Romi's Boutiqe
Didalamnya terdapat Mazaya tengah mencoba baju yang telah ia pesan beberapa waktu lalu untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya di Jawa Timur. Ia tersenyum puas saat berdiri didepan kaca untuk melihat dirinya mengenakan balutan kain brukat dan dipadukan dengan rok batik rempel depan."Cantik say." Kata Romi si pemilik Butik."Banget Mas, aku suka. Mana warnanya juga cocok banget dikulit aku.""Sebenernya kamu itu cocok sama semua warna, kulit kamu putih bersih Say. Tapi kamu banyak gak pede nya.""Yah Mas, aku kan bukan model yang bisa pakai warna apa aja.""Gak harus jadi model buat percaya diri tuh.""Iya sih, ah udah aku mau ganti baju lagi."Mazaya berjalan kearah Ruang ganti, dengan bergegas mengganti kebaya itu dengan baju semula yang dikenakan saat berangkat ke Butik ini."Halo Pak Dokter ganteng, mau ambil baju batik ya?" Sayup - sayup terdengar suara Romi menyapa seorang pengKeluarga Burhan telah berada di Kota Tahu yaitu Kediri Jawa Timur, kota kelahiran Farida. Mereka menyalurkan kerinduan kepada semua Keluarga yang berkumpul, termasuk Panca - Ayah Farida."Yak apa ini kok Mazaya belum juga nikah? Disalip Kemuning kamu Nduk." Ujar Wiwin - Kakak Farida yang merupakan Bude Mazaya."Do'akan segera ketemu jodohnya Bude." Kekeh Mazaya."Memangnya yang kamu cari laki - laki kayak apa toh Nduk? Mumpung Eyang Kung belum nyusul Eyang Ti kamu.""Hus, Yang Kung gak boleh bilang gitu. In shaa Allah nanti kalau ada kabar baik pasti dikasih tau kok." Kata Mazaya sembari memeluk sang Kakek."Kamu gak berubah, nanti tau - tau kasih kabarnya dadakan.""Ya enggak dong Yang Kung, udah ya jangan dipikirin."***Didalam sebuah Ruangan seorang Dokter muda yang tengah memeriksa pasien sembari melakukan panggilan video dengan kekasih. Seorang Ibu hamil berusia lima bulan, mengalami Anemia ringan karena H
Sepergian Mazaya bersama Calon suaminya untuk ke Acara Hari Jadi Rumah Sakit, dibalik gorden jendela lantai dua Kediaman Burhan terdapat Mafaza bersama Eran dan Liam tampak mengamati disana."Ada Ayah Bunda didalem kenapa Gema gak ada pamit sama mereka?" Kata Mafaza sembari melipat kedua tangannya didepan dada."Lagi buru - buru mungkin." Kata Liam."Seburu - buru itu ya sampai - sampai gak bisa pamit ke Ayah sama Bunda? Ah gak respek, mendingan juga Daffa kemana - kemana." Gerutunya."Udah ah kenapa jadi banding - bandingin gitu sih Za?" Kali ini Eran terbawa dalam obrolan suami istri itu."Bukan gitu Mas, Ah pasti Mas Eran juga mikirnya sama kayak aku kan?""Ya Iya sih, tapi ya siapa tau yang dibilang Liam bener kalo Gema lagi buru - buru.""Halah kalian ini." Mafaza memutar kedua bola mata malas.Drap.. Drap..."Lagi bahas apa?" Burhan mendekati kedua putra putri beserta putra menantunya."F
"Pulang pesta kok jadi galau." Ledek Zafir.Pria itu saat ini tengah berada disebuah Cafe yang cukup ternama meski terbilang baru, bukan Cafe milik Gema namun milik orang lain dan pastinya tidak mereka kenal."Gue tadi ketemu Mazaya.""Gue tau.""Elo tau darimana?""Mazaya dateng ke Acara itu udah pasti bakal ketemu sama lo.""Ooo.. Lo juga udah tau dia dilamar orang lain?""Tau.""Kenapa gak kasih tau gue?""Gak semuanya bisa gue kasih tau ke orang lain termasuk elo Daf. Gue cuma mau elo tau sendiri tentang ini, gue udah gak mau lagi kasih tau ke orang yang bakal bikin orang itu merasa sakit. Kayak kejadian waktu elo sama Almarhumah Tunangan, hal itu cukup bikin Mazaya menderita sampai dia harus nerima lamaran dari pria lain.""Sebenernya gue gak masalah kalau Mazaya nerima lamaran pria lain, tapi --" Daffa ragu untuk melanjutkan perkataannya, ia hanya dapat memalingkan muka."Tapi ap
Suara dentuman musik memekikkan telinga, semua orang di area dance floor menggerakkan tubuhnya mengikuti irama."Katanya udah tobat, kok masih mau buat kesini?" Seorang wanita menghampiri pria muda yang tengah duduk diatas sofa."Lagi suntuk." Jawabnya singkat."Kangen gak sama gue?" Pria itu hanya melirik wanita disebelahnya dengan senyum smirk."Gue udah punya tunangan.""Beneran tobat nih setelah pulang umrah?""Hmmm..""Cewek mana? Anak - anak pada kenal gak?""Enggak. Gue kenal sama dia juga waktu umrah, kebetulan yang punya Travel bokap dia.""Cewek baik - baik nih, gak bisa diapa - apain dong.""Hmmm.. Makanya gue suntuk.""Gue ngerti arah obrolan lo, beneran kangen kan lo sama gue?""Kangen itu lo doang.""VIP masih ada yang kosong, mau?""Tapi gue gak bisa lama."Keduanya melangkah ke ruangan diujung lorong dengan berpelukan mesra dan si pri
Drap.. Drap.. Drap...Langkah kaki berjalan cepat menggema dilorong Rumah Sakit yang sangat sepi. Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, belum ada aktivitas lalu lalang di Rumah Sakit tersebut kecuali tenaga medis yang bertugas."Om, Tante. Gimana keadaan Mas Gema?" "Maafin Gema Mazaya, Maafin Gema." Wanita paruh baya memeluk erat Mazaya."Gimana keadaan Mas Gema Tante?" "Maafin Gema Mazaya." Hanya kata - kata itu yang lolos dari bibir Haniah - Ibu Gema. Sedangkan Burhan yang sedari tadi berdiri dibelakang Mazaya tengah menangkap sesuatu tidak beres pada situasi ini."Pak Rofiq, bisa kita bicara sebentar?" Kata Burhan."Baik Pak Burhan, saya akan menjelaskan semuanya sama Bapak." Rofiq mempersilahkan Burhan untuk berbicara dan menjauhi Mazaya serta Haniah.Disebuah ruangan, Burhan mendengarkan penjelasan dari Rofiq. Sungguh ia tidak mengerti lagi dengan situasi ini, bagaimana bisa Gema bersama wanit
Daffa dengan sigap menangkap tubuh Mazaya saat wanita itu ambruk, Farida panik saat mengetahui putri bungsunya tidak sadarkan diri. Burhan meminta Daffa untuk membawa Mazaya ke kediamannya, Daffa menurutinya dan ia bergegas menginjak pedal gas untuk menuju Kediaman Burhan.Sesampainya disana Mazaya tengah terpasang infus ditangan kanannya, Daffa memberinya vitamin karena mengingat kondisi wanita itu."Gimana keadaan Mazaya?""Alhamdulillah cuma karena capek aja Bu.""Alhamdulillah, makasih banyak Nak Daffa sudah membantu kami buat urus Mazaya. Selama ini kami sudah sering merepoti Nak Daffa." Kata Farida."Anggap saja saya Dokter pribadi Mazaya Bu, jadi jangan sungkan.""Dokter cinta." Celetuk Mafaza dan mendapat peringatan sorotan tajam dari Burhan."Gimana sama pemakaman Gema Yah?" Tanya Farida saat sang Suami dan Putra sulung serta Zafir baru sampai di Kediamannya."Kayak pemakaman pada umumnya. Ayah sudah sa
Keadaan Ruang VIP lima terdengar gaduh, seorang pasien wanita menangis histeris ketika mendengar kabar duka mengenai pria yang mengalami hal naas bersamanya. Pasangan paruh baya yang merupakan kedua orang tua wanita itu hanya pasrah ketika melihat keadaan putri bungsunya. Ia benar - benar tidak menyangka jika sang putri akan mengalami hal ini. "Sus, keadaan mental putri saya sepertinya sedang tidak baik - baik saja. Apa harus ditangani oleh Psikiater?""Hanya Dokter yang bisa memutuskan Pak, saya tidak memiliki wewenang untuk mendiagnosa putri Bapak dan Ibu." "Baik, nanti akan saya tanyakan langsung dengan Dokter yang menangani. Terima kasih Sus.""Sama - sama, saya permisi.""Ma, Pa gimana keadaan Kirana?""Sudah mulai tenang karena efek obat dari Perawat. Infus sempat lepas karena Kiran terus menerus histeris.""Astaghfirullah.. Apa jadi Papa ketemu Keluarga Gema?" Vinta - Putri sulung kedua paruh baya itu
Acara tujuh hari Gema dilaksanakan dengan khidmat, Keluarga besar mengadakan khataman di Kediaman Rofiq. Suasana pun cukup kondusif, terlebih keadaan Haniah - sang Ibu sudah tidak lagi meratapi kesedihan meski wajah sembab masih tergambar jelas.Burhan, Istri dan Putra Putri beserta menantu tengah berada didalam kediaman itu. Keadaan Mazaya sudah jauh lebih membaik, meski pikirannya diliputi oleh beberapa pertanyaan mengenai kejadian yang menimpa Gema. Pasalnya hingga saat ini pun ia belum mendengar kronologi kecelakaan yang membuat calon suaminya merenggang nyawa."Karena kedua pihak Keluarga kita sudah berkumpul, izinkan saya mengatakan sepatah dua kata untuk mewakili Gema." Rofiq membuka obrolan ketika kedua belah pihak Keluarga berkumpul disuatu Ruangan.Mazaya meremas jemari ditangannya, entah perasaan apa ini. Yang pasti jantungnya berdegup kencang, dan seolah akan ada sesuatu yang menyakitkan. Bukan satu atau dua kali ia mendapati suasana seperti in