Kejadian ini sudah berlangsung cukup lama. Sekitar enam tahun yang lalu, jauh sebelum Adit menikahi Reina. Dulu, kisah cintaku dengan Deva harus kandas oleh sebuah kenyataan pahit bahwa ternyata dia adalah seorang kekasih perempuan bernama Yosi. Dan juga saat itu aku sengaja meninggalkannya sendiri adalam keadaan dia yang baru saja sadar dari sbuah tragedy kecelakaan yang harus membuatnya koma beberapa bulan. Aku yakin, dia bisa hidup bahagia dengan Yosi, tidak denganku.
Jika mengingat itu rasanya aku ingin merutuki diriku sendiri karena sampai saat ini aku masih belum berutung dalam dunia percintaan. Bahkan sampai darah daging Adit kini telah tumbuh dewasa.
“Nur, kok malah ngalamun,” tegur Ibu ketika aku masih terdiam diambang pintu kamar.
Tak heran jika saat ini aku memang terlihat sangat terkejut karena kisah kelamku dengan Deva sudah kututup rapat enam tahun yang lalu. Entah bagaimana bisa saat ini dia kembali hadir dan mencariku? A
Janda Terhormat (23)'Dddrrttt'Fokusku teralihkan oleh getar ponselku. Aku yang semula masih menginjak pedal gas kuat kini mulai kukendurkan. Rasanya tak baik jika aku mengakhiri hidupku hanya karena sebuah masalah di dunia yang pasti ada jalan keluarnya.Lagi pula, masa depanku masih panjang. Dan sebelum ini aku sudah pernah berhasil melewati badai, sangat terlihat buruk jika justru setelah badai aku baru ingin mengakhiri hidupku.Kulirik sekilas nama yang tertera di layar ponsel ketika aku telah berhasil menyetabilkan kecepatan mobilku. Mungkin Della, dia paling tidak sabar jika aku hendak ke rumahnya.Namun bukan, melainkan Adit.Aku memutar bola mata malas, bukan ingin bermusuhan lagi dengannya, tapi rasanya berurusan dengan Reina terasa sangat menjemukan.Kutepikan mobilku, lalu menekan tombol hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga."Ya, hallo.""Nurma, kamu dimana? Apa kamu disakiti oleh Reina?"A
Janda TerhormatPart 24..Pov Adit“Aaaarrrgghh”Aku berteriak kencang ketika Nurma mengataan hal yang sangat mengejutka, dimana dia memintaku untuk kembali pada Reina dan menjauh darinya. Ini bukan perkara mudah, aku menunggu saat-saat ini tiba sudah terlalu lama, dan sekarang saat semua seakan sudah di depan mata aku harus melepaskannya begitu saja? Ah, rasanya sangat berat, bukan?Reina … dia adalah wanita yang kunikahi sekitar enam tahun yang lalu, jauh saat duniaku dan Nurma seperti ini. Dulu, aku dan Nurma sangatlah jauh, bahkan saat kami kembali dipertemukan oleh takdir. Saat itu, sebuah keegoisan saling terpendam dalam hati kami masing-masing.Meski kami ditempatan salam satu pekerjaan dan tempat yang sama, tapi aku sama sekali tidak menganggapnya ada hingga akhirnya aku memutuskan menikahi Reina karena desakan kedua orang tuaku.B
Janda Terhormat (25)[Bu, adek kecelakaan. Saat ini kami ada di rumah sakit]Satu pesan dari pengasuh Shima membuatku tertegun. Tak hanya satu pesan, ada beberapa pesan dan tiga panggilan tak terjawab masuk ke dalam ponselku.Aku memang baru bisa memegang ponsel usai disibukkan oleh pekerjaanku yang belum selesai. Namun, tak kusangka jika panggilan yang sejak tadi masuk adalah dari pengasuh Shima.TriinnggSatu pesan lagi masuk ke dalam ponsel. Kali ini pun masih dari orang yang sama.[Tolong, Bu. Kemari lah. Bapak sangat terpukul, terlebih begitu suster rumah sakit memintanya untuk segera mencari donor darah.]Kedua mataku membeliak. Donor darah katanya?Gegas kubereskan semua peralatan kerjaku, lalu menekan tombol hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinga. Dadaku seketika berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Antara khawatir, dan janjiku yang tak ingin menemui Adit atau pun Shima lagi jika bukan karena urusan
Janda Terhormat (26)..Dadaku kembang kempis ketika Adit berkata sedikit kasar padaku. Sebenarnya, Adit berkata seperti itu bukan karena marah, tapi mungkin aa rasa sakit dalam adanya ketika dia mengetahui sesuatu yang mungkin akan lebih menyakitkan untuknya.“Baik. Aku paham dengan perasaanmu, tapi bukankah alangkah baiknya kamu tetap menghubunginya? Karena bagaimanapun Shima adalah anak Reina.”Dia masih terdiam ketika aku mengajaknya berbicara. Bukan perkara mudah menjalani posisiku saat ini karena semuanya sangat di luar batas kesabaran orang biasa.Dengan santainya dia justru duduk tanpa menjawab pertanyaanku. Sepertinya dia tengah memikirkan apa yang baru saja kukatakan. Dia memang tak seharusnya sekeras kepala itu.Sekitar sepuluh menit aku membiarkannya duduk termenung, sedang aku duduk di samping pengasuh Shima yang juga mulai terlihat tenang. Shima harus sembuh, d
Janda Terhormat (27).."Temuin kamu, lah. Masa ngapain," jawab Deva dengan kekehan kecil.Aku masih terpaku sampai dia duduk di sampingku. Tak kusangka, dia masih sama seperti dulu. Sangat sama."Em ... Paling bentar lagi aku juga mau pulang," kataku kemudian."Emang kamu ngapain di sini?"Aku menghela nafas panjang, Deva memang belum tahu mengenai Shima dan semua kehidupannya."Shima, anak Adit kecelakaan. Aku kesini karena mereka nggak bisa dapat darah AB+.""Kamu donorin?"Kuanggukkan kepalaku. Meski saat ini suasana sedikit genting, tapi aku memang sedang tak ingin menceritakan banyak hal padanya. Nanti saja kujelaskan padanya jika suasana sudah mendukung."Nur, nanti malam temenin aku, yuk?" ucapnya seakan mengalihkan pembicaraan."Kemana?""Udah, ikut aja. Nanti kamu pasti bakal seneng," katanya lagi dengan senyuman lebar.Dasar Deva, dia memang paling bisa membuat kejutan untukku
Janda Terhormat (28)..“Aku masih ingat dengan keinginanmu beberapa tahun yang lalu. Mengenai keinginan untuk langsung dilamar tanpa acara pacarana dulu,” terang Deva atas keterkejutanku.Aku masih membeku, karena dia kembali di hidupku baru beberapa hari. Dan kini, dia menyatakan ingin langsung melamarku. Apa yang harus kulakukan? Senang, atau justru sedih?Rasanya, aku seperti diombang-ambingkan oleh perasaanku sendiri. Dulu, saat rasaku pada Deva telah sampai di dasar hati, ternyata dia membohongiku dengan telah memiliki Yesa di hidupnya. Dan kini, saat rasaku mulai nyaman dengan Adit, ada saja beribu cobaan yang seakan tak memperbolehkanku untuk bersamanya.Huufftt haahhhSepertinya Tuhan masih ingin membuatku lebih kuat dari sebelumnya, maka dari itu Dia selalu menghadirkan berbagai rasa di hatiku. Bukan perihal mudah juga dalam menjalani semua ini. Aku, yang usiaku
Janda Terhormat (29)Pov Reina..Hatiku seakan hancur tak berbentuk ketika mendapat kabar bahwa Shima baru saja kecelakaan dan kini berada di rumah sakit. Pengasuh Shima memberi kabar dengan sangat panik, membuatku pun menjadi sangat panik pula.Tanpa persiapan, aku lantas bergegas menuju ke rumah sakit tempat Shima di rawat. Harapanku hanya satu, semoga saja anakku baik-baik saja dan bisa segera pulih.Shima merupakan satu-satunya alasan yang bisa menyatukanku dan Adit. Tanpa anak itu, maka hubunganku dengan Adit sudahlah berakhir sejak dulu.Panik? Tentu saja. Dia darah dagingku, yang mana lahir dari rahimku. Sayangku begitu besar padanya meski dia tak tinggal bersamaku.Ada beberapa alasan yang membuatku tidak bisa menjaga Shima sendiri, salah satunya karena Adit melarangku untuk membawa Shima saat aku keluar dari rumahnya. Kejadian demi kejadian membuat hubunganku dengan Adit renggang, terlebih setelah hadirnya sosok
Janda Terhormat (30)Siang ini aku sudah duduk di Cafe Zen, tempat dimana Adit mengajakku bertemu setelah semalam kami membuat janji ingin membicarakan sesuatu. Ya, Adit bersikeras ingin mengajakku bertemu daripada menjelaskan lewat telepon."Bagaimana?" tuturnya memecah konsentrasiku.Aku masih terdiam, tubuhku seakan membeku saat kudengar penjelasan yang baru saja dia utarakan kepadaku. Bukan perihal tutur katanya, tapi waktu dan situasi yang sangat tidak tepat."Aku serius denganmu, Nurma. Mungkin kemarin aku begitu bodoh dengan tidak menyadari arti kehadiranmu. Aku terlalu sibuk dengan duniaku hingga sedikit mengabaikan rasaku padamu. Sebenarnya, bukan aku tidak memiliki rasa padamu sejak kemarin, tapi aku hanya bimbang untuk mengungkapkan semua ini padamu. Terlebih, semenjak kehadiran Reina yang semakin membuat fokusku terpecah. Di satu sisi, aku memikirkan psikis Shima yang menginginkan kedua orang tua biologisnya bersatu. Di sisi lain, aku juga ing