Bani dan Lia tertidur nyenyak dibus yang membawanya pergi jauh dari tempat itu menuju kota M tempat Lia dilahirkan. Mereka semakin jauh meninggalkan kota yang memberikan derita bagi Lia. *****Keesokan harinya ditempat Lia disekap, Iwan datang untuk menggantikan Bani. Alangkah terkejutnya dia ketika tempat itu sangat sepi. Bani dan Lia hilang seperti ditelan bumi. Iwan langsung menghubungi Bani dan ternyata nomer yang dihubungi sudah tidak aktif."Gawat ini, kemana sih Bani ni. Bisa kacau ini dia hilang sama perempuan itu. Bos pasti marah besar" Bani berbicara sendiri. "Tapi bos harus tahu ini, kalau gak malah aku nanti yang disalahkan" Iwan menghubungi Sandi."Hallo...ada apa Wan" Iwan yang mendengar suara Sandi gemetar, Sandi terkenal sangat kejam dan tidak mau mendengar kesalahan sekecil apapun. Kematian adalah balasannya."Hallo bos,,...""Iya ada apa, ngomong kamu, ada masalah apa?"Sandi membentak."Ani bos.,....Bani sama perempuan itu hilang" Iwan menelan ludah."Serius kamu,
Lia gemetar ketakutan dikamar mandi. Terdengar keributan diuar, Lia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau orang-orang yang diluar itu masuk. "Mbak....mbak gak apa-apa?" Lia mendengar langkah kaki masuk, Lia menutup wajahnya kenangan dia disekap muncul kembali dan itu terlalu mengerikan. Pintu kamar mandi yang memang rusak tiba-tiba didorong oleh seseorang, Lia semakin ketakutan. Lia berteriak ketakutan"Tolong jangan siksa lagi aku mas, tolong..."Suara Lia terdengar lemah. Dia tidak punya tenaga lagi, dan tubuhnya lemah sekali. "Mbak, maafkan aku. Ini aku Bani. Ayo mbak..." Lia berlahan kembali kedunia nyata setelah mendengar nama Bani. Lia memeluk Bani."Terimakasih sudah datang, aku takut sekali" Lia menangis. Mereka duduk di kasur, Lia masih menenangkan diri nya, rasa takut dan trauma itu masih sangat kuat. "Mbak, makan dulu. Maaf aku lama ya mbak. Setelah mbak selesai makan kita pergi dari sini, aku sudah dapat rumah kontrakan" Bani tersenyum membuat Lia menjadi tena
Lia dirawat disebut rumah sakit besar dikota M dengan pengawalan yang ketat. Pak Deni mengatur beberapa orang bodyguard untuk menjaga keselamatan Lia. Lia ditempatkan disebuah ruangan ekslusif yang tidak terlihat seperti ruangan rumah sakit. Segala fasilitas yang ada sangat lengkap, dokter dan perawat yang berjaga ada 24 jam diruangan itu. Keadaan Lia sudah banyak perubahan, luka-luka ditubuhnya sudah sembuh, organ dalam tubuhnya juga ternyata banyak mengalami kerusakan. Dengan pengobatan yang teliti dan pengawasan yang ketat akhirnya Lia seperti lahir baru. Tubuh dan jiwanya sudah sehat seperti dulu. Kenangan buruk yang dia alami berlahan dia lupakan. Yang tak bisa dia lupakan adalah anak-anaknya dan dendamnya pada Sandi. "Kita akan menjemput anak-anak mu dan membalas dendam setelah kamu benar-benar kuat dan sehat, bajingan itu harus mendapatkan sakit lebih dari yang kamu rasakan" Pak Deni berkata dengan lembut, tapi matanya nampak merah menahan marah. Dia mendengar bagaimana tubu
Setelah kembali ke Indonesia, Lia pun mulai mencari tahu tentang Sandi dan anak-anak nya. Beberapa orang dia tugaskan ke kota dimana dia tinggal dulu. Setelah penyelidikan orang suruhan nya itu pulang memberikan laporan. "Bagaimana keadaan anak saya?" Lia tidak sabar langsung bertanya ketika bertemu. "Maaf Bu, masalah anak ibu, kami sudah mencari kesemua tempat belum juga menemukan titik terang. Setiap orang yang kami tanya tidak ada yang tahu dimana anak-anak setelah dibawa Sandi" Jago yang merupakan ketua dari tim detektif itu menjelaskan. Andi sebagai orang kepercayaan Lia juga terlihat marah. " Kok bisa ya anak-anak itu kalian tidak tahu keberadaannya. Kalian ini benar-benar tidak profesional. Saya bayar mahal kalian" Lia nampak marah. " Sekali lagi kami minta maaf Bu,""Sekarang bagaimana dengan Sandi?" Tanya Lia menatap tajam." Sandi sekarang sedang sakit, dia mengalami struk dan hilang ingatan. Setahun yang lalu dia mengalami kecelakaan dan membuat dia geger otak. Dia seper
Lia dan pengawal nya sampai di tempat Sandi dirawat, yaitu sebuah panti atau rumah singgah bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan baik karena sakit ataupun tidak punya tempat tinggal. Setelah menjumpai pengurus rumah singgah, Lia diijinkan menemui Sandi diruangan nya. Sandi ditempatkan disebuah ruangan yang terdiri atas beberapa tempat tidur yang ditempati oleh orang-orang yang menderita penyakit berat. Keadaan ruangan itu bersih dan terawat dengan baik. Rumah singgah ini adalah milik seorang pengusaha dikota P yang perduli dengan orang-orang yang tidak beruntung. Sebagian dari keuntungan perusahaannya digunakan untuk operasional rumah singgah, selain itu ada juga donatur dari orang-orang yang perduli. Lia sendirian mendekati Sandi, pengawal nya menunggu di pintu masuk . Lia teringat semua yang sudah dia lalui karena laki-laki yang sekarang tak berdaya ditempat tidurnya. Lia pernah berjanji akan memberikan balasan kepada Sandi atas semua penderitaan nya tapi sekarang melihat k
Gandi pun bergegas menemui Lia dihotel, dia berharap Lia dapat mengenal wanita pemilik rumah makan itu."Ada pa Gan...,? Ada informasi mengenai anak-anak?" Lia tidak sabar menunggu kabar dari Gandi."Iya Bu, tadi di daerah dekat rumah ibu waktu itu saya bertemu wanita yang sepertinya mengenal Ibu. Coba ibu lihat, mungkin ibu kenal?"Gandi menunjukkan sebuah foto, Lia melihat foto itu dengan seksama. " Oh...dia ini Nani. Orang yang dulu saya percayakan melindungi anak saya. Dimana kamu bertemu? Sekarang juga kita kesana" Lia langsung bergegas diikuti oleh Gandi. Mereka akhirnya sampai di warung yang tadi didatangi Gandi. Alangkah terkejutnya mereka melihat warung itu tutup padahal baru satu jam yang lalu Gandi dari tempat ini. "Lo..apa yang terjadi ya, padahal tadi tempat ini begitu ramai" Gandi kebingungan." Apa kamu gak salah tempat, gak mungkin warung yang ramai tiba-tiba ditutup seperti ini" Lia nampak kesal. "Itulah yang saya bingung kan Bu, apa yang membuat warung ini tiba-tib
Gandi mengumpulkan anak buahnya disebuah ruangan besar. Anak buahnya yang berjumlah 50 orang mendengarkan penjelasan Gandi dengan serius. Mereka mengatur strategi agar dapat melumpuhkan pengawalan dirumah itu. Keadaan dan jumlah penjaga dirumah Susi telah mereka dapatkan dari menyuap seorang pembantu rumah itu yang sering keluar berbelanja. Gandi terlihat serius dan bersemangat, Keberadaan anak-anak Lia mungkin akan segera mereka dapat kan dari Susi. Akhirnya tengah malam mereka semua bergerak menuju rumah Susi yang berada jauh dari pemukiman penduduk. Rumah itu memiliki halaman yang luas dan pengawalan ketat. Setiap sudut ada cctv yang mengawasi 24 jam. Susi memiliki kurang lebih 200 orang anak buah, yang menjaga rumahnya setiap saat ada 20 orang secara bergantian. Pada pukul 24.00 ada pergantian penjaga,hal inilah yang dimanfaatkan Gandi untuk menyerang. Beberapa orang berpakaian hitam terlihat memasuki kediaman Susi. Penjaga yang sudah lelah sedang menanti pergantian penjaga akh
Pov Sandi.Apakah yang telah kulakukan, mengapa hatiku begitu sakit melihat Lia menangis seperti itu? Siapakah aku sebenarnya?. Siapakah Lia ? mengapa dia begitu baik padaku? Berjuta tanya terus menghantuiku. Setiap merasakan kebaikan Lia aku merasa tidak pantas, aku benar-benar manusia yang sangat kotor dan jahat. Tidak ada wajah dan nama yang bisa kuingat hingga saat ini. Apakah ini semua adalah hukuman atas semua dosaku? "Lia, maafkan aku. Aku sudah membuatmu menderita" Aku memegang tangannya dan dia menghindar dengan halus, aku merasakan ada sesuatu yang dia simpan didalam hatinya. "Sudah mas, aku gak apa-apa mas, kesehatan mas sepertinya sudah membaik besok kita akan kembali ke Indonesia. Kuharap mas siap-siap" Lia pergi meninggalkan aku. Hatiku sakit sekali melihat dia menghindar dariku tapi hati kecilku berkata aku wajar menerima perlakuannya. Akupun menyiapkan semua pakaian ku dalam sebuah koper. Mungkin setelah pulang dari sini aku akan berpisah dengan Lia. Rasanya aku
Lia akhirnya mendapatkan kebahagiaan setelah bersabar dalam menjalani hidupnya yang penuh liku. Dia bertemu dengan Brata yang mencintai dia dengan semua kekurangan dan kelebihan nya. Mereka berbahagia bersama ketiga buah hatinya. Doni dan Dani yang telah memiliki adik yang begitu lucu sangat menyayangi si kecil. Tidak ada keluarga yang sempurna tapi dalam setiap permasalahan apabila dalam keluarga saling mendukung maka persoalan itu akan dapat diselesaikan dengan baik. Lia merasa menjadi wanita yang begitu bahagia diberi suami dan anak-anak yang begitu menyayangi. Brata juga sangat menyayangi keluarga nya. *********Kehidupan Sandi Dan Susi.Mereka sekarang tinggal di sebuah desa, mereka telah meninggalkan semua kehidupan lama yang penuh intrik. Sandi sekarang telah bekerja sebagai seorang petani. "Mas, makan dulu" Susi yang baru datang dari rumah memanggil Sandi yang masih bekerja ditengah sawah. Mereka bersiap mau menanam padi di sawah. Sandi menatap Susi dengan bahagia, dia m
Kehidupan Lia dan Brata telah tenang, mereka hidup bahagia. Telah lahir seorang bayi laki-laki yang begitu lucu. Bayi itu mereka beri nama Bayu. Dani yang telah mendapatkan seorang adik lucu juga sangat bahagia. "Lucu sekali kamu dek" Dani mencium gemes Bayu, mereka sedang bermain di ruang keluarga yang nyaman. "Hati-hati ya dek, adeknya masih kecil sekali" Lia yang sedang memilih pakaian untuk ganti Bayu mengingat kan. " Iya Bu, adek masih kecil, tangannya kecil, kakinya kecil, semuanya masih kecil" Dani tertawa senang. "Hai, kalian bermain kok bapak gak diajak?" Brata yang baru keluar dari kamar ikut duduk disamping Dani. "Eh,..bapak datang dek. Dia udah wangi.. hehehe" Dani tertawa. "Iya, bapak udah wangi, udah bisa dekat-dekat dengan adek" Brata mencium Bayu. "Adek Bayu kok masih bau acem ya...heheh""Iya pak, adek Bayu belum mandi, ini mau di mandiin ibu" Dani menjawab. "Ayo mandi ." Lia datang mengangkat tubuh Bayu ke kamar mandi. Dani dan Brata mengikuti dari belakang.
Lia dan Brata bersama Dani sedang duduk bertiga di pinggir kolam renang, tempat favorit mereka berkumpul. Terlihat jelas kebahagiaan di wajah mereka. "Senang sekali adek udah sehat dan ada dirumah bersama kita kan mas?" Lia tersenyum. "Iya sayang, bapak juga senang sekali Danj udah kumpul lagi bersama kita disini" Brata membelai rambut Dani. " Iya Bu, Pak. Dani kemarin itu takut sekali gak bisa lagi berjumpa. " Tiba-tiba ada mendung di wajah Dani. "Kamu kenapa nak?" Lia panik melihat Dani yang meneteskan air mata. "Adek sedih Bu, adek ingat waktu sama ibu Susi. " "Adek cerita apa yang dilakukan oleh ibu Susi sama adek" Brata menahan marah. Dia merasa marah kalau mengingat bagaimana Susi telah menculik Dani hingga membuat Dani trauma. "Ibu Susi itu baik pak, dia gak pernah menyakiti adek. Dia sayang sama adek. Adek jadi kasihan sama dia. Dia pasti sedih sekali, sekarang dia pasti kesepian" Lia dan Brata kaget ."Maksud kamu gimana dek? bukannya kamu dia culik terus disekap?" Lia
Hari-hari Susi di desa itu begitu tenteram, dia tidak harus bersembunyi atau cemas akan usaha dan anak buahnya. Dia hanya perlu datang ke tempat pembuatan ikan asin itu dan menjemur ikan. Sehari-hari dia bercanda dengan pekerja yang sama-sama menjadi pegawai disitu. Gajinya memang tidak seberapa, hanya 60/hari. Dengan melihat perjuangan mendapatkan uang itu, Susi jadi lebih menghargai uang. Dia yang terbiasa hidup mewah, uang bukan masalah besar. Kini sadar begitu banyak orang yang butuh bekerja dengan sangat berat hanya untuk mendapatkan sedikit uang. Sepulang bekerja,dia akan bercengkrama dengan keluarga pamannya yang sederhana. Keluarga yang sudah begitu lama tidak Susi miliki. Orang tuanya sudah meninggal ketika dia masih kecil, pamannya ini adalah adik dari ibunya. Hanya pamannya inilah satu-satunya keluarga yang dia miliki.Ketika sedang asyik bercerita setelah selesai makan, handphone yang Susi simpan di dalam kantongnya bergetar. Dia sudah mengatakan kepada anak buahnya hany
Susi termenung dipinggir pantai yang sepi, dia telah berada ditempat itu selama seminggu. Bersembunyi setelah gagal menculik Dani.Dia mengingat apa yang Sandi ucapakan sebelum dia pergi melarikan diri. "Susi, tusuk lah perutku dan segeralah lari. Aku ingin kamu membuka kehidupan baru. Lupakan aku, lupakan semua" Sandi berbisik ke telinga Susi, Sandi tidak mau Gandi mendengar rencananya. Susi sebenarnya masih begitu mencintai Sandi, dia tak mungkin tega membuat Sandi terluka. Sandi terus mendorong dia untuk bersandiwara bertengkar. Akhirnya peristiwa itu terjadi. Susi terpaksa menikam perut Sandi dengan dorongan dari tangan Sandi sendiri. Disaat yang mendesak itu, Susi segera melarikan diri. Dia sebenarnya tidak sanggup meninggalkan Sandi bersimbah darah. Tapi pandangan Sandi yang tajam menyuruh dia pergi dengan terpaksa dituruti oleh Susi. Dari kejauhan Susi memperhatikan Gandii yang berusaha menghentikan pendarahan di perut Sandi. Susi akhirnya pergi setelah melihat Sandi segera
POV SandiSusi begitu tega telah membohongi ku. Aku telah melakukan dosa yang sangat besar. Anak yang telah begitu lama ku rindukan telah ku bunuh dengan kejam. Bahkan orang yang paling ku sayangi telah tega ku siksa siang malam. Susi keterlaluan. Aku harus segera menemui Lia dan memohon ampun. Aku begitu merindukan dia. Aku tahu kesalahanku tidak pantas mendapatkan maaf dari Lia. Aku telah buta oleh semua cerita Susi. Aku sendiri bingung mengapa aku begitu percaya padanya, bahkan tanpa aku tahu aku melihat dia begitu menggairahkan dan setiap saat ingin menikmati tubuhnya, padahal aku selama ini tak pernah tertarik padanya. Entah apa sebabnya sekarang aku sangat jijik pada tubuhku sendiri yang telah menyentuh tubuhnya.Dengan kecepatan penuh aku menuju hutan , tempat aku menyiksa Lia selama ini. Rasanya sudah tidak sabar memeluk Lia. Aku sudah menghubungi anak buahku yang menjaganya tapi entah mengapa dia tidak bisa dihubungi. Dengan cepat begitu sampai ditempat itu, aku berlari.
Mas Sandi akhirnya meninggalkan ku sendirian yang terhempas menahan luka. Segala usahaku mempertahankan dia tetap di sisiku sia-sia. Aku menangis dan tak punya semangat lagi. Beberapa hari setelah kepergian Mas Sandi, aku dikejutkan oleh kedatangan nya yang tiba-tiba. "Mas, kamu pulang?" Aku begitu bahagia. Tanpa bicara dia pergi ke kamar kami. Aku pun segera menyusul. " Kamu kenapa mas? sakit?" Aku khawatir melihat wajahnya yang pucat. " Benar yang kamu katakan, Lia tidak pernah mencintai ku. Dia punya laki-laki lain dan bukan hanya satu" Mas Sandi terlihat begitu marah. Aku menyembunyikan rasa bahagia ku karena fitnah ku telah berhasil."Sabar ya mas, lupakan dia. Dia memang tidak pantas kamu cintai" Aku pun memeluk mas Sandi. Aku bahagia sekali akhirnya mas Sandi kembali kepelukanku. "Aku sudah membunuh bayi haram itu" Betapa terkejutnya aku. "Maksud mu mas?""Bayi itu telah mati, Lia harus menerima hukuman dari penghianatan yang telah dia lakukan " Mas Sandi yang kejam tel
POV SusiMelihat kebahagiaan Lia rasanya hatiku begitu sakit, aku yang dulu begitu mencintai mas Sandi bisa dilupakan semudah itu. Mas Sandi adalah laki-laki yang kutemukan di gelapnya kehidupan jalanan. Dia laki-laki yang baru keluar dari penjara kulihat begitu menarik. Aku pun jatuh cinta padanya, dan dia pun menerima cinta ku. Setelah sekian lama akhirnya aku pun meminta dia menikahi ku. Aku tahu mas Sandi tidak pernah mencintai ku tapi aku berharap dia akan mencintaiku suatu saat nanti. Pernikahan itu memang suatu yang sangat ku dambakan, setiap hari aku mencoba membuat mas Sandi jatuh cinta padaku ,segala usaha telah kulakukan. Bahkan aku telah bekerja siang dan malam . Aku bahkan rela bekerja dihitamnya kejahatan demi mencapai kekayaan dan kekuasaan, semua itu untuk Mas Sandi. Satu hal yang ku sedihkan dia tak pernah menyentuh tubuhku bahkan dia tak pernah perduli padaku. Dia hanya suami diatas surat, tapi aku tak pernah ada di kehidupannya. Banyak wanita yang dia bawa p
Mendengar ada kabar mengenai Dani, Brata segera pulang bersama ahli IT. Handphone yang digunakan oleh Susi segera terlacak oleh ahli IT yang telah berpengalaman. Susi ternyata ada disebuah rumah yang berada tidak jauh dari komplek perumahan Lia. "Ternyata Dani ada disekitar kita" Lia terkejut. "Iya sayang, kita akan segera menemukan dia. Kamu bergerak dulu ya" Dani bergegas mau pergi. "Mas aku harus ikut" Lia bergegas mengikuti Brata" Sayang tolong tunggu saja dirumah. Kamu jaga diri dan anak kita. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa" Brata terlihat cemas. "Tapi mas, aku mau lihat keadaan Dani " Lia menangis."Baiklah,tapi kumohon kamu gak akan melakukan hal yang membahayakan " Lia segera mengangguk. Brata, Lia dan beberapa orang yang terlatih bergerak menuju titik dari penelusuran keberadaan Susi. Sepanjang jalan Lia terlihat cemas, Brata pun terlihat tegang tapi dia tetap berusaha terlihat tegar agar Lia tidak bertambah cemas. Brata juga telah menghubungi Sandi, Gandi. Mereka se