****
Kelopak mata Kenan berkedut. Dia merasa heran saat melihat kamar yang dia tempati. Dia duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Dia sedang asik menelusuri kamar ini.
Apa yang sedang dia lakukan disini? Mengapa dia tidak bisa mengingat apapun. Kenan memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia berusaha untuk mengingat segalanya. Hingga akhirnya dia ingat kalau dia telah meninggalkan Oceana sendirian diapartment.
Apa yang dia lakukan? Mengapa dia meninggalkan Oceana sendiri dengan keadaan Oceana yang belum pulih. Dia tidak bisa terus berada disini, dia harus kembali dan menemui Oceana.
Saat kaki Kenan sudah menginjak lantai. Pintu kamar terbuka menampilkan seorang gadis yang sedang memakai baju rumahan. Kenan mengingat gadis itu.
Kenan berdiri dan gadis itu langsung menghampiri Kenan dengan senyuman manisnya. "Aku pikir kamu belum bangun. Aku udah buat sarapan. Kita sarapan dulu yuk!" ajak gadis itu yang dengan berani nya me
**** Oceana berjalan dengan santai dikoridor sekolah. Suasana koridor sekolah saat ini tidak bisa dikatakan ramai atau sepi, karena ada beberapa orang yang sekedar nongkrong dan lewat. Ditangan Oceana terdapat beberapa buku, dia memeluk buku itu. Oceana terus berjalan dengan sesekali tersenyum kepada orang lain sebagai sapaan. Oceana berbelok dan membuka pintu perpustakaan. Hawa dingin menyambut Oceana, perpustakaan memang tempat yang sangat nyaman. Oceana masuk dan menghampiri meja ibu penjaga perpustakaan—ibu Zia. Dia tersenyum dan menyapa bu Zia dengan ramah. "Selamat pagi menjelang siang bu Zia!" sapa Oceana dengan ceria. Bu Zia terkekeh melihat tingkah ceria Oceana. "Saya bingung harus balas sapaan kamu gimana," sahut bu Zia sambil terkekeh. Oceana ikut terkekeh, dia menyodorkan buku-buku yang dia bawa tadi. "Nih buk Ana balikin buku yang kemarin Ana pinjem," ucap Oceana. Bu Zia mengambil buku-buk
**** "Semalam Dera jalan-jalan bareng Bryan...." Oceana dan Zanna yang mendengar perkataan Adera menghentikan langkahnya dengan wajah tak percaya. "Serius?" tanya Oceana yang terkejut. "Enggak mungkin, palingan lo halu!" kata Zanna tajam. Adera yang mendengar itu langsung menggeleng dengan cepat. "Enggak Zanna, Dera enggak bohong semalam emang Dera jalan-jalan bareng Bryan." Zanna berusaha menahan tawanya saat melihat wajah tak terima Dera, dia sengaja mengatakan hal itu. Oceana yang tahu kalau Zanna mengerjai Adera pun hanya mampu manggelengkan kepala. "Iya iya udah, kami percaya kok," ujar Oceana. Mereka kembali melanjutkan langkah menuju ke kelas, mereka baru saja dari kantin menghabiskan waktu bersama sama lelaki sedikit pun. Zanna merangkul bahu Adera, dia menatap Adera dengan tatapan menggoda. "Kalian ngapain aja semalam?" goda Zanna sambil menarik turunkan alis nya. Pipi Adera memerah, Ocean
**** Kenan membenarkan telak jam tangannya. Dia terlihat sangat tampan malam ini dengan balutan jas berwarna hitam dan rambut yang ditata rapi, sangat terlihat berwibawa. Kenan menatap pintu kamar Oceana, sedari tadi Oceana belum juga keluar. Kenan menghela napas dia berjalan kearah kamar Oceana lalu membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Rahang Kenan mengeras, tangannya terkepal marah. Dia berjalan dengan cepat kearah Oceana yang tengah berdiri didepan cermin. Oceana terkejut saat Kenan membalikkan tubuhnya dengan kasar. Anting yang akan dia pakai jatuh kelantai. Oceana menatap Kenan dengan bingung. "Maksud kamu apa pakai dress kayak gini!!" tanya Kenan setengah berteriak. Oceana menatap dress yang dia pakai. Short dress berwarna merah dengan belahan dada panjang dan berlengan panjang. "Kenapa sih Lio?" tanya Oceana bingung. "Kamu tanya kenapa? Kamu mau pamer payudara?! Mau pamer paha?
**** Semua orang berkumpul diruang tamu apartment milik Kenan. Mereka semua tengah berpikir mengapa semua ini terjadi pada Oceana. Zanna dan Adera keluar dari kamar Oceana kemudian duduk disofa. Kenan menatap mereka berdua, ia telah menyuruh mereka untuk menggantikan pakaian Oceana dan mengecek keadaan Oceana. Zanna menghela napas dan tersenyum. "Oceana udah bangun tadi tapi dia masih shock jadi kita suruh dia buat istirahat lagi," kata Zanna. Kenan mengangguk. Tatapan mereka semua tertuju pada satu titik dimana Bryan datang dengan napas ngos-ngosan dan keringat yang bercucuran. Adnan mengepalkan tangannya. Dia bingung sekaligus marah dengan Bryan. Jangan kalian pikir Adnan tidak melihat Bryan yang tengah berbincang dengan Romeo, dia melihatnya dengan sangat jelas. Dan dimana Bryan saat lampu gantung itu hampir mengenai Oceana?. Adnan bangkit dia berdiri didepan Bryan dan menatap nya dengan tajam. "Dari mana a
**** "Rencana kita gagal!" Romeo mendesah kecewa karena rencananya yang gagal. Dia menatap lelaki yang duduk dihadapannya, saat ini mereka tengah berada di restoran dan memesan ruangan vip. Lelaki itu tersenyum miring, lalu menggeleng. "Tidak, kita tidak gagal namun kita sudah berhasil maju satu langkah didepan Kenan," ucap lelaki itu membuat Romeo bingung. Romeo tersenyum meremehkan lelaki itu. "Berhasil? Lo gila!" hardik Romeo dengan kesal. "Santai," ujar lelaki itu sambil meminum kopi yang dia pesan. Romeo menghela napas, dia menyenderkan tubuhnta pada sandaran kursi dan menatap lelaki itu malas. "Lo nyuruh gue santai? Seperti nya lo emang udah hilang akal." Romeo memainkan handphonenya. "Lo yang udah hilang akal, dan lo juga yang bodoh. Lo terlalu teledor hingga tidak sadar kalau Bryan berniat ngorek informasi dari lo," kata lelaki itu membuat Romeo mendongak. "Hah? Enggak ... Itu enggak mungkin," sangka Romeo
**** Sudah dua hari Oceana dikawal oleh bodyguard, bukan hanya mengawal nya dan menjaganya namun bodyguard itu juga menjadi pelayan Oceana. Walaupun sudah ada bodyguard, Kenan dengan Bryan dan teman-temannya yang lain tetap berada didekat nya dan menjaganya. Mereka juga terkadang menyuruh bodyguard untuk melayani mereka. Oceana menyandarkan tubuhnya pada bahu Kenan, dia sibuk memandangi daun yang berada dipohon yang sedang ditiup oleh angin. Oceana tengah menunggu salah satu bodyguard nya membawakan jus apel untuknya. Kenan merangkul tubuh Oceana dan mencium pucuk kepala Oceana, ditaman ini hanya ada mereka berdua. Saat ini guru sedang mengadakan rapat maka dari itu mereka tidak belajar. Oceana ingin ketenangan dan Kenan membawanya ke taman sekolah dan tidak membiarkan orang lain berada disini selain mereka. Bodyguard yang ditunggu-tunggu akhirnya datang dengan membawa secangkir jus apel dengan beberapa cemilan.
**** Bryan bingung dengan Kenan. Bisa-bisanya Kenan membiarkan Oceana pulang bersama dengan Romeo dan mereka hanya bisa melihat Romeo membawa Oceana. "Gue bener-bener enggak habis pikir sama lo Ken, lo tahu kalau Romeo yang berniat untuk mencelakakan Oceana tapi lo malah biarin dia pergi sama Romeo. Lo bener-bener gila," ucap Bryan. Kenan menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Kenan terkekeh dan berkata, "Biarkan saja. Romeo tidak akan pernah bisa mendapatkan Oceana." Bryan berdecak sebal. "Seyakin apa lo?" tanya Bryan meremehkan. Kenan terkekeh dan menatap Bryan. "Lo enggak percaya sama gue?" tanya Kenan tak percaya. Bryan memutar bola matanya malas. Bryan kembali menatap kearah jalan dan terkejut saat melihat Romeo kembali melintasi jalanan sekolah. "Kenapa Romeo balik ke jalan sekolah? Bukannya dia habis nganterin Oceana? Seharusnya dia langsung pulang kan, itu kan satu arah kerumah dia," tanya Bryan berun
**** Kenan bersandar didinding menatap Oceana yang duduk disofa, saat ini mereka telah berada diapartment Kenan setelah pemakaman Romeo. Oceana terus menangis dan tidak ingin berbicara dengan Kenan dan Bryan. Bryan menatap Kenan lalu menghela napas saat melihat Kenan dan Oceana hanya berdiam diri tanpa memulai pembicaraan. Bryan bangkit dan menatap Oceana yang masih menangis. "Na ... Lo masih berfikir kalau Kenan yang udah bunuh Romeo?" tanya Bryan yang sudah muak dengan situasi ini. Oceana mendongak menatap Bryan kemudian mendecih jijik dan membuang mukanya kearah lain. Bryan menggeram melihat pertanyaannya diabaikan. Bryan berjalan mendekati Oceana dan mengguncang tubuh Oceana dengan kuat. "Sadar Na sadar! Lo udah masuk jebakan. Lo tahu kalau lo terus menyalahkan Kenan atas semua ini maka lo akan kehilangan Kenan untuk selamanya! Kenan bisa mati kalau lo terus kayak gini!" teriak Bryan tepat diwajah Oceana. Adera be
Hai, semuanya! Makasih buat yang udah baca cerita aku ini. Aku enggak tahu harus bilang apa lagi. Pokoknya makasih banyak udah luangin waktu kalian cuma untuk membaca cerita ku ini. Jujur sebelumnya aku enggak yakin kalau cerita aku ada yang baca, tapi berkat dukungan dari segala pihak aku bisa yakin dan kembali semangat buat tamatin cerita ini. Banyak suka duka yang aku lewati. Banyak pembelajaran dan dilema yang aku dapatkan dalam pembuatan cerita ini. Harapan aku ke depannya cerita ini akan menjadi trending dan diminati banyak orang. Semoga cerita ini bermanfaat bagi banyak orang. Dan ya, kalau ada kata-kata yang tidak disukai aku minta maaf yang sebesar-besar nya. Aku mohon untuk tidak mengikuti ataupun mencontoh adegan berbahaya dan yang tidak pantas di dalam cerita ini. Cukup ambil sisi positif nya saja. Aku enggak mau banyak bacot, jadi sampai sini aja sampai jumpa dicerita aku selanjutnya!! Byee
****Setelah menempuh perjalanan cinta yang panjang, akhirnya hari sakral bagi kedua kekasih tiba. Hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih untuk menempuh kehidupan pernikahan.Berpacaran lama dan menghabiskan waktu bersama ternyata tidak dapat menghilangkan rasa gugup dan malu bagi Kenan dan Oceana.Seperti saat ini di kamar rias Oceana. Oceana terlihat sangat gugup dan berulang kali mengipasi wajahnya."Na, santai dong!" Zanna terkekeh melihat wajah pucat Oceana.Oceana mendengus sebal. "Ini AC nya kalian matiin ya?" tanya Oceana yang terus mengipasi wajahnya.Adera, Zanna dan Vanetta saling tatap, kemudian mereka tertawa dan membuat Oceana menatap mereka tajam. "Kenapa kalian ketawa?" tanya Oceana dengan kesal.Mereka bertiga menggeleng sambil menahan tawa. "Lo udah siap? Pernikahan akan di lakukan sebentar lagi," kata Vanetta sambil menatap wajah Oceana dari cermin.Oceana menghela napas
****Setiap malam minggu semua orang selalu berkumpul di rumah Kenan. Mereka berbincang, berpesta dan bercanda bersama."Om, Fio mana?" tanya Lalisa sambil menatap ke kanan dan ke kiri. Mereka semua terkejut mendengar pertanyaan Lalisa, mereka baru sadar kalau ternyata Fiorella tidak ada di rumah."Lah iya ya, gue baru sadar," ucap Adnan sambil menyengir.Kenan meminum jus anggur nya. "Dia sama mommy nya," jawab Kenan membuat mereka semua melongo."Mommy? Maksud lo Oceana?" tanya Galan terkejut. Kenan mengangguk. "Kok bisa?" tanya Galan lagi."Gue kasih Fio sama dia," jawab Kenan membuat mereka mengerti."Tadi Dera lihat rumah Oceana gelap, sepi juga," kata Adera sambil menatap mereka semua."Iya, Oceana bawa Fio kemana?" tanya Zanna kepada Kenan. Kenan hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh."Gue capek diikuti terus sama Fio. Mumpung mommy nya ada disini jadi ya udah gue kasih sama d
****"Apa klien nya masih lama Ryan?"Kenan bertanya sambil menyuapi es krim kepada Fiorella. Hari ini dia ada pertemuan khusus di sebuah Cafe. Seperti biasa Fiorella selalu ikut dengan nya dan hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi klien nya."Sebentar lagi tuan," jawab Ryan yang fokus dengan handphonenya tanpa menatap Kenan.Kenan mendengus sebal dan kembali menyuapi es krim kepada Fiorella. "Dad, Fio mau makan pudding nya," ucap Fiorella sambil menunjuk sebuah pudding.Kenan mengambil pudding itu tanpa bertanya milik siapa. Dia menyuapi pudding itu kepada Fiorella yang sudah menunggu dengan perasaan senang.Ryan menghela napas dan menegakkan tubuhnya. Dia menaruh handphone miliknya di atas meja. Dahinya berkerut saat merasa kehilangan sesuatu. Dia menatap Kenna dan Fiorella, matanya langsung melotot saat melihat apa yang dia cari."Heh! Itu pudding punya om!" teriak Ryan dan menarik piring pudding itu.
****Suasana sunyi di rumah baru ini membuat Angelo merinding. Dia berjalan kearah dapur untuk sarapan, kebiasaan angelo adalah sarapan sebelum mandi.Angelo terdiam saat tidak menemukan siapapun atau apapun. Angelo berdecak sebal saat Oceana belum memasak apapun.Angelo berjalan menuju kamar Oceana. Saat tiba dia langsung masuk ke dalam dan tidak menemukan siapapun. Angelo menggeram dan memilih untuk mencari Oceana lagi.Saat melewati balkon utama di lantai dua, langkah kaki angelo berhenti. Di sana dia melihat Oceana yang sedang serius menatap ke depan. Tak butuh waktu lama angelo langsung menghampiri Oceana."Kakak ngapain sih di sini?! Aku lapar loh ...," rengek Angelo, namun tidak mendapatkan respon.Angelo yang kesal pun ikut menatap apa yang sedang di lihat oleh kakaknya itu. Angelo menutup mulutnya terkejut saat melihat Kenan yang tengah memberikan Fiorella kepada Vanetta. Ya, angelo tahu mereka semua karena O
3 tahun kemudian *** BRAK!! BRAK!! BRAK!! PROK!! PROK!! Kenan menutup telinganya dengan bantal karena suara yang begitu berisik. Dia menggeram saat suara berisik itu semakin besar dan nyaring. Suara tawa anak-anak menghancurkan tidurnya. Kenan menghela napas dan dengan terpaksa membuka matanya. Dia menatap sekeliling kamar dan menghela napas saat tak menemukan siapapun. Kenan turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kearah tirai. Kenan membuka tirai itu dan tidak menemukan apapun, dia menghela napas kesal dan membalikkan badannya menatap sekeliling kamarnya. "Sayang ...," panggil Kenan sambil berjalan menuju sebuah lemari yang berisi mainan. Kenan membuka pintu lemari itu dan tetap tidak menemukan siapapun. Kenan menghela napas bersabar. "Kamu dimana sih?! Cepat keluar!" titah Kenan namun hanya di sambut oleh suara tawa. Kenan mengantuk, dia lelah dan ingin tidu
****4 tahun kemudianKehidupan Kenan berlalu begitu saja bahkan dia tidak merasakan waktu berjalan begitu cepat. Kini dia telah memiliki perusahaan sendiri yang dia bangun sendiri dengan kerja keras dan harapan tentang Oceana. Kenan juga sudah lulus kuliah dengan cepat.Kenan berdiri di dekat jendela kaca yang berada di ruangan nya. Dia menyereput kopi hangat dengan pelan, lalu menatap ke luar jendela. Dia menghela saat harapannya tidak pernah tercapai.Semua tak terasa seperti berjalan dengan begitu cepat. Oceana sudah pergi selama 4 tahun. Di pikiran Kenan saat ini, apa Oceana–nya akan kembali?Kenan menghela napas dan berjalan menuju meja kerja nya. Dia duduk di kursi dan mengambil foto Oceana yang terleltak diatas meja kerjanya."Honey, kamu dimana? Kamu tahu? Sebentar lagi kak Raquel akan melahirkan, aku udah sabar buat gendong keponakan aku." Kenan menatap foto itu dengan tatapan lembut.Soal Raquel, mem
****Dua bulan berlalu semenjak kepergian Oceana. Dihari itu, Kenan pulang seperti tanpa jiwa. Dia lebih banyak diam dan membatasi diri.Kenan mengunci diri di dalam apartemen nya. Mematikan handphone, sehingga tidak ada yang bisa menghubungi nya. Semua orang setiap harinya memasukkan surat dari celah pintu untuk mengabari atau sekedar menanyai kabarnya.Kenan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari keberadaan Oceana, namun semua usaha nya gagal. Dia tidak dapat menemukan Oceana bahkan semua data tentang Oceana dan keluarga hilang bagaikan di telan bumi. Oceana benar-benar pergi dari nya dan tak akan pernah kembali.Hidup Kenan sekarang hancur, dia tidak memiliki tujuan lagi. Tidak tahu harus melakukan apa. Meminum alkohol, merokok dan makan sekali sehari sudah menjadi rutinitas Kenan saat ini.Bel apartemen berbunyi dan menandakan bahwa seseorang baru saja mengirim nya surat. Kenan mengucek matanya dan menggeliat di
****"Oceana salah. Seharusnya —""TUNGGU!!"Semua orang terkejut saat ada seseorang yang menghentikan ucapan Oceana. Mereka melihat kearah pintu, disana terdapat papi Galan yang berdiri di barisan depan bersama dengan istri dan putranya, namun yang membuat bingung dibelakang mereka juga terdapat Vanetta.Papa Kenan maju mendekati sang adik dengan bingung. "Gilbert, ada apa ini?" tanya papa Kenan kepada papi Galan."Kakak, aku mau Kenan bertanggung jawab," ucap papi Galan membuat semua orang terkejut.Oceana memilih untuk menjauh dan mendekati kedua orang tuanya. "Kamu tenang sayang, semua pasti akan baik-baik aja," ucap mama Oceana menenangkan Oceana. Oceana hanya tersenyum dan kembali menatap ke depan."Bertanggung jawab untuk apa?" tanya papa Kenan tidak mengerti."Vanetta," panggil papi Galan. Vanetta berjalan maju dengan kepala yang tertunduk."Jangan takut sayang, papi ada disini