Satu Minggu kemudianPekerjaan menumpuk karena ia sempat tidak masuk satu minggu lamanya. Bahkan sekarang ia harus memilih kandidat yang tepat untuk program training setiap tiga tahun sekali yang diadakan oleh Perusahaan tempat ia bekerja. Sebagai Manajer Personalia ia harus extra membantu para timnya dalam melakukan perekrutan. Meski Mazaya berjalan dengan bantuan tongkat, hal itu tidak menyulitkan pekerjaannya."Sudah ditentukan hasilnya?" Tanya Mazaya pada salah seorang dibagian rekrutmen.."Sudah Bu, ada dua puluh lima kandidat. Dan pihak manajemen minta sepuluh diantaranya.""Kita lakukan tes uji kelayakan dan segera diskualifikasi yang tidak mematuhi aturan kita.""Baik Bu. Maaf Bu, apa Ibu juga akan melakukan Uji kelayakan bersama kami?""Ya, saya akan turun langsung. Dan jangan lupakan Interview terakhir dengan para petinggi, saya juga akan andil dalam interview tersebut.""Baik, bisa kita mulai sekarang Bu?""Ya, jangan buang waktu."Tim perekrutan bersiap untuk melakukan Tes
Ada bahagia..Ada Kepedihan..Itu yang dinamakan kehidupan, tidak melulu tentang kebahagiaan atau kesedihan. Keduanya akan seimbang seiring berjalannya waktu, layaknya sepasang kekasih yang saling melengkapi.Meski langit terlihat gelap karena waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun cahaya dan kerlip lampu kota dibawah sana tampak cantik.Empat puluh lima menit Pesawat berwarna hijau putih mendarat di Juanda International Airport yang terletak di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Setelah mengurus ini dan itu, Keluarga Burhan berjalan tergesa - gesa dan menuju ke Kendaraan roda empat yang telah disediakan oleh pihak Keluarga Farida.Kendaraan yang mereka tumpangi melaju pesat menembus gelapnya malam, jarak tempuh Juanda ke Kota Kediri hanya memakan waktu kurang lebih dua jam lamanya hingga akhirnya mereka sampai ke tempat tujuan. Tepatnya disalah satu Rumah Sakit terbaik di Kota Tahu tersebut.Diluar Ruang ICU mereka telah disambut oleh beberapa Keluarga, tangis kepedihan berh
Manusia lekat dengan peristiwa Kehidupan dan KematianKeduanya tidak akan pernah terpisahkan meski bertolak belakang..Tapi apakah ada cinta abadi yang dibawa sampai mati?Ada..Yaitu Cinta kepada Sang Pencipta, Kepada Orang Tua, serta Keluarga..Pagi menjelang, para pelayat mulai berdatangan. Karangan bunga bela sungkawa memenuhi pekarangan dan jalanan Kediaman Kedua orang tua Farida. Panca - Ayah Farida dengan setia duduk disamping Sang Istri yang telah terbujur kaku berbungkuskan kain kafan berwarna putih. Wajah cantik dan seulas senyum dibibir pucat Padma - Ibu Farida menjadi saksi bisu semasa hidup wanita senja berusia delapan puluh dua tahun tersebut.Sedangkan Mazaya, wanita muda berpakaian serba putih itu tengah membaca surat yasin untuk sang Nenek sembari mengusap kaki Padma. Beberapa kali ia mengusap air matanya, hingga ia tak sadar ada Zafir yang tengah memotretnya dalam diam dan mengirimkan pada seseorang."Sudah saatnya Bu Padma diantar ke Rumah terakhirnya." Ucap salah s
Masih dengan pikiran yang dipenuhi oleh wanita muda itu, selama perjalanan hingga berada di Yayasan pria itu hanya merenung. Bahkan saat disapa oleh para staf, ia hanya diam dan terkesan tidak fokus dengan sekitar.[Daffa : Wa'alaikum salam. Fir, kenapa elo gak pernah cerita sebelumnya kalau Zaya pernah mengidap Prolonged Grief Disorder?][Zafir : What? Elo tau darimana hal itu?][Daffa : Ceritanya panjang, kalau sudah di Jakarta bakal gue ceritain. Terus sekarang gimana keadaan Zaya?][Zafir : Dia cuma bisa diem, mungkin masih syok sama kejadian ini.][Daffa : Belum ada tanda - tanda mengarah ke arah situ?][Zafir : Belum Daf, mudah - mudahan enggak sampai kearah itu.][Daffa : Dia butuh support dari orang - orang sekitar, sering - sering ajak ngobrol dan jangan ninggalin dia sendirian. Gue takutnya ada gejala yang semakin memburuk.][Zafir : Gejala yang semakin memburuk? Contohnya apa Daf?][Daffa : B
Ditengah obrolannya dengan Farida, Mazaya tiba - tiba meraih kedua tangan Daffa. Sontak hal itu membuat Daffa serta Farida terkejut dengan reaksi mendadak wanita muda itu."Apa yang kamu butuhkan Zaya? Kamu bisa bicara sama saya." Daffa menggenggam kedua tangan Mazaya."Bisa kamu buat Eyang hidup lagi?" Farida terkejut dengan pertanyaan yang lolos dari bibir mungil putri bungsunya, namun tidak dengan Daffa yang hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan tersebut sangat familiar ia dengar dari beberapa pasien yang mengalami hal sama dengan wanita muda didepannya."Apa kamu bisa menghidupkannya kembali Zaya?" Mazaya hanya menggeleng."Kenapa?""Karena aku hanya manusia biasa, sedangkan kamu seorang Ustad. Pasti kamu tau do'a - do'a untuk menghidupkan kembali orang yang telah pergi.""Ustad juga manusia biasa Zaya. Saya bukan Allah yang bisa membolak balikkan keadaan. Jika saya bisa melakukan itu, saya akan melakukannya un
Hari SeninMonday..Money Day..Jangan pernah malas di hari Senin..Jangan pernah membencinya..Karena kita tidak akan tau kejutan dan rejeki apa yang akan menghampiri kita di hari Senin..Siapa tau juga jodoh akan datang di hari itu..Keadaan Mazaya berangsur membaik, obat yang diresepkan oleh Daffa masih terus ia konsumsi. Kakinya juga sudah sembuh saat ia berada di Kota Tahu. Satu minggu tidak bekerja serasa satu tahun, banyak karyawan yang ia tidak kenal. Ya, mereka adalah hasil dari perekrutan saat itu. Ia telah mempercayakan tim nya untuk menerima yang menurut mereka layak. "Bu Mazaya.." Rinda dan para tim lainnya berseru dengan suka cita saat mendapati Mazaya datang ke Ruangan mereka."Terima kasih atas kerja keras kalian." Mazaya memberikan Beberapa bingkisan untuk mereka, tidak lupa juga cemilan serta kopi."Ibu gak perlu repot - repot begini, kesembuhan Ibu sangat berarti buat kami." Kata Rendi."Ke
Kediaman Burhan tidak pernah sepi, terutama saat weekend. Setelah kesembuhan Mazaya, Eran beserta sang Istri kembali ke Rumah miliknya. Tapi weekend kali ini mereka memilih untuk bersenang - senang dan berkumpul di Kediaman kedua orang tuanya guna melepas kepedihan. "Zaya tolong jemput Abi pulang ngaji bisa gak?" Kata Liam - Kakak Ipar."Pinjam dulu seratus." "Buat apaan seratus?" Liam merogoh saku celananya."Dih serius amat, jadi orang jangan kaku - kaku. Kek kanebo kering." Mazaya meninggalkan Kakak Iparnya yang sudah membawa uang seratus ribu."Lah katanya pinjam dulu seratus." "Itu candaan yang lagi viral di Sosial Media Liam." Kekeh Zafir."Oh kirain beneran mau pinjem seratus, lagian buat apa dia pinjem seratus. Bener - bener ya itu anak, sakit ngawatirin kalo gak sakit nyebelin." Perkataan Liam sontak membuat seisi ruangan tertawa.Sedangkan Mazaya tengah mengendarai kendaraan roda dua miliknya, motor
Masih berada di Yayasan, kedua pasangan tak halal yang baru mengungkapkan isi hati tengah berbincang - bincang agar keduanya saling mengenal satu sama lain. Maryam tidak sengaja lewat dan mendepati keduanya asik mengobrol serta sesekali melempar candaan. Kemudian ia melirik kearah Playground, ia tersenyum hangat dan menghampiri kedua orang dewasa itu."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikum salam." Jawabnya Kompak, Mazaya berdiri dan mencium tangan Maryam."Sudah lama Nak?""Sekitar tiga puluh menit Utadzah, Abi belum mau diajak pulang kalau Nizam belum dijemput.""Saya pun belum mendapatkan kabar lagi dari kedua orang tua Nizam. Mau maghrib juga.""Apa kita ajak Nizam pulang saja Umi?" Usul Daffa."Kita tunggu dua puluh menit lagi, coba kamu hubungi Papa nya Nizam Daf.""Baik Umi." Daffa mencoba menghubungi orang tua Nizam, sedangkan Mazaya dan Maryam menatap kearah playground."Abiyan anak yang penurut, tidak
Note untuk semua pembacaku : Hai semuanya, maaf banget ya uda ber bulan-bulan aku g update. Nenek tercinta aku meninggal dibulan Maret 2024 tepatnya beberapa hari sebelum puasa, disitu aku bener - bener down banget. Setelahnya aku repot banget karena Ade Ipar lahiran, fokus puasa juga, lebaran kedua orang tuaku pulang ke Jawa Timur. Jadinya selama orang tuaku di Jawa Timur, waktuku bener - bener buat mereka. Setelah lebaran aku sibuk urus ini itu buat pendaftaran sekola TK anak semata wayang aku dan disibukkan lagi sama lomba kontes fotogenic anak aku (Alhamdulillah masuk 5 besar, meskipun bakal sibuk sama Grand Final se Jawa Timur dan pekerjaan utamaku yg super duper sibuk banget tp In shaa Allah aku tetep usahakan mulai update bab baru.) do'ain ya semua, semoga kalian mengerti. **** Satu Minggu kemudian Kepulangan Mazaya dan kembali nya wanita itu di Kantor tempat ia bekerja disambut hangat oleh para Direksi dan Karyawan lainnya. Bahkan tak segan untuk melakukan syukuran kar
Daffa meletakkan ponselnya diatas nakas setelah ia memutuskan panggilan dari sang Ayah dan kembali berbaring disebelah Mazaya."Ada apa Mas?""Orang tua almarhumah datang kerumah.""Ngapain?" "Minta tolong Mas buat bantu usut kejanggalan peristiwa yang dialami Almarhumah.""Hah? Kok bisa?""Erika sepupu Almarhumah satu - satunya saksi di Tempat itu, setelah sekian lama mengalami trauma akhirnya dia bangkit dan membuka suara. Disitu lah Pak Zaenal ingin mengusut tuntas kejadian tersebut.""Hmmm.. Aku jadi ada ide."***Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi, udara diluar sana tampak dingin meski berada dibilangan Ibu Kota. seorang pria berjalan sempoyongan bersama wanita berambut pendek, didepan pintu wanita itu menekan bel rumah dan tak lama seorang paruh baya membukakannya."Astaga Wibi." Begitu kata paruh baya itu saat mendapati Putra bungsunya dalam keadaan mabuk berat. Ia membantu memapah sang Putra dan mengalihkan pandangannya pada wanita muda didepannya."Terima kasih sudah men
Beberapa bulan kemudianBandar Udara Internasional Soekarno - HattaHiruk pikuk suasana Bandara di Sore hari membuat area kedatangan dari Luar Negeri tampak padat. Banyak wanita muda berkerumun didekat pintu keluar dan beberapa wartawan berada disana."Nduk.. Mazaya..." Seorang wanita paruh baya memecah belah kerumunan itu saat sang Putri terlihat batang hidungnya."Bunda." Serunya sembari berlari kecil dan memeluk sang Ibu."Jangan disini, ada yang lagi nunggu idola nya dateng tapi malah elo yang keluar." Kata Mafaza sembari memeluk saudara kembarnya.Ketiga wanita beda generasi itu menyingkir dari kerumunan dan memilih untuk menepi. Daffa tampak tersenyum saat mendapati wanita yang selama ini ia rindukan disetiap harinya.Mazaya menghampiri sang Suami, Ayah serta Kakak Iparnya dengan hati membuncah. Rasa rindu tak tertahankan kini tumpah ruah tak terbendung lagi."Seharusnya cium tangan suamimu dulu baru Ayah Nduk. Karena sekarang kamu sudah memiliki suami.""Lupa kalo udah punya su
Apartement Lee Garden"Hari ini IGD gila - gilaan ya?" Ungkap salah seorang wanita berprofesi sebagai perawat yang tengah bersama dua rekan wanita seprofesinya."Hhh bener banget, tadi juga ada Ibu Hamil yang diharuskan operasi darurat karena Kecelakaan itu.""Iya iya, untung Dokter Daffa gercep sampai Rumah Sakitnya.""Eh ngomong - ngomong, kalo bahas Dokter Daffa kenapa dia nikahnya buru - buru ya? Apa jangan - jangan si cewek itu hamil duluan?""Hus sembarangan lo kalo ngomong. Dokter Daffa di Yayasan bokapnya dijuluki Ustad.""Apa hubungannya? Siapa tau si cewek itu yang ngebet terus jebak Dokter Daffa.""Kalo gak tau apa - apa mending diem, asumsi lo jatuhnya fitnah. Mereka udah punya hubungan yang sempat kandas karena Dokter Daffa dijodohin orang tuanya. Sekarang mereka bersatu lagi setelah si cewek dan Dokter Daffa ditinggal tunangan masing - masing. Si cewek gak ada waktu kalo harus lakuin hal rendahan kayak yang
Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."
Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar
"Pak Burhan, Bu Farida. Saya Daffa Khafid Irsyad ingin meminta izin Bapak dan Ibu untuk meminang Mazaya Eiliya Syakib menjadi Istri dunia akhirat saya. Apa Bapak dan Ibu berkenan?" Daffa mengatakannya dengan bersungguh - sungguh, dan pastinya ia menatap kearah Mazaya dengan tatapan teduh.[Abi : Nak Daffa, jawabannya saya serahkan ke Mazaya. Tapi hanya satu permintaan saya ke Nak Daffa kalau Mazaya menerimanya. Tolong jaga dan bahagiakan dia seperti kami menjaganya selama ini.]"Baik Pak, In shaa Allah akan saya penuhi permintaan Bapak.""Mas aku belum jawab loh." Kata Mazaya."Jawabanmu apa Zay?""Bismillah.. Karena aku pernah nazar buat nerima seseorang yang ajak aku nikah, jadi aku gak akan nolak kamu kalau memang kamu sungguh - sungguh sama aku Mas. Aku harap memang kamu laki - laki yang sudah Allah tetapkan buat aku, anggap kedua orang tuaku seperti orang tuamu sendiri. Begitu juga sebaliknya, aku akan anggap Abi dan Umi sebagai kedua orang tuaku." Jawab Mazaya dengan kemantapan
"Beliau mengubah sudut pandangnya tentang kamu sekarang. Kamu percaya kalau kebaikan akan membawa keberkahan buat diri kita?""He em.. Kenapa emang?""Ada kebaikan yang kamu lakukan dan buat Abi mengubah sudut pandangnya tentang kamu.""Ih maksudnya gimana sih?""Zay, waktu kamu pulang umrah. Ada Bapak - Bapak yang kamu tolong.""Bapak - Bapak? Ah ya inget, Mas tau darimana?""Bapak - Bapak itu Abi saya Zay.""Pak Mufid?""Hmm.. Bahkan kamu ingat namanya.""Iya ingat. Aku tau suatu kebaikan akan membawa berkah, tapi dalam konteks pembahasan kita ini berkah yang kayak gimana?""Abi minta saya buat ngejar kamu, Abi gak nuntut saya lagi buat nikah sama orang - orang yang beliau jodohkan. Zay, saya serius sama kamu. Kamu mau melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?""Tapi Mas --""Kamu bisa pikir - pikir dulu." Daffa berdiri hendak meninggalkan unit Mazaya, namun dengan cepat wanita muda itu menahan pergelangan tangan Daffa. Tatapan sendu wanita itu membuat Daffa mengurungkan niatn
Setelah pulang bekerja dan kembali ke Apartement, Mazaya dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang tengah mengobrol menggunakan bahasa. Bahkan saat berada di Elevator pun ia menjumpai sekelompok orang dengan koper dan ransel menuju lantai yang sama.Beberapa dari mereka terlihat menyapanya meski hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. Elevator pun berhenti dilantai unit miliknya, ia keluar dari benda kotak itu dan masuk ke dalam unit.Sedangkan sekelompok orang itu bertemu dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang baru saja keluar unit."Dokter Daffa, saya tadi liat wanita berhijab cantik banget. Apa jangan - jangan orang Indonesia juga ya? Atau orang Malaysia?" Kata seorang pria yang berprofesi sebagai perawat dengan antusias."Sama kayak kita." Jawabnya singkat."Wah beneran? Tapi Dokter kok bisa tau?""Ini kunci kalian, masing - masing unit diisi tiga orang. Terserah siapa mau satu kamar sama siapa." Setelah memberikan kunci kepada rekan tim medis, Daffa