Kehadiran Irwan memberi warna baru buat kehidupan Lia. Walaupun dia masih resah, kabar baik dari anak-anaknya belum juga ada. Lia sedang mendapat telpon dari Sandi tentang kabar anak-anaknya yang kemungkinan ada di kota M, karena dari cerita seorang pemilik warung lintas sumatera dia melihat Doni dan Dani masuk ke sebuah bus tujuan kota M. Lia terlihat bersemangat."Baiklah mas, tolong segera dicari. Saya mau kamu segera menemukan nya" Irwan tiba-tiba masuk dan duduk dengan santai memandang Lia. Lia hanya melihat sekilas dan melanjutkan ngobrol dengan Sandi. "Iya mas, kamu segera kesini. Kalau memang mereka ada disini, harus segera ditemukan" Lia mengakhiri pembicaraan dengan Sandi. Lia menatap Irwan dengan jutek."Ada apa kamu kesini?" Irwan tersenyum manis. "Aku rindu" Lia kaget dengan jawaban Irwan. "Tolong kamu keluar dari sini sekarang, aku sedang ada pekerjaan penting" Lia mengambil berkas yang ada dihadapannya. Dia berharap Irwan pergi, terus terang hatinya terasa berdeb
Beberapa hari dipinggir danau Toba itu sangat menyenangkan, Lia seperti mendapatkan semangat baru. Di pagi yang sejuk dia berenang ditemani Irwan., mereka akan mengambil ikan di keramba dan membakarnya dipinggir danau. Betapa hidup ini indah tanpa beban.Mereka sudah 2 hari di danau dan ini adalah malam terakhir mereka akan tidur disini, mereka sedang membuat api unggun dan Irwan sedang bergitar sambil bernyanyi, Lia hanya menatap api unggun dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu. "Ada apa Lia..? apa yang kamu pikirkan" Irwan bertanya yang menyadari Lia yang Dian dari tadi."Aku mau menagih janji kamu mas..?" Lia menatap Irwan, Irwan yang melihat Lia serius meletakkan gitar nya dan duduk dengan baik di kursi. "Iya Lia, maaf aku terlena dengan kebahagiaan ini hingga lupa dengan yang sudah aku janjikan."Irwan menatap Lia dengan serius. "Kamu mungkin sudah lupa dengan aku teman masa kecilmu, ketika kita kecil orang tua kita sudah menjodohkan kita. Aku memang dari kecil sudah menyaya
Lia menunggu Sandi dengan tidak sabar, 10 menit kemudian Sandi datang bersama Gandi. Setelah mereka duduk, Lia langsung bertanya. "Jadi dimana anak-anak ku?""Ya Lia, kami sudah menemukan informasi yang sangat penting, anak-anak itu ada dikota ini. Dan dari cerita orang itu anak-anak itu terlihat sudah sekolah dikota ini. Ini beberapa foto yang mereka tunjukkan. Kami ingin memastikan apakah mereka benar-benar Doni dan Dani. Kalau mereka Doni dan Dani maka hari ini juga kami akan mendatangi sekolah mereka." Sandi menyerahkan beberapa foto Doni dan Dani kepada Lia. Lia yang melihat Doni dan Dani sedang memakai pakaian sekolah begitu bahagia."Iya, betul mereka anak-anakku. Mereka terlihat bahagia. Terimakasih Tuhan ternyata anakku bersama dengan orang yang baik" Lia terharu memeluk foto itu. "Segera bawa mereka pulang Mas, berikan apapun yang diminta oleh yang telah mengurus anakku dengan baik " "Baiklah, kami segera berangkat "Sandi dan Gandi bergegas pergi. Lia yang ditinggal men
Satu jam kemudian sampailah mereka disebuah komplek perumahan mewah, Doni dan Dani melihat rumah-rumah yang terlihat begitu indah. Rumah yang selama ini hanya bisa mereka dilihat melalui televisi. "Bagus - bagus ya bang rumah disini. Entah kapan kita bisa masuk kerumah yang bagus itu" Dani memandang sebuah rumah yang sangat indah dan megah. "Kalau nanti kita sudah sukses mungkin kita bisa buatkan rumah seindah itu dek" Doni pun kagum dengan keindahan rumah itu.Mobil masih terus melaju melewati rumah yang makin lama semakin indah dan mewah. Bang Naga dan Mak Naga pun memandang dengan kagum. "Seandainya mereka sudah melihat rumah ibunya, maka rumah-rumah ini akan terlihat biasa saja" Gandi berbicara dalam hati. Dia tersenyum melihat kebahagiaan anak-anak itu. Mereka pun memasuki sebuah gapura yang dijaga oleh beberapa satpam, setelah melapor mereka diijinkan masuk. Mobil itu melewati taman yang begitu indah, ditanami oleh berbagai macam pohon buah-buahan, bunga-bunga yang indah. D
Hari-hari Lia sekarang penuh warna, dia sangat bahagia dapat berkumpul kembali dengan anak-anaknya. Mereka bertiga selalu bersama, bahkan tidur pun anak-anak lebih sering di kamar Lia. Seperti malam ini, setelah makan malam mereka bercengkrama di kamar Lia. Saling bercanda. "Sebaiknya kita tidur, udah larut malam ini" Lia menghentikan anak-anak yang sedang tertawa riang. Dini yang enggan berpisah mendorong Doni. "Abang, pergilah kekamar Abang, disini perempuan semua" Dini mendorong Doni keluar "Gak mau, Abang mau disini sama ibu, iya kan Bu" Doni memegang tangan Lia, Lia hanya tertawa melihat anak-anak nya yang begitu lucu. "Sudah nak, sekarang sudah malam. Besok kalian sekolah ibu juga harus kerja. Kita semua harus tidur jadi semua masuk kamar masing-masing" "Ih ibu, aku mau tidur sama ibu" Dini merenggut."Aku juga mau tidur disini sama ibu" Doni menimpali"Gak- gak, kalau kita disini semua bakal gak tidur -tidur., jadi semua tidur dikamar masing-masing " Lia pura-pura marah.
POV LiaAku sudah berusaha melupakan mas Irwan, melupakan rasa rindu yang semakin bergelora. Aku berusaha melupakan kenangan bersamanya. Telpon terakhirnya benar-benar membuat hatiku melompat bahagia, rasanya ingin memeluk nya dan mengatakan bahwa aku sangat merindukannya, tapi yang kulakukan malah sebaliknya, aku berbicara dengan ketus dan dengan segera menghentikan pembicaraan. Aku merindukan sekaligus sangat membencinya. Dia sudah tega mengabaikan aku, lupa mengabari ku. "Apakah rasa cinta yang dulu dia ucapkan telah hilang ,?Apakah sudah ada wanita lain yang mengisi hari -harinya?" Begitu banyak pertanyaan yang hanya bisa kusimpan dalam hati. Aku tak punya keberanian untuk menanyakannya. "Bu, ada pak Sandi yang mau bertemu" Sekretarisku Tiara tiba-tiba ada di depanku. Aku rupanya tidak mendengar panggilan nya dari tadi. "Oh ...iya. Suruh masuk saja" Kataku gugup. Mas Sandi masuk, dia terlihat sudah lebih gemuk dari terakhir kami berjumpa. Tubuhnya lebih berisi dan nampak sem
"Bu, Sabtu ini kami ada acara pentas seni disekolah, ibu datang ya. Kalau Bang Naga dan Mak Naga datang pasti lebih seru" Dani berbicara kepada ibunya. Mereka sedang sarapan bertiga. "Oh ...Sabtu ini ya dek?" Lia memandang Dani."Iya Bu, aku nanti nyanyi. Ibu harus lihat" Dani nampak bangga sekali. "Emang adek bisa nyanyi?" Doni memandang Dani dengan memanyunkan mulut nya. Dani yang melihat itu mendelik kan matanya. "Ih.....Abang kok gitu. Ya bisalah. Suara adek bagusss..... sekali kata ibu guru" Dani merenggutLia yang melihat candaan Doni tersenyum."Ibu percaya kok adek pintar nyanyi, Sabtu ini ibu pasti datang" Lia tersenyum membelai rambut Dani. Dani senang sekali."Terimakasih ya Bu, abang percaya kan sekarang?" Dani memonyongkan bibirnya pada Doni. Doni tertawa."Iya deh Abang percaya adek Abang yang cantik ini pintar nyanyi" Doni mengacungkan jempolnya. Dani tertawa senang. "Sudah ayo makanan nya dihabiskan biar kita gak terlambat" Lia mengingatkan. mereka pun makan dalam
Lia dan anak-anak datang menjenguk Mak Naga, mereka berjalan dari parkir menuju ruangan tempat Mak Naga dirawat. Lia merasa tegang, sebagian hatinya berharap bertemu dengan Irwan tapi sebagian lagi berharap tak akan pernah bertemu lagi. Lia mengajak anak-anaknya berjalan cepat menuju lift, Dani yang kecapekan protes. "Pelan-pelan Bu, adek capek lari -lari dari tadi" Dani mengikuti langkah Lia dengan nafas yang memburu. "Oh.... maafin ibu ya nak, ibu mau cepat ketemu Mak Naga" Lia memperlambat langkahnya. Dia tak sadar telah membuat anak-anak nya bingung. "Iya, kita kok kayak dikejar-kejar hantu... ha-ha-ha" Doni yang dari tadi diam ketawa lihat ibu dan adiknya yang kelelahan. " Hehehe, iya ya....."Lia menghentikan langkahnya dia pun jadi ikut tertawa melihat kekonyolannya. Akhirnya mereka telah sampai di pintu lift, setelah menekan tombol pintu lift pun terbukaLia dan anak-anak segera masuk dan segera menekan tombol nomer 10 lantai tujuan mereka. Di dalam lift itu ada beberapa
Lia akhirnya mendapatkan kebahagiaan setelah bersabar dalam menjalani hidupnya yang penuh liku. Dia bertemu dengan Brata yang mencintai dia dengan semua kekurangan dan kelebihan nya. Mereka berbahagia bersama ketiga buah hatinya. Doni dan Dani yang telah memiliki adik yang begitu lucu sangat menyayangi si kecil. Tidak ada keluarga yang sempurna tapi dalam setiap permasalahan apabila dalam keluarga saling mendukung maka persoalan itu akan dapat diselesaikan dengan baik. Lia merasa menjadi wanita yang begitu bahagia diberi suami dan anak-anak yang begitu menyayangi. Brata juga sangat menyayangi keluarga nya. *********Kehidupan Sandi Dan Susi.Mereka sekarang tinggal di sebuah desa, mereka telah meninggalkan semua kehidupan lama yang penuh intrik. Sandi sekarang telah bekerja sebagai seorang petani. "Mas, makan dulu" Susi yang baru datang dari rumah memanggil Sandi yang masih bekerja ditengah sawah. Mereka bersiap mau menanam padi di sawah. Sandi menatap Susi dengan bahagia, dia m
Kehidupan Lia dan Brata telah tenang, mereka hidup bahagia. Telah lahir seorang bayi laki-laki yang begitu lucu. Bayi itu mereka beri nama Bayu. Dani yang telah mendapatkan seorang adik lucu juga sangat bahagia. "Lucu sekali kamu dek" Dani mencium gemes Bayu, mereka sedang bermain di ruang keluarga yang nyaman. "Hati-hati ya dek, adeknya masih kecil sekali" Lia yang sedang memilih pakaian untuk ganti Bayu mengingat kan. " Iya Bu, adek masih kecil, tangannya kecil, kakinya kecil, semuanya masih kecil" Dani tertawa senang. "Hai, kalian bermain kok bapak gak diajak?" Brata yang baru keluar dari kamar ikut duduk disamping Dani. "Eh,..bapak datang dek. Dia udah wangi.. hehehe" Dani tertawa. "Iya, bapak udah wangi, udah bisa dekat-dekat dengan adek" Brata mencium Bayu. "Adek Bayu kok masih bau acem ya...heheh""Iya pak, adek Bayu belum mandi, ini mau di mandiin ibu" Dani menjawab. "Ayo mandi ." Lia datang mengangkat tubuh Bayu ke kamar mandi. Dani dan Brata mengikuti dari belakang.
Lia dan Brata bersama Dani sedang duduk bertiga di pinggir kolam renang, tempat favorit mereka berkumpul. Terlihat jelas kebahagiaan di wajah mereka. "Senang sekali adek udah sehat dan ada dirumah bersama kita kan mas?" Lia tersenyum. "Iya sayang, bapak juga senang sekali Danj udah kumpul lagi bersama kita disini" Brata membelai rambut Dani. " Iya Bu, Pak. Dani kemarin itu takut sekali gak bisa lagi berjumpa. " Tiba-tiba ada mendung di wajah Dani. "Kamu kenapa nak?" Lia panik melihat Dani yang meneteskan air mata. "Adek sedih Bu, adek ingat waktu sama ibu Susi. " "Adek cerita apa yang dilakukan oleh ibu Susi sama adek" Brata menahan marah. Dia merasa marah kalau mengingat bagaimana Susi telah menculik Dani hingga membuat Dani trauma. "Ibu Susi itu baik pak, dia gak pernah menyakiti adek. Dia sayang sama adek. Adek jadi kasihan sama dia. Dia pasti sedih sekali, sekarang dia pasti kesepian" Lia dan Brata kaget ."Maksud kamu gimana dek? bukannya kamu dia culik terus disekap?" Lia
Hari-hari Susi di desa itu begitu tenteram, dia tidak harus bersembunyi atau cemas akan usaha dan anak buahnya. Dia hanya perlu datang ke tempat pembuatan ikan asin itu dan menjemur ikan. Sehari-hari dia bercanda dengan pekerja yang sama-sama menjadi pegawai disitu. Gajinya memang tidak seberapa, hanya 60/hari. Dengan melihat perjuangan mendapatkan uang itu, Susi jadi lebih menghargai uang. Dia yang terbiasa hidup mewah, uang bukan masalah besar. Kini sadar begitu banyak orang yang butuh bekerja dengan sangat berat hanya untuk mendapatkan sedikit uang. Sepulang bekerja,dia akan bercengkrama dengan keluarga pamannya yang sederhana. Keluarga yang sudah begitu lama tidak Susi miliki. Orang tuanya sudah meninggal ketika dia masih kecil, pamannya ini adalah adik dari ibunya. Hanya pamannya inilah satu-satunya keluarga yang dia miliki.Ketika sedang asyik bercerita setelah selesai makan, handphone yang Susi simpan di dalam kantongnya bergetar. Dia sudah mengatakan kepada anak buahnya hany
Susi termenung dipinggir pantai yang sepi, dia telah berada ditempat itu selama seminggu. Bersembunyi setelah gagal menculik Dani.Dia mengingat apa yang Sandi ucapakan sebelum dia pergi melarikan diri. "Susi, tusuk lah perutku dan segeralah lari. Aku ingin kamu membuka kehidupan baru. Lupakan aku, lupakan semua" Sandi berbisik ke telinga Susi, Sandi tidak mau Gandi mendengar rencananya. Susi sebenarnya masih begitu mencintai Sandi, dia tak mungkin tega membuat Sandi terluka. Sandi terus mendorong dia untuk bersandiwara bertengkar. Akhirnya peristiwa itu terjadi. Susi terpaksa menikam perut Sandi dengan dorongan dari tangan Sandi sendiri. Disaat yang mendesak itu, Susi segera melarikan diri. Dia sebenarnya tidak sanggup meninggalkan Sandi bersimbah darah. Tapi pandangan Sandi yang tajam menyuruh dia pergi dengan terpaksa dituruti oleh Susi. Dari kejauhan Susi memperhatikan Gandii yang berusaha menghentikan pendarahan di perut Sandi. Susi akhirnya pergi setelah melihat Sandi segera
POV SandiSusi begitu tega telah membohongi ku. Aku telah melakukan dosa yang sangat besar. Anak yang telah begitu lama ku rindukan telah ku bunuh dengan kejam. Bahkan orang yang paling ku sayangi telah tega ku siksa siang malam. Susi keterlaluan. Aku harus segera menemui Lia dan memohon ampun. Aku begitu merindukan dia. Aku tahu kesalahanku tidak pantas mendapatkan maaf dari Lia. Aku telah buta oleh semua cerita Susi. Aku sendiri bingung mengapa aku begitu percaya padanya, bahkan tanpa aku tahu aku melihat dia begitu menggairahkan dan setiap saat ingin menikmati tubuhnya, padahal aku selama ini tak pernah tertarik padanya. Entah apa sebabnya sekarang aku sangat jijik pada tubuhku sendiri yang telah menyentuh tubuhnya.Dengan kecepatan penuh aku menuju hutan , tempat aku menyiksa Lia selama ini. Rasanya sudah tidak sabar memeluk Lia. Aku sudah menghubungi anak buahku yang menjaganya tapi entah mengapa dia tidak bisa dihubungi. Dengan cepat begitu sampai ditempat itu, aku berlari.
Mas Sandi akhirnya meninggalkan ku sendirian yang terhempas menahan luka. Segala usahaku mempertahankan dia tetap di sisiku sia-sia. Aku menangis dan tak punya semangat lagi. Beberapa hari setelah kepergian Mas Sandi, aku dikejutkan oleh kedatangan nya yang tiba-tiba. "Mas, kamu pulang?" Aku begitu bahagia. Tanpa bicara dia pergi ke kamar kami. Aku pun segera menyusul. " Kamu kenapa mas? sakit?" Aku khawatir melihat wajahnya yang pucat. " Benar yang kamu katakan, Lia tidak pernah mencintai ku. Dia punya laki-laki lain dan bukan hanya satu" Mas Sandi terlihat begitu marah. Aku menyembunyikan rasa bahagia ku karena fitnah ku telah berhasil."Sabar ya mas, lupakan dia. Dia memang tidak pantas kamu cintai" Aku pun memeluk mas Sandi. Aku bahagia sekali akhirnya mas Sandi kembali kepelukanku. "Aku sudah membunuh bayi haram itu" Betapa terkejutnya aku. "Maksud mu mas?""Bayi itu telah mati, Lia harus menerima hukuman dari penghianatan yang telah dia lakukan " Mas Sandi yang kejam tel
POV SusiMelihat kebahagiaan Lia rasanya hatiku begitu sakit, aku yang dulu begitu mencintai mas Sandi bisa dilupakan semudah itu. Mas Sandi adalah laki-laki yang kutemukan di gelapnya kehidupan jalanan. Dia laki-laki yang baru keluar dari penjara kulihat begitu menarik. Aku pun jatuh cinta padanya, dan dia pun menerima cinta ku. Setelah sekian lama akhirnya aku pun meminta dia menikahi ku. Aku tahu mas Sandi tidak pernah mencintai ku tapi aku berharap dia akan mencintaiku suatu saat nanti. Pernikahan itu memang suatu yang sangat ku dambakan, setiap hari aku mencoba membuat mas Sandi jatuh cinta padaku ,segala usaha telah kulakukan. Bahkan aku telah bekerja siang dan malam . Aku bahkan rela bekerja dihitamnya kejahatan demi mencapai kekayaan dan kekuasaan, semua itu untuk Mas Sandi. Satu hal yang ku sedihkan dia tak pernah menyentuh tubuhku bahkan dia tak pernah perduli padaku. Dia hanya suami diatas surat, tapi aku tak pernah ada di kehidupannya. Banyak wanita yang dia bawa p
Mendengar ada kabar mengenai Dani, Brata segera pulang bersama ahli IT. Handphone yang digunakan oleh Susi segera terlacak oleh ahli IT yang telah berpengalaman. Susi ternyata ada disebuah rumah yang berada tidak jauh dari komplek perumahan Lia. "Ternyata Dani ada disekitar kita" Lia terkejut. "Iya sayang, kita akan segera menemukan dia. Kamu bergerak dulu ya" Dani bergegas mau pergi. "Mas aku harus ikut" Lia bergegas mengikuti Brata" Sayang tolong tunggu saja dirumah. Kamu jaga diri dan anak kita. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa" Brata terlihat cemas. "Tapi mas, aku mau lihat keadaan Dani " Lia menangis."Baiklah,tapi kumohon kamu gak akan melakukan hal yang membahayakan " Lia segera mengangguk. Brata, Lia dan beberapa orang yang terlatih bergerak menuju titik dari penelusuran keberadaan Susi. Sepanjang jalan Lia terlihat cemas, Brata pun terlihat tegang tapi dia tetap berusaha terlihat tegar agar Lia tidak bertambah cemas. Brata juga telah menghubungi Sandi, Gandi. Mereka se