Beranda / Lainnya / HYANG YUDA / 52. DEWA PERANG DAN JANJI HYANG TARANGGA

Share

52. DEWA PERANG DAN JANJI HYANG TARANGGA

Penulis: mahesvara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-11 05:53:26

Hyang Yuda terkejut mendengar jawaban yang diberikan oleh Hyang Tarangga, “Kenapa aku harus kehilangan ingatanku, Hyang Tarangga?” 

Hyang Amarabhawana yang tidak tega melihat Hyang Tarangga terus menjelaskan rencana itu kemudian maju berbicara menggantikan Hyang Tarangga untuk berbicara. 

“Hyang Yuda. . . rencana itu awalnya adalah rencana yang sempurna yang telah dirancang oleh Hyang Tarangga bersama denganku. Hyang Tarangga bahkan membaca semua takdir manusia dan memikirkan semua kemungkinan yang ada untuk membantu Hyang Yuda. Tapi sesuatu terjadi di luar kendali. . .” 

“Apa itu, Hyang Amarabhawana?” 

“Bukankah sebelumnya Hyang Tarangga menjelaskan Hyang Yuda menerima dua berkah dari ayah Hyang Yuda?” 

Hyang Yuda menganggukkan kepalanya mengingat penjelasan Hyang Tarangga sebelumnya, “Benar. Satu berkah yakni mata yang mampu membuat ayahku melihat makhluk – makhl

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • HYANG YUDA   53. DEWA PERANG DAN KEMBALINYA DUA BERKAH MILIKNYA

    Peperangan yang terjadi di Janaloka lima ratus tahun kemudian. . . Angin kencang bersama dengan getaran dahsyat datang diikuti cahaya yang keluar dari tubuh Hyang Yuda. Sama seperti kebangkitan keduanya yang sempat dilupakan oleh Hyang Yuda, kini Hyang Yuda mengalami kebangkitan yang sama untuk kedua kalinya. Seluruh pakaian Hyang Yuda yang tadinya serba putih dengan jubah perang berwarna emas berubah menjadi kombinasi hitam, biru dan ungu. Sayap dengan warna kombinasi yang sama muncul di punggung Hyang Yuda diikuti dengan mahkota dan topeng emas yang menutupi separuh wajah Hyang Yuda. Berkat cincin yang dipasangkannya di jari manis tangan kanannya, Hyang Yuda secara paksa memanggil kembali semua berkah miliknya yang sempat diberikannya kepada Pawestri Manohara istrinya yang kini bernama Sasarada. Melihat perubahan yang terjadi kepada Hyang Yuda, Mahamara justru bertepuk tangan merasa sangat senang karena keinginannya yang telah t

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • HYANG YUDA   55. DEWA PERANG DAN NASIB BURUK DARI MAHAMARA

    Begitu proses kremasi berakhir, Dyah Manila berniat untuk mencuri abu dari Rakryan Tumenggung Sena. Namun sesuatu yang tidak diduganya datang menghalangi niat buruknya itu. “Siapa kamu?” teriak Dyah Manila ketika melihat sosok pria yang berdiri dengan membawa tiga guci abu di tangannya. Pria itu tersenyum ke arah Dyah Manila dan menjawab, “Niatmu buruk sekali, Dyah Manila.” “Aku tidak pernah melihatmu di sini, siapa kamu? Kenapa kamu membawa tiga guci abu itu bersamamu? Dan dari mana kamu tahu namaku?” “Aku. . . aku tahu lebih banyak dari yang kamu kira, Dyah Manila. Aku juga tahu kapan kamu akan matidan bagaimana kamu akan mati . . . kupikir pertemuanmu dengan Sena akan membuatmu sadar dan membersihkan hatimu yang kotor itu. Kupikir perasaanmu terhadap Sena akan membawamu pada jalan kebaikan dan berusaha untuk menyelamatkan Sena dari takdir buruk yang sudah membayanginya. Tapi nyatanya. . . kamu justru terlibat dalam bah

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • HYANG YUDA   56. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN MANILA SEBAGAI MAHAMARA

    Hyang Yuda hanya bisa menggelengkan kepalanya ketika melihat satu per satu adegan dalam kehidupan yang dijalani oleh Dyah Manila bahkan setelah kematiannya. Di antara pikirannya yang terbelah antara membaca ingatan kehidupan Mahamara dan kehidupan nyata, Hyang Yuda mengajukan pertanyaan kepada Hyang Tarangga yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri. “Hyang Tarangga. . .” “Ya, Hyang Yuda. . .” jawab Hyang Tarangga. Hyang Tarangga terkejut mendengar namanya dipanggil karena biasanya para Hyang yang sedang membaca ingatan makhluk lain akan benar – benar fokus dan mengabaikan keadaan sekelilingnya. Dengan alasan itu, Hyang Tarangga biasanya akan selalu ditemani oleh Hyang Marana atau Hyang Yuda ketika melakukan hal yang sama. “Apakah sosok yang dilihat Dyah Manila waktu itu dan membawa tiga guci abu milikku dari Majapahit adalah Hyang Tarangga?” Hyang Tarangga menganggukkan kepalanya, “Ya, itu memang aku. Setelah mengawasi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • HYANG YUDA   57. DEWA PERANG DAN PEPERANGANNYA DENGAN MAHAMARA

    “Apa maksud dari ucapanmu itu?” tanya Dyah Manila. “Banyak makhluk termasuk para dewa melupakan kejadian penting di hari kebangkitan Hyang Yuda sebagai Dewa Perang yang Agung dari Amaraloka. Entah bagaimana semua makhluk yang terlibat di hari kebangkitan Hyang Yuda sebagai Dewa Perang melupakan ingatan mereka, Mahamara,” jelas penyusup itu kepada Dyah Manila. “Lalu dari mana kamu tahu tentang hal ini?” “Ada satu makhluk yang tidak sengaja mengetahui hal ini dan kemudian bersembunyi di Janaloka. Dari informasi yang saya dapat, makhluk ini berhasil melarikan diri dan bersembunyi.” “Kalau begitu, aku ingin kamu membawaku menemui makhluk itu. Ada yang harus aku tanyakan langsung padanya.” Tidak butuh waktu yang lama bagi Dyah Manila yang telah mendapatkan posisi sebagai Mahamara untuk menemukan makhluk yang dimaksud. Makhluk itu rupanya adalah Amarokkecil yang bersembunyi di tanah suci Girilaya tempat wasi dimak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-19
  • HYANG YUDA   58. DEWA PERANG VS MAHAMARA 1

    Mendengar jawaban dari Hyang Yuda yang masih bersikukuh dan setia terhadap Manohara, membuat Mahamara semakin kehilangan ketenangannya. Api cemburu dan api kebencian yang membakar hatinya selama lebih dari lima ratus tahun kini memuncak. Keinginan dan harapan yang telah ada selama lebih dari lima ratus tahun kini berakhir dengan kepahitan dan rasa sakit hati yang amat dalam di dalam hatinya. Mahamara, posisi sebagai pemimpin dari Mara yang telah direbutnya. Mahamara, posisi yang telah memberikannya banyak kekuatan. Kini bahkan dengan ancaman kehancuran tiga alam tidak lagi mampu membuat Hyang Yuda, pria yang telah dicintainya lebih dari lima ratus tahun melihatnya sebagai wanita. Dengan jelas, Mahamara menangkap bayangan dirinya di mata pria yang dicintainya sebagai makhluk yang mengerikan, hina dan jahat. Dalam hatinya, Mahamara bertanya kepada dirinya sendiri. Untuk lima ratus tahun lamanya yang telah kuhabiskan selama ini, apakah aka

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-21
  • HYANG YUDA   59. DEWA PERANG VS MAHAMARA 2

    “Apa maksud dari ucapanmu itu, Hyang Yuda? Menurutmu, aku sendiri yang menggali kuburan kematianku?” Mahamara masih tidak mengerti ucapan Hyang Yuda. Dengan menahan rasa sakit dan perih pada luka kedua lengannya yang terpotong, Mahamara berpikir keras dan berusaha membuat rencana agar dirinya bisa lari dari situasi yang berbahaya ini. “Benar. . . kamu sendiri yang menyebabkan kematianmu, Mahamara. . .” “Tidak mungkin, aku sudah mempertimbangkan banyak hal dalam rencana yang aku buat dan rencana itu benar – benar telah sempurna.” Mahamara masih merasa yakin dengan rencana yang telah dibuatnya dalam waktu yang cukup lama. “Bukankah sudah kukatakan bahwa aku memiliki dua berkah, Mahamara? Kamu melupakan satu berkah ini dalam rencana yang kamu buat. . .” “Meski Hyang Yuda memiliki dua berkah sekaligus, apa hubungan berkah itu dengan rencanaku yang sempurna itu?” Mahamara masih merasa rencana yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • HYANG YUDA   60. DEWA PERANG DAN KEMATIAN MAHAMARA

    “Hyang Ruksa??” Mahamara berjalan mundur berusaha menjauh dari Hyang Yuda setelah melihat kekuatan dari panah milik Hyang Yuda yang baru dilepasnya. “Ya, Hyang Ruksa, Dewa Kehancuran yang Agung dari Amaraloka. Apakah kamu tahu apa tugasku?” Mahamara menggelengkan kepalanya tidak tahu. “Aku adalah Dewa yang akan membawa kiamat kelak di Janaloka. Sanghara Gandhewa adalah busur yang akan digunakan untuk melepas kiamat kelak. Itu tadi hanyalah sedikit kekuatan dari busur ini. . . Manusia mungkin menyebutnya sebagai kiamat kecil.” Ketakutan terus menjalar di seluruh tubuh Mahamara. Wajahnya memucat dan tubuhnya bergetar dengan hebatnya. Mahamara sama sekali tidak mampu menatap mata Hyang Yuda dan terus melangkah mundur berusaha menjauh dari Hyang Yuda. Seribu satu cara telah berusaha dipikirkan oleh Mahamara untuk usaha pelarian diri dan penyelamatan dirinya. Namun dari seribu satu cara itu, tidak satu p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • HYANG YUDA   60. DEWA PERANG DAN KEMATIAN MAHAMARA

    “Hyang Ruksa??” Mahamara berjalan mundur berusaha menjauh dari Hyang Yuda setelah melihat kekuatan dari panah milik Hyang Yuda yang baru dilepasnya. “Ya, Hyang Ruksa, Dewa Kehancuran yang Agung dari Amaraloka. Apakah kamu tahu apa tugasku?” Mahamara menggelengkan kepalanya tidak tahu. “Aku adalah Dewa yang akan membawa kiamat kelak di Janaloka. Sanghara Gandhewa adalah busur yang akan digunakan untuk melepas kiamat kelak. Itu tadi hanyalah sedikit kekuatan dari busur ini. . . Manusia mungkin menyebutnya sebagai kiamat kecil.” Ketakutan terus menjalar di seluruh tubuh Mahamara. Wajahnya memucat dan tubuhnya bergetar dengan hebatnya. Mahamara sama sekali tidak mampu menatap mata Hyang Yuda dan terus melangkah mundur berusaha menjauh dari Hyang Yuda. Seribu satu cara telah berusaha dipikirkan oleh Mahamara untuk usaha pelarian diri dan penyelamatan dirinya. Namun dari seribu satu cara itu, tidak satu p

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25

Bab terbaru

  • HYANG YUDA   EXTRA CHAPTER

    “Begitulah kisah cinta dan kisah perjuangan dari Rakryan Tumenggung Sena dan Pawestri Manohara. Setelah terpisah oleh kematian, setelah melewati tiga kehidupan penuh ujian dan penantian yang panjang, Rakryan Tumenggung Sena dan Pawestri Manohara akhirnya bersatu kembali di Amaraloka.” “Benarkah begitu Paman?” tanya anak laki – laki dari lima anak laki – laki yang mendengarkan kisah dari pendongeng bernama Rangga. “Benar.” “Lalu apakah kerajaan dan Maharaja melupakan Rakryan Tumenggung Sena dan Pawestri Manohara?” tanya satu dari empat anak perempuan yang juga ikut mendengar kisah dari pendongeng bernama Rangga. “Maharaja tidak melupakan adik kesayangannya, Manohara. Hanya saja kisah cinta mereka kemudian terkubur bersama dengan kematian seluruh saksi dari kejadian yang membunuh RakryanTumenggung Sena dan Pawestri Manohara. Semua saksi dalam kejadian itu menyimpan rahasia itu sebagai bentuk sumpah setia kepada Maharaja dan

  • HYANG YUDA   74. EPILOG

    Hyang Yuda berdiri di depan gerbang Sadyapara menunggu pratiwimba milik Hyang Marana datang membawa atma dari Isvara yang merupakan reinkarnasi keempat dari Manohara. Dengan gugup, Hyang yuda berdiri menunggu sementara Hyang Tarangga yang berdiri menemani di sampingnya tampak begitu tenang seperti biasanya. “Tenanglah, Hyang Yuda.” Hyang Tarangga berusaha menenangkan Hyang Yuda yang begitu gugup bahkan lebih gugup ketika harus memimpin perang. “Kenapa pratiwimba milik Hyang Marana lama sekali, Hyang Tarangga?” Hyang Yuda berkata dengan raut wajah yang sudah tidak lagi bisa menahan rasa sabarnya. “Manusia yang mati hari ini berjumlah ratusan dan belum lagi yang mati di sisi lainnya di Janaloka. Tugas Hyang Marana begitu banyak, jadi tunggulah dengan sabar,Hyang Yuda. Atma dari Isvara tidak akan menghilang.” Tidak lama kemudian dari gerbang masuk Sadyapara, Hyang Yuda melihat kedata

  • HYANG YUDA   73. DEWA PERANG DAN KEMATIAN ISVARA

    Sepuluh tahun kemudian. Tahun 1945. Isvara kini telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dengan karakter dan kepribadian yang baik. Dengan keluarganya yang merupakan keluarga bangsawan, tidak sulit bagi Isvara untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi untuk masa depannya kelak. Isvara yang sudah memiliki kecerdasan yang cukup tinggi sejak masih kecil mengenyam pendidikan di Sakolah Raden Dewi(1) dan lulus di usianya yang masih muda. (1)Sakolah Raden Dewi adalah sekolah yang didirikan oleh Dewi Sartika pada tahun 1904 dengan nama sekolah istri atau sekolah untuk perempuan di Bandung. Sekolah ini mengalami perubahan nama beberapa kali sebelum akhirnya pada tahun 1929 berubah nama menjadi Sakolah Raden Dewi. Hyang Yuda yang melihat pertumbuhan Isvara merasa begitu senang karena Isvara memiliki kehidupan yang benar – benar membuatnya bahagia. Hyang Yuda

  • HYANG YUDA   72. DEWA PERANG DAN PENANTIAN YANG BERAKHIR

    Tahun 1925 Hyang Yuda menghela napas panjang ketika mendapati dirinya harus bertugas hanya berdua dengan Hyang Marana. Mendengar helaan napas panjang dari Hyang Yuda, Hyang Marana melirik dengan tajam ke arah Hyang Yuda dan berkata, “Aku mendengar helaan napas panjang itu, Hyang Yuda. Apakah begitu membosankannya bagi Hyang Yuda untuk bekerja bersama denganku?” Hyang Yuda dengan cepat berusaha tersenyum mendengar omelan dari Hyang Marana yang mendengar helaan napas panjangnya dan menjawab pertanyaan dari Hyang Marana, “Tidak, Hyang Marana.” “Kalau begitu berhentilah menghela napas panjang karena bukan hanya Hyang Yuda saja yang merasa sebal. Aku pun juga merasakan hal yang sama. . . Akan lebih baik jika Hyang Tarangga ada di sini menjadi penengah di antara kita berdua. . .” Hyang Yuda menganggukkan kepalanya mendengar ucapan Hyang Marana. Untuk pertama kalinya dalam 600 tahun keh

  • HYANG YUDA   71. DEWA PERANG DAN SERATUS TAHUN PENANTIANNYA

    Seratus tahun kemudian. . . Selama seratus tahun, Hyang Yuda melakukan semua pekerjaan yang dimilikinya dengan giat. Dari pergi melihat jalannya perang bersama dengan Hyang Marana dan Hyang Tarangga, kemudian pergi bersama dengan Hyang Marana dalam menjemput banyak atma manusia yang tewas karena serangan wabah dan sesekali membantu pekerjaan para Hyang lainnya ketika Hyang Yuda sebagai Hyang Ruksa melepas panah Sanghara Gandhewa dan membuat kiamat kecil datang ke Janaloka. Pada tahun 1815, Sanghara Gandhewa yang dilepaskan oleh Hyang Yuda membuat Tambora Giri(1) meletus dan mengakibatkan banyak manusia yang tewas. Hyang Marana dan Hyang Tarangga benar – benardibuat bekerja keras ketika Sanghara Gandhewa milik Hyang Ruksa dilepas ke Janaloka. Tidak hanya itu saja akibat dari letusan Tambora Giri yang sangat dahsyat, tsunami datang di beberapa titik di Janaloka dan mengakibatkan ribuan manusia kehilangan nyawanya. Akibat l

  • HYANG YUDA   70. DEWA PERANG DAN PENYESALAN SASARADA

    Mendengar ucapanku, sosok hitam dengan wujud wanita itu kemudian memasang wajah murka kepadaku. Tangannya mengepal berusaha merusak selubung pelindung yang dibuat Hyang Yuda sebelum hilang kesadarannya. Tatapan matanya menyala seakan berusaha membakarku dengan amarahnya. Beruntungnya aku,berkat selubung itu aku berhasil menyelamatkan diri dan berjalan menjauh dari sosokhitam dengan wujud wanita itu. Menyadari aku yang perlahan berusaha pergi, sosokhitam dengan wujud wanita itu kemudian memanggil senjata miliknya yakni sabit besar berwarna hitam yang pernah aku lihat ketika sosok itu menyerang Hyang Yuda dan berusaha menghancurkan selubung yang melindungiku. Entah itu beruntung atau mungkin kekuatan Hyang Yuda lebih kuat darinya, selubung itu masih melindungiku dan membuat usaha sosok itu berakhir dengan kegagalan. “Sial. . .” Sosok itu mengumpat kesal ke arahku sembari melempar tatapan tajam penuh amarah kepad

  • HYANG YUDA   69. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN REINKARNASI KETIGA MANOHARA 3

    Pertemuanku dengan Hyang Yuda benar – benar berjalan mulus sesuai dengan rencana yang dibuat oleh sosok itu. Dengan jantung yang berdetak kencang, aku berusaha keras menyembunyikan rona merah di wajahku dan suara detak jantungku yang bahagia melihat kedatangan Hyang Yuda tepat di hadapanku. Aku tahu hanya diriku seorang yang dapat mengingat kehidupan lama Hyang Yuda sebagai Sena. Tapi dengan hanya itu saja, akuyang hidup berteman dengan kesepian dan kehilangan semua harapanku sejak kematian bibiku akhirnya memiliki sebuah harapan lagi. Meski Hyang Yuda melupakan jati diri dan identitasku di masa lalu, meski Hyang Yuda tidak mengingat janji dan cinta di antaraSena dan Pawestri Manohara, aku akan membuat Hyang Yuda kembali menyukaiku seperti yang pernah terjadi antara Sena dan Pawestri Manohara di masa lalu. Itulah yang aku harapkan. Hyang Yuda membantuku dengan menggendongku di punggungnya yang hangat, membawaku kembali ke rumah s

  • HYANG YUDA   68. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN REINKARNASI KETIGA MANOHARA 2

    Adegan demi adegan dengan cepat berputar di dalam benakku. Adegan yang memutar segala kenangan milik Pawestri Manohara bersama dengan Rakryan Tumenggung Sena dari pertemuan pertama, waktu – waktu yang dihabiskan oleh Pawestri Manohara bersama dengan Sena sewaktu menjadi pengawal pribadinya, permintaan Pawestri Manohara kepada Maharajamengenai pernikahannya, kemudian pesta pernikahan antara Pawestri Manohara, kehamilan Pawestri Manohara hingga terakhir kematian mengenaskan yang dialami oleh Manohara dan Rakryan Tumenggung Sena sebagai suaminya. Semua adegan berputar dengan cepat dalam waktu singkat seakan tumpah di dalam benakku. Begitu pemutaran adegan itu berakhir, air mataku tanpa kusadari jatuh dan membasahi wajahku. Sementara aku menghapus air mata di wajahku, sosok gelap di hadapanku kemudian mengangkat telapak tangannya dari keningku, menghentikan pemutaran adegan di dalam benakku. “Apa yang baru saja aku lihat ini?” tanyaku masih dengan mengh

  • HYANG YUDA   67. DEWA PERANG DAN KEHIDUPAN REINKARNASI KETIGA MANOHARA 1

    Hyang Yuda akhirnya mengerti. Hyang Yuda akhirnya memahami alasan dari Sasarada yang memiliki kemampuan untuk melihat sosoknya sebagai Dewa. Kemampuan itu seakan menjadi jawaban dari keinginan dua reinkarnasi Manohara sebelumnya yakni Anindya dan Samanta. Harapan itu didengar oleh berkah milik Hyang Yuda yang sejak awal juga ingin kembali pada Tuannya. Berkah itu membuat dua reinkarnasi dari Manohara menyimpan perasaan yang dalam dari Manohara untuk suaminya, Sena yang tidak lain adalah Hyang Yuda. Berkah itu jugamembuat Samanta dapat melihat beberapa kenangan miliknya di kehidupannya sebagai Manohara dalam bentuk mimpi. Seperti ucapan Hyang Tarangga pada Hyang Yuda, reinkarnasi Manohara terlindungi dari makhluk – makhluk tak kasat mata yang berniat mengganggunya. Namun dalam ucapan Hyang Tarangga pada Hyang Yuda itu ada sebuah kesalahan kecil yang harusnya menjadi peringatan untuk Hyang Yuda. Hyang Yuda juga termasuk ke dalam makhluk

DMCA.com Protection Status