terucap walau dalam hati saat Nayla benar-benar berhenti segukan bersamaan dengan si penyiar radio yang sudah kembali memut