Share

Dua Puluh Enam

Author: Nannys0903
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Bagaimana apa kamu sudah memecat wanita itu?" tanya Rita saat kami sampai di rumah.

Tubuh kami lelah, ia langsung saja meneror. Aku melangkahkan kaki menuju kamar dengan langkah pelan.

"Bagus kalau dia kamu pecat! Dasar pelakor, wanita gatal! Pacaran sama laki orang."

Suara langkah sepatu terdengar masuk ke dalam. Aku masih berada di anak tangga. Menoleh ke belakang siapa yang datang.

"Kami berpacaran sebelum Ilham menikahi kamu!" teriak seorang wanita. Berjalan mendekati mereka. Ia adalah Vika. Sorot matanya penuh dendam.

"Mau apa kamu ke sini?" Rita melangkah lebih maju.

"Aku mau minta pertanggung jawaban Ilham!"

"Apa! Pertanggung jawaban. Apa aku gak salah dengar?" Rita kembali bicara dengan nada yang lebih tinggi.

"Iya, aku dan Ilham saling mencintai. Tapi, kamu telah menjebaknya!"

"Vika ...," panggil mas Ilham.

Tak kusangka ternyata mas Ilham adalah laki-laki buaya. Mengobral diri ke setiap wanita.

"Aku tak menjebaknya! Kami melakukan suka saling suka." Rita semakin maju melangk
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Dua Puluh Tujuh

    Baru saja memejamkan mata. Suara teriakkan mas Ilham membuatku bangkit."Intan! Intan," panggilnya.Aku mengintip dibalik jendela. Sudah jam setengah dua belas, lelaki yang akan menjadi mantanku berteriak memanggil namaku."Intan! Intan! Mas mau masuk," teriaknya dari halaman rumah.Sepertinya lelaki itu nekad masuk menerobos penjaga keamanan. Segera turun ke lantai bawah dan membuka pintu."Ada apa lagi, Mas?"sungutku kesal."Intan, mereka tak mengizinkan masuk. Mereka siapa?"Tubuhnya ditahan oleh kedua anak buahku."Mereka anak buahku. Aku yang menyuruh mereka. Ada apa kamu ke sini, bukankah kita akan segera bercerai?""Aku tak mau bercerai," tolaknya lantang." Beri aku kesempatan. Aku akan menceraikan Rita setelah melahirkan.""Aku tak peduli kamu mau atau tidak. Tetap aku akan menceraikamu dan ingat rumah beserta perusahaan milikku."

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Dua Puluh Delapan

    Aku menghampiri Bayu dan Rehan yang duduk dengan tawa mengema di ruangan serta bermain robot mainan. Kakiku tak sengaja tersandung karpet. Hingga tubuhku hampir saja terhuyung kalau saja Rehan tak segera menahan tubuhku.Suara tepuk tangan membuatku menoleh ke arah kanan. "Bagus sekali! Ternyata kamu ada main dengan lelaki lain," tuduhnya dengan senyum sinis. Seorang wanita berada di sampingnya.Segera melepaskan diri dari tangan Rehan."Ada apa kalian ke sini?" tanyaku.Mereka adalah Rita dan Rico. Masuk ke rumah orang tanpa izin. Bagaimana mereka tahu alamat rumah mama."Aku ke sini hanya ingin menjenguk keponakanku." Menghampiri Bayu dan aku segera menghalangi langkahnya."Jangan dekati anakku!" larangku."Tenang, aku hanya menyapa. Wajahnya mirip sekali Ilham."Rico memang belum pernah melihat Bayu. Sebelum hari pernikahan Rita. Bayu tak ada di rumah."Sudah! Jangan banyak omong! Kalian mau apa?""Kami ingin Bayu ikut kami," pintanya."Enak saja kamu ngomong. Memangnya kamu siapa?

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Dua Puluh Sembilan

    "Mama, aku harus ke rumah Adel. Maaf, Ma. Tak bisa menjaga Mama." Izinku kepadanya."Mama tak apa. Pergilah. Adel lebih membutuhkanmu." Tersenyum menatapku."Bayu, Mama pergi sebentar. Nanti balik lagi. Ada beberapa orang yang akan jaga rumah ini. Maafkan Intan kalau Mama terlibat.""Tak usah khawatir. Siapapun kamu, Intan anak Mama dan tangan ini selalu menerimanya."Ucapan mama sungguh menenangkan hati. Seburuk apapun seorang anak, ia akan tetap menerimanya.**Suara tangisan Adel terdengar jelas di dalam kamar. Pintu rumahnya tak terkunci. Suasana rumah berantakkan. Bundanya Adel tak ada. Biasanya wanita itu akan menyapaku.Gelas, piring berhamburan di lantai. Adel tak memiliki pembantu. Ia lebih suka mengerjakan sediri. Kecuali, pakaian mereka laundry."Adel ...." panggilku. Mendorong pintu kamarnya."Intan!" Matanya sembab. Penampilannya acak-acakkan.Aku menghampirinya dan memeluk tubuh sahabatku. Ia jarang sekali menangis. Tapi, kali ini berbeda. Sepertinya masalahnya amat besa

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tiga Puluh

    Om Arga Aku berpamitan kepadanya dan meminta maaf. Menarik paksa Adel masuk ke mobil dan ia menolak untuk ikut denganku."Aku ingin bertemu Bunda. Aku yakin bunda di sini, Om!" "Dia tidak ada pergilah! kalian menganggu tidurku saja. Jangan tanya aku di mana dia. "Om, paling dekat dengan bunda. Aku tahu Om telah menyembunyikan sesuatu." Adel tak mau pergi. Ia yakin laki-laki sombong dihadapannya tahu segalanya. "Sudah Del, bundamu tak ada. Dia Sudah memberitahukanmu. Sabar Del." "Om Arga, aku gak akan maafin Om kalau kamu berdusta. Lihat saja Om!" ancam Adel kalap. Ia bagaikan gadis kesurupan tak bisa dibujuk atau di ajak diam. Kalau berhubungan dengan Bunda pasti Adel paling terdepan. Gadis tomboi itu tak ingin wanita yang telah melahirkannya terluka. "Adel, ayo kita pergi," bujukku menarik tubuhnya menjauh dari pintu. kubuka pintu mobil dan menyuruh Adel untuk masuk ke dalam, segera b

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tiga Puluh Satu

    "Kamu jangan sedih. Aku yakin kita pasti bisa menemukan ayah kandungmu. Kita ke basecamp aja." Adel tak menjawab memilih melihat pemandangan dari luar jendela."Bagaimana apa kalian sudah menemukannya?" tanya Cheri setelah kami memasuki ruangan."Kamu bener gak cek lokasinya?" tanyaku."Benarlah. Lokasinya kuat banget. Aku sampai tiga kali mengecek keberadaannya.""Tapi, tak ada bunda di sana," tungkasku."Lah, kalian masuk dari mana?""Dari pintulah." Adel mulai menjawab."Oh, jadi kalian langsung tanya sama pemilik rumahnya?" Cheri melipat tangan di dada.Aku dan Adel saling berpandangan." Maksudmu. Kita harus menyusup?""Iya, kalau itu harus diperlukan.""Intan, lebih baik kirim orang yang ahli dalam hal ini.""Ide yang bagus Del." Aku segera menghubungi anak buahku untuk mengecek vila om Arga."Sudah. Sekarang kit

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tiga Puluh Dua

    "Aku ke sini sama pacarku bukannya ngikutin Om.""Sudah jangan banyak alasan. Pacar kamu aja gak ada.""Ada Om. Itu." Tunjukku ke arah seorang lelaki yang sedang memilih kemeja."Hei Sayang! Aku di sini." Ucapanku membuat lelaki itu terkejutRehan menoleh kanan dan kiri." Sayang, kamu lama sekali!" ucapku manja."Ini Om pacarku," sapaku kepadanya. Mengandeng mesra."Rehan pacarmu?" tanya om Arga. Aku menganggukkan kepala dan merangkul lengan Rehan mesra."Rehan apa kamu tak salah memilih pasangan?" tanyanya dengan nada meledek"Eh itu ....." Kucubit pinggang belakangnya agar mengikuti permainanku.Adel dan Cheri mencoba mendekati. Aku memberi kode kepadanya agar menjauh. Melihat keberadaan kedua sahabatku. Rehan paham dengan perannya."Iya, Om. Intan adalah pacarku. Kami baru saja jadian." Rehan meletakkan tangan di bahuku. Ia mengelus rambutku lembut dan mencium rambutku.Sungguh terlalu lelaki ini. Asal cium rambut orang. Mengambil kesempatan dalam kesempitan."Rehan, Rehan kamu pun

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tiga Puluh Tiga

    Beberapa menit kemudian keluar seorang lelaki dengan kemeja biru tua. Penampilannya tak seperti dulu. Rambut tak tersisir rapi. Wajah kusam dan berminyak. Dia adalah suamiku mas Ilham. Mengapa ada dia, berarti pikiranku salah tentang Rita.Lelaki yang dipanggil papa oleh anakku ikut masuk ke mobil mereka. Memilih duduk di kursi depan sebagai supir. Sedangkan Rita dan om David berada di belakang.Merasa heran dengan situasi ini. Apa yang aku pikirkan salah. Tak mungkin suamiku bekerja sebagai supir pribadi mereka."Kita ikuti saja mereka!" perintahku. Rasa penasaran yang mengebu. Ingin mengetahui apa yang terjadi."Ide yang bagus. Kali aja kita dapar petunjuk menemukan bunda. Mungkin mereka tahu."Cheri menyalakan mobil setelah mobil om David sudah melintasi mobil kami. Perlahan tapi pasti mengikuti pergerakkan mereka.Cheri menjaga jarak dengan mobil mereka.Aku memantau mobil tersebut agar tak tertinggal jejak. "Kira-kira mereka mau ke mana?" tanya Adel. Matanya terlihat bengkak aki

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Tiga Puluh Empat

    Aku menunggu kabar mereka, rasanya ingin sekali masuk ke dalam. Apakah mereka tertangkap basah. Aku akan menunggu beberapa menit lagi menunggu kabar mereka. Mungkin saja Mereka bersiap-siap melakukan aksi. Suara ponselku bergetar, panggilan video masuk terlihat di layar pipihku. Segera memasang headset agar terdengar jelas percakapan mereka.Cheri dan Adel duduk di belakang om David. Meletakkan ponsel menghadap mereka. Dan perekam suara di letakkan di belakang bangku om David. Sesuai yang dikatakan Cheri. Cheri selalu membawa peralatan pengintainya agar terdengar jelas percakapan para tersangka dalam misi kami. Gadis itu selalu mendapatkan ide yang cemerlang. "Papa, bagaimana kalau mas Ilham bekerja denganmu?" Rita memanggil om David dengan sebutan papa."Bagaimana, ya? Perusahaan papa belum butuh karyawan. Semua devisi sudah terisi. Lagian Ilham masih pemilik perusahaan Intan.""Perusahaan t

Latest chapter

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Tujuh

    Bab 137 Aku dan Serly menghampiri pria pengkhianat di perusahaanku. Sebelum pria itu kabur aku telah memberikan jebakan untuknya. Kubuat dana di perusahaan berkembang pesat. Ia pasti tahu akan hal itu karena pegawai yang mengkhianatiku berada di bagian keuangan. Lagi-lagi ia melakukan pengeluaran tak terduga. Bukti ini nyata dan bisa menjadi barang bukti. "Apa yang tejadi dengan keuangan perusahaan ini? Bagaimana bisa menurun drastis begini. Padahal pemasukan berjalan seperti biasa." Kuletakkan berkas yang dibuat oleh pria itu. Pria yang sejak tadi tampak gelisah. "Memang seperti itu keadaan perusahaan kita." "Gak mungkin." Kulipat tangan di dada menatap pengkhianatan perusahaan. Wajah pria berusia empat lima tahun duduk di depanku. Ia tak sanggup menatapku. "Mengapa ada pengeluaran yang tak aku mengerti di sini!" Kutunjuk berkas keuangan bulan ini. "Oh, itu untuk keperluan perusahaan ini." "Gak mungkin kepentingan perusahaan sebanyak tiga puluh juta. Coba katakan padaku un

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Enam

    Bab 136 Ku injak rem dengan cepat. Seorang wanita merentangkan tangan di depan kendaraan roda empat milikku. Untung saja kakiku segera menginjak rem dengan capat. Seorang gadis berdiri menatap manik aku. Aku kenal wajah itu. Ia adalah Lisa, adik Rita. "Tolong aku! Tolong!" Aku melihat pria yang berada di club. Ia mengejar Lisa dengan tatapan marah. Kubuka pintu mobil dan Lisa segera masuk ke dalam. Wajah Lisa tampak pucat. Aku menginjak gas dengan cepat hingga mobilku melanju meninggalkan pria yng masih mengejar Lisa. "Cepat Mba! Cepat!" Suara teriakkan Lisa membuatku terkejut. Pria itu masih mengejar kami. Kulihat dia dari kaca spion kembali ke mobilnya. "Mba Intan, cepatan! Tolong aku!" "Tenang Lisa. Kasih aku ketenangan." Lisa diam dan hanya terisak. Aku tahu ia memiliki masalah yang tak rumit. Wajah Lisa menoleh ke arah belakang. Mobil yang dikendarai pria itu berada di belakangku. Ku injak lagi gas lebih kencang agar pria itu tak dapat mengejar mobilku. Semua mobil y

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Lima

    Bab 135 Senyum menyeringai terlihat jelas. Mba Nita tersenyum sinis menatapku penuh arti. "Tanda tangan saja!" "Aku gak bisa, Mba. Aku gak bisa."Sebagai seorang ibu aku tak bisa melakukan hal itu. Aku tak ingin hidupku jauh dari anak. Pikiran mereka licik dan tak berbobot. Aku akui klo diri ini juga pernah melakukan hal licik dan jahat. "Lalu kamu ingin menjadi istri suamiku selama begitu. Jangan mimpi. Mas Bromo hanya memiliki istri satu yaitu aku. Hanya aku." Aku menundukkan kepala dan menatap Mas Bro sejenak. Kenapa pria tua itu berubah ketika berada di samping istri pertamanya. "Mas, aku ini seorang Ibu. Tak ingin jauh dari anakku." Aku memang jahat dan licik tapi aku juga akan menjadi seorang ibu. "Lebih baik tanda tangan saja. Kamu masih muda. Kamu masih memiliki jalan panjang. Kami akan merawatnya." Ucapan Mas Bro terdengar bijak. Apakah ia bisa dipercaya atau hanya berpura-pura saja. Sedangkan di belakang mba Nita ucapannya begitu manis. Pria itu begitu sayang kepad

DMCA.com Protection Status