Share

Chapt 33

Penulis: Mizu Chan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Satu minggu setelah mendapatkan informasi dari Daffa mengenai Giana, Zafir ditunjuk sebagai Jasa Penegak Hukum dalam kasus yang dialami oleh Mazaya. Ia meminta pihak kepolisian yang berwenang untuk menginterogasi lebih lanjut kedua tersangka. Dan mereka mendapatkan pengakuan terbaru yaitu, Ratu melakukan tindakan kriminal tersebut bukan semata - mata karena dendam melainkan ia hanya mengikuti perintah Giana. Pasalnya Ratu memiliki hutang kepada Giana sebesar dua ratus juta, jika ia tidak mengikuti perintah Giana maka wanita itu mengancam untuk meminta uang dua ratus juta tersebut dalam waktu dekat.

Ratu tidak memiliki uang sebanyak itu, terlebih saat bermain slot ia selalu saja kalah telak. Judi memang selalu saja membuat si pemain ketagihan akibat rasa penasaran, ketika ia menang pasti akan mencoba kembali agar mendapatkan hasil lebih. Setelah mencoba, bukannya menang justru ia akan terus menerus kalah hingga pada akhirnya menghabiskan uang yang ia miliki, bahkan sampai be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 34

    Mufid menerima panggilan entah darimana asalnya, raut wajah tenang tergambar jelas. Kemudian sesekali melirik kearah Sang Istri serta Kedua putranya yang tengah menikmati waktu kebersamaan di Ruang Keluarga. "Waktu kamu tinggal satu minggu lagi Daf.""Astaghfirullah Abi perhitungan banget sih sama anak sendiri." Bukan Daffa, namun Maryam yang menjawab."Abi cuma mau mengingatkan Daffa aja Mi. Dihari itu juga kita akan pergi ke Rumah Pak Zainal untuk meminang Ratih. Tidak ada bantahan!""Abi atur saja." "Tuh kan anakmu nurut, memang benar kan kalau wanita itu tidak mau dinikahi?""Abi, jangan bahas itu. Daffa udah nuruti semua keinginan Abi.""Bukan keinginan Abi Daf, tapi demi kamu.""Ya terserah apa kata Abi, yang penting Daffa sudah mengikuti Abi.""Umi tadi abis bikin kue loh, cobain dong." Maryam mengalihkan ketegangan diantara dua pria berbeda generasi."Kue apa Mi?" Dhafir mendekati san

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 35

    Hari yang ditunggu datang juga, Mazaya kini tengah mengenakan Kebaya berwarna hijau. Tidak lupa dengan make up natural look menambah keayuan wajahnya.Prosesi dilaksanakan dengan lancar, Mazaya lulus dengan nilai terbaik. Kini ia tengah berada didepan Gedung Rektoral untuk berfoto bersama Keluarga dan kerabat terdekat, namun seseorang yang ia tunggu belum juga menampakkan hidungnya.Zafir yang mengetahui hal itu, ia mengalihkan perhatian Mazaya dengan memperbanyak foto. Terlebih Liam dengan absurdnya mengirimkan karangan bunga ke Kampus ternama tersebut untuk menyambut kelulusan sang Adik Ipar, hingga akhirnya karangan bunga itu menjadi spot utama untuk berfoto."Ahem.. kita fotonya udahan aja kali ya, pangeran berkuda putihnya udah dateng." Celetuk Mafaza.Betul saja, seorang pria berjalan mendekati Keluarga Burhan dengan bucket bunga ditangannya. Mazaya mengetahui hal itu sontak tersipu malu saat saudara kembarnya terus menerus meledeknya. Daffa

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 36

    "Bukan gitu maksud saya, kalau semisal kita gak jodoh gimana? Padahal kita sudah menjalin hubungan beberapa bulan terakhir ini.""Yasudah mau gimana lagi? Jodoh ditangan Tuhan kan bukan ditangan penciptanya?""Yakin gak patah hati?""Patah hati hal wajar, tapi yauda lah."Daffa tersenyum kecut mendengar jawaban Mazaya. Sepertinya wanita didepannya benar - benar belum juga membuka hati untuk kearah yang lebih serius, begitu batinnya berkata.***Gelar S2 telah tersemat pada dirinya, namun untuk posisi pekerjaan masih sebagai Manajer Personalia. Ya, memang bukan itu alasannya melanjutkan sekolah S2. Namun, ia hanya ingin memperdalami ilmu yang ia minati. Entah apa yang ia pikirkan sehingga memilih jurusan itu, bahkan di Keluarganya hanya ia seorang lah yang memilih jurusan Psikolog."Congraduation Bu Mazaya." Seru Tim Personalia.Teeeetttt... Tet.. Tet.. Teeeeettt...Suara terompet menggema diseluruh Ruan

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 37

    Flashback Dering ponsel terdengar nyaring, sontak membuat si pemilik mengalihkan atensinya dari layar laptop ke layar ponsel miliknya."Assalamu'alaikum."[0822XXXXXX : Wa'alaikum salam, Zafir antum dimana?]"Wa'alaikum salam. Ane di Rumah Mal, biasa sibuk sama kerjaan. Ada apa? Tumben banget hubungi ane, ada yang urgent?"[0822XXXXXX : Cuma mau klarifikasi, itu beneran si kembang pesantren dipinang sama Daffa?]"Maksud antum siapa Mal?"[0822XXXXXX : Antum beneran gak tau kabar? Ane lihat status Whatsapp Maemunah sepupu Ratih. Daffa meminang Ratih Fir.]"Seriusan?"[0822XXXXXX : Loh ane pikir antum tau sama berita ini, yasudah ane kirim ya fotonya. Assalamu'alaikum.]"Wa'alaikum salam."Zafir sedikit termenung setelah memutuskan panggilan dari Kemal - Rekan satu Pesantrennya. Hingga diamnya pria itu menjadi atensi khusus sang Istri."Ada apa Bang? Kok melamun?"Zafi

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 38

    Tanpa basa basi ia membuka pintu Ruangan tersebut dan mendapati Daffa tengah sibuk dengan Laptop didepannya."Aku butuh penjelasan kamu Mas!""Mazaya? Assalamu'alaikum Zay." Daffa berdiri menghampiri Mazaya dan hendak meraih tangan wanita itu namun ia memundurkan tubuhnya."Wa'alaikum salam, bisa kita bicara? Aku gak akan lama biar gak jadi fitnah.""Ya, kita duduk dulu." Daffa mempersilahkan duduk dan Mazaya memilih kursi didepan pria itu."Jadi apa yang ingin kamu bicarakan? Hm?" Lanjutnya."Kita sudahi hubungan ini Mas." Mazaya dengan tegasnya mengatakan hal itu, tanpa air mata yang menetes meski dengan gigi yang gemertak dan sembari menggigit bibir bawahnya."Zay?""Kenapa Mas? Ada yang mau kamu jelasin sama aku?"Daffa tidak mengatakan apapun, seakan lidahnya kelu saat hendak mengatakan sesuatu pada Mazaya. Suara kursi berdecit, ia mendongakkan kepala dan mendapati Mazaya yang tengah berdiri dari k

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 39

    Ratih tengah menemui kedua orang tua Daffa, ingin sekali ia menanyakan mengenai wanita yang ia dapati didalam ruangan kerja Daffa dua hari yang lalu. Pasalnya saat ia menanyakan mengenai wanita itu, Daffa diam saja dan enggan untuk menjawab. Hanya kedua orang tuanya adalah satu - satunya jalan ninja untuk mengetahui dan mengenal lebih mengenai Pria yang hendak menjadi suaminya."Maa shaa Allah masakan kamu enak sekali Ratih, ya kan Umi?" Mufid memberikan pujian pada calon menantunya, sedangkan Maryam hanya tersenyum tipis mendengar hal itu. Berbeda dengan Ratih yang tengah tersenyum puas karena pujian Mufid."Alhamdulillah Abi, itu tadi juga dibantuin sama Umi waktu masak.""Ah itu hal wajar." "Oh iya Abi Umi, boleh Ratih tanya - tanya?""Iya boleh - boleh, kamu mau tanya mengenai apa?""Emmm.. Maaf sebelumnya. Ratih cuma mau tanya, apa Bang Daffa punya kekasih?"Uhuk.. Uhuk..Mufid tersedak saat mendengar pert

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 40

    Didalam sebuah Cafe, Mazaya tengah bersama rekan satu tim untuk merayakan penobatan karyawan terbaik untuk Jena dan Rendi. Mazaya merupakan atasan yang royal untuk semua timnya, bahkan ia tidak segan - segan merogoh uang yang tidak sedikit untuk tim personalia saat mereka berulang tahun atau sekedar berkumpul dan acara yang lain.Tidak dupungkiri jika rasa sakit hatinya masih menjalar, namun ia tidak ingin menunjukkan pada siapapun. Meski semua Keluarganya mengetahui hal itu, dan para tim nya menangkap hal yang tidak wajar saat Mazaya berubah menjadi atasan worka holic. "Bu May, kapan berangkat Umrohnya?" Tanya Rinda. Ah ya, Mazaya mendapatkan paket umroh dari Irawan, Tim, dan Istri Irawan. Kenapa ia melupakan hal itu? Apa karena rasa sakit yang dirasakan menutup semua ingatannya? Atau karena kesibukannya akhir - akhir ini sehingga ia melupakan hal itu? "Nanti saya cek keberangkatannya, Mbak Zahra sudah menyiapkan tiketnya kok." Dustanya. Padah

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 41

    Mazaya mendapat pesan teks dari sang Ayah ketika ia berada di Ruang Kerjanya. Sang Ayah memintanya untuk datang ke Kantor Tour and Travel milik kedua orang tuanya. Ia mengiyakan permintaan sang Ayah, dan sore ini telah berada di Kantor tersebut. Ternyata disana sudah ada Mafaza serta Eran, entah apa yang ingin dikatakan sang Ayah kepadanya sehingga ada kedua Kakaknya ditempat itu."Jadi kenapa Ayah ngumpulin kita bertiga disini?""Enggak, Ayah gak ngumpulin kalian bertiga. Eran memang lagi janji temu sama jamaah nya, Mafaza kebetulan aja ada disini karena habis janjian sama Ibu mertuanya di PIM.""Oh kirain ada apa. Terus kenapa Ayah nyuruh Zaya kesini?""Oh itu. Ayah cuma mau konfirmasi aja, betul kamu mau umroh lagi?""Hmmm.. Udah tau dari Mbak Zahra ya?""Iya, jadi?""Iya Zaya mau Umroh, emang kapan sih keberangkatannya?""Minggu depan. Kebetulan Masmu juga berangkat karena ada Jamaahnya yang minta dia ikut."

Bab terbaru

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 77

    Note untuk semua pembacaku : Hai semuanya, maaf banget ya uda ber bulan-bulan aku g update. Nenek tercinta aku meninggal dibulan Maret 2024 tepatnya beberapa hari sebelum puasa, disitu aku bener - bener down banget. Setelahnya aku repot banget karena Ade Ipar lahiran, fokus puasa juga, lebaran kedua orang tuaku pulang ke Jawa Timur. Jadinya selama orang tuaku di Jawa Timur, waktuku bener - bener buat mereka. Setelah lebaran aku sibuk urus ini itu buat pendaftaran sekola TK anak semata wayang aku dan disibukkan lagi sama lomba kontes fotogenic anak aku (Alhamdulillah masuk 5 besar, meskipun bakal sibuk sama Grand Final se Jawa Timur dan pekerjaan utamaku yg super duper sibuk banget tp In shaa Allah aku tetep usahakan mulai update bab baru.) do'ain ya semua, semoga kalian mengerti. **** Satu Minggu kemudian Kepulangan Mazaya dan kembali nya wanita itu di Kantor tempat ia bekerja disambut hangat oleh para Direksi dan Karyawan lainnya. Bahkan tak segan untuk melakukan syukuran kar

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 76

    Daffa meletakkan ponselnya diatas nakas setelah ia memutuskan panggilan dari sang Ayah dan kembali berbaring disebelah Mazaya."Ada apa Mas?""Orang tua almarhumah datang kerumah.""Ngapain?" "Minta tolong Mas buat bantu usut kejanggalan peristiwa yang dialami Almarhumah.""Hah? Kok bisa?""Erika sepupu Almarhumah satu - satunya saksi di Tempat itu, setelah sekian lama mengalami trauma akhirnya dia bangkit dan membuka suara. Disitu lah Pak Zaenal ingin mengusut tuntas kejadian tersebut.""Hmmm.. Aku jadi ada ide."***Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi, udara diluar sana tampak dingin meski berada dibilangan Ibu Kota. seorang pria berjalan sempoyongan bersama wanita berambut pendek, didepan pintu wanita itu menekan bel rumah dan tak lama seorang paruh baya membukakannya."Astaga Wibi." Begitu kata paruh baya itu saat mendapati Putra bungsunya dalam keadaan mabuk berat. Ia membantu memapah sang Putra dan mengalihkan pandangannya pada wanita muda didepannya."Terima kasih sudah men

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 75

    Beberapa bulan kemudianBandar Udara Internasional Soekarno - HattaHiruk pikuk suasana Bandara di Sore hari membuat area kedatangan dari Luar Negeri tampak padat. Banyak wanita muda berkerumun didekat pintu keluar dan beberapa wartawan berada disana."Nduk.. Mazaya..." Seorang wanita paruh baya memecah belah kerumunan itu saat sang Putri terlihat batang hidungnya."Bunda." Serunya sembari berlari kecil dan memeluk sang Ibu."Jangan disini, ada yang lagi nunggu idola nya dateng tapi malah elo yang keluar." Kata Mafaza sembari memeluk saudara kembarnya.Ketiga wanita beda generasi itu menyingkir dari kerumunan dan memilih untuk menepi. Daffa tampak tersenyum saat mendapati wanita yang selama ini ia rindukan disetiap harinya.Mazaya menghampiri sang Suami, Ayah serta Kakak Iparnya dengan hati membuncah. Rasa rindu tak tertahankan kini tumpah ruah tak terbendung lagi."Seharusnya cium tangan suamimu dulu baru Ayah Nduk. Karena sekarang kamu sudah memiliki suami.""Lupa kalo udah punya su

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 74

    Apartement Lee Garden"Hari ini IGD gila - gilaan ya?" Ungkap salah seorang wanita berprofesi sebagai perawat yang tengah bersama dua rekan wanita seprofesinya."Hhh bener banget, tadi juga ada Ibu Hamil yang diharuskan operasi darurat karena Kecelakaan itu.""Iya iya, untung Dokter Daffa gercep sampai Rumah Sakitnya.""Eh ngomong - ngomong, kalo bahas Dokter Daffa kenapa dia nikahnya buru - buru ya? Apa jangan - jangan si cewek itu hamil duluan?""Hus sembarangan lo kalo ngomong. Dokter Daffa di Yayasan bokapnya dijuluki Ustad.""Apa hubungannya? Siapa tau si cewek itu yang ngebet terus jebak Dokter Daffa.""Kalo gak tau apa - apa mending diem, asumsi lo jatuhnya fitnah. Mereka udah punya hubungan yang sempat kandas karena Dokter Daffa dijodohin orang tuanya. Sekarang mereka bersatu lagi setelah si cewek dan Dokter Daffa ditinggal tunangan masing - masing. Si cewek gak ada waktu kalo harus lakuin hal rendahan kayak yang

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 73

    Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 72

    Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 71

    "Pak Burhan, Bu Farida. Saya Daffa Khafid Irsyad ingin meminta izin Bapak dan Ibu untuk meminang Mazaya Eiliya Syakib menjadi Istri dunia akhirat saya. Apa Bapak dan Ibu berkenan?" Daffa mengatakannya dengan bersungguh - sungguh, dan pastinya ia menatap kearah Mazaya dengan tatapan teduh.[Abi : Nak Daffa, jawabannya saya serahkan ke Mazaya. Tapi hanya satu permintaan saya ke Nak Daffa kalau Mazaya menerimanya. Tolong jaga dan bahagiakan dia seperti kami menjaganya selama ini.]"Baik Pak, In shaa Allah akan saya penuhi permintaan Bapak.""Mas aku belum jawab loh." Kata Mazaya."Jawabanmu apa Zay?""Bismillah.. Karena aku pernah nazar buat nerima seseorang yang ajak aku nikah, jadi aku gak akan nolak kamu kalau memang kamu sungguh - sungguh sama aku Mas. Aku harap memang kamu laki - laki yang sudah Allah tetapkan buat aku, anggap kedua orang tuaku seperti orang tuamu sendiri. Begitu juga sebaliknya, aku akan anggap Abi dan Umi sebagai kedua orang tuaku." Jawab Mazaya dengan kemantapan

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 70

    "Beliau mengubah sudut pandangnya tentang kamu sekarang. Kamu percaya kalau kebaikan akan membawa keberkahan buat diri kita?""He em.. Kenapa emang?""Ada kebaikan yang kamu lakukan dan buat Abi mengubah sudut pandangnya tentang kamu.""Ih maksudnya gimana sih?""Zay, waktu kamu pulang umrah. Ada Bapak - Bapak yang kamu tolong.""Bapak - Bapak? Ah ya inget, Mas tau darimana?""Bapak - Bapak itu Abi saya Zay.""Pak Mufid?""Hmm.. Bahkan kamu ingat namanya.""Iya ingat. Aku tau suatu kebaikan akan membawa berkah, tapi dalam konteks pembahasan kita ini berkah yang kayak gimana?""Abi minta saya buat ngejar kamu, Abi gak nuntut saya lagi buat nikah sama orang - orang yang beliau jodohkan. Zay, saya serius sama kamu. Kamu mau melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?""Tapi Mas --""Kamu bisa pikir - pikir dulu." Daffa berdiri hendak meninggalkan unit Mazaya, namun dengan cepat wanita muda itu menahan pergelangan tangan Daffa. Tatapan sendu wanita itu membuat Daffa mengurungkan niatn

  • Halalkan Aku Saat Hilal   Chapt 69

    Setelah pulang bekerja dan kembali ke Apartement, Mazaya dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang tengah mengobrol menggunakan bahasa. Bahkan saat berada di Elevator pun ia menjumpai sekelompok orang dengan koper dan ransel menuju lantai yang sama.Beberapa dari mereka terlihat menyapanya meski hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. Elevator pun berhenti dilantai unit miliknya, ia keluar dari benda kotak itu dan masuk ke dalam unit.Sedangkan sekelompok orang itu bertemu dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang baru saja keluar unit."Dokter Daffa, saya tadi liat wanita berhijab cantik banget. Apa jangan - jangan orang Indonesia juga ya? Atau orang Malaysia?" Kata seorang pria yang berprofesi sebagai perawat dengan antusias."Sama kayak kita." Jawabnya singkat."Wah beneran? Tapi Dokter kok bisa tau?""Ini kunci kalian, masing - masing unit diisi tiga orang. Terserah siapa mau satu kamar sama siapa." Setelah memberikan kunci kepada rekan tim medis, Daffa

DMCA.com Protection Status