"Sebaiknya kita pulang saja, kita tidak tahu, kemana perginya mereka," salah satu sosok dewa berwujud manusia tampak memberi usul, setelah sedari tadi dia dan sosok dewa lainnya mencari keberadaan Dewa satunya yang tadi bersama mereka. Dia lah Nano. Dia dan Zano, saat ini terlihat cukup frustasi.Sejak Jasuke memilih pergi sendirian karena Zano dan Nano berdebat, dua dewa berwajah kembar itu berusaha pergi untuk menyusul Jasuke. Namun sayang, mereka kehilangan jejak karena terlambat bergerak. Mereka memutuskan untuk mencari Jasuke, tapi sampai beberapa puluh menit mencari, mereka tidak menemukan jejak Jasuke, karena tidak ada petunjuk yang bisa mereka gunakan."Kamu sih, tadi, tinggal ngikutin aja, pakai ngajak berdebat segala," sungut Zano yang masih agak kesal dengan tingkah kembarannya. "Kalau tadi kamu langsung setuju kita menggunakan kekuatan kita, tidak mungkin Jasuke pergi sendirian.""Kan aku tidak tahu Jasuke akan bertindak seperti itu," balas Nano masih ada perasaan tidak te
"Apa yang terjadi, kenapa leherku seperti ada yang mencekik?" gumam Dick dalam hatinya. Matanya membelalak, mencoba menatap ke arah bawah. Dick jelas sekali merasakan ada tangan yang mencekik lehernya saat ini.Seketika otaknya langsung berpikir cepat. Setelah Dick menemukan jawabannya, sosok dewa itu terperangah dan matanya langsung mencari sosok yang mencekiknya.Bugh!"Akh!" pekikan kencang terdengar dari suara orang yang tadi sempat mendapat ancaman dari Dick. Mereka dilepaskan begitu saja karena saat ini Dick sedang dalam keadaan terhimpit. Dia tidak mungkin terus mempertahankan sanderanya di saat dirinya juga sedang dalam bahaya. Bahkan tubuh Dick kini juga mulai terangkat secara perlahan.Apa yang terjadi pada Dick tentu saja membuat mata semua orang yang ada di sana, menatap Dick dengan penuh rasa heran dan banyak tanda tanya. Mereka hanya bisa saling pandang satu sama lain dengan tatapan yang rumit diartikan."Siapa yang menyerang Dick?" tanya mereka dalam benak masing-ma
"Sial!" umpat Jasuke begitu cahaya yang bersinar dari cincinnya langsung meredup. Hal itu menandakan kalau sosok dewa yang sedang dia buru, sudah kabur ketika perhatian Jasuke teralihkan pada mobil yang dijadikan sandra oleh Dick untuk melarikan diri.Beruntung Jasuke cepat bertindak untuk menyelamatkan seseorang yang berada di dalam mobil. Begitu mobil sudah berada di tempat yang aman, Jasuke lantas mendekat untuk memastikan keselamatan orang ada di dalamnya. Begitu Jasuke sudah berada di salah satu sisi mobil, sosok dewa berwujud manusia itu terperangah kala melihat seorang pria terdiam dengan mata nyaris tak berkedip. Pria itu bahkan mematung dengan tatapan mata lurus ke depan."Tuan, apa anda tidak apa-apa?" tanya Jasuke melalui kaca pintu mobil yang terbuka. "Hallo!"Pria itu tergagap. Dia seperti orang bingung sampai suaranya belum dia keluarkan karena masih terlalu syok dengan apa yang baru saja dia alami. "Hallo!" Jasuke kembali mengeluarkan suaranya agak keras, dan hal itu
Pria yang memakai kemeja putih berlengan panjang itu menatap Jasuke dengan sorot mata penuh tanya. Apa lagi pria itu sempat melihat senyum tak biasa pada bibir lawan bicaranya, membuat isi kepala pria tersebut dipenuhi dengan banyak pemikiran."Memang dengan cara seperti apa?" setelah melempar pertanyaan, pria tersebut kembali menyesap batang rokok yang tinggal setengah. Namun, bukannya mendapat jawaban, pria tersebut malah mendapat senyuman dari Jasuke, membuat dia semakin diliputi rasa penasaran."Saya tidak bisa memberi tahu anda, solusi yang ada dalam kepala saya, tapi jika anda bersedia saya bantu, anda bisa mengajak saya untuk menemui istri anda," dengan entengnya Jasuke mengatakan semua itu sampai lawan bicaranya terlihat tercengang sembari menatapnya.Pria itu menjatuhkan sisa batang rokok, dan menginjaknya agar lekas padam. Selera merokoknya menghilang karena ucapan Jasuke cukup mengusik relung hatinya, dan sukses membuat pria itu agak meragu."Apa mungkin..." pria itu tidak
Bebera puluh menit kemudian, Bona dibuat tercengang dengan apa yag terjadi pada dirinya saat ini. Pria itu memperhatikan tubuhnya sendiri yang sudah tidak berbusana dan juga jejak keringat di beberapa bagian tubuh kekarnya. Mata pria itu juga melirik sang istri, yang juga dalam keadaan yang sama dengan dirinya."Apa yang terjadi?" gumamnya lirih, "Apa aku habis bercinta dengan istriku?" Bona terlihat begitu bingung, sampai sikap pria itu mengundang perhatian wanita di sebelahnya."Kamu kenapa, Mas? Kok kayak orang bingung gitu?" tentu saja melihat keanehan pada sikap sang suami, mengundang wanita itu untuk bertanya.Bona menoleh, masih dengan tatapan bingung. "Apa kita habis bercinta?"Seketika istri Bona menatap tajam dengan mata agak melebar. Sudah bisa dipastikan kalau wanita itu cukup terkejut dengan pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya."Kamu ngigau apa gimana sih, Mas?" bukannya menjawab, sang istri malah melempar perkataan yang agak mengejek, "Orang kamu yang ngajakin, pa
Setelah berbincang cukup lama dengan sepasang suami istri, Jasuke akhirnya memutuskan untuk pamit pulang. Karena obrolannya terlalu mengasyikan, Jasuke tidak menyadari kalau dia cukup lama berada di rumah besar tersebut. Awalnya Bona menawarkan diri untuk mengantar. Tapi dengan berbagai alasan, Jasuke menolaknya.Jasuke memang sengaja menolak karena dia ingin sampai di tempat dia tinggal dengan cepat. Dia merasa tidak enak dengan dua dewa berwajah kembar yang mungkin saat ini sedang cemas karena Jasuke belum kembali. Jasuke ingin menggunakan kekuatan agar sampai di rumah dalam waktu kurang dari satu menit.Setelah pura pura menanyakan letak kendaraan umum yang menuju ke kota kecil tempat tinggalnya, Jasuke langsung pamit. Karena penolakan yang dilakukan Jasuke, dengan terpaksa, Bona hanya mengantar kepergian pria itu sampai gerbang rumahnya. Beruntung, keadaan di komplek tempat tinggal Bona merupakan daerah yang sepi. Dengan sangat mudah, Jasuke langsung menghilangkan tubuhnya untuk
"Kalian tahu, siapa anak nuda yang mereka bicarakan?" melihat dua dewa yang nampak terdiam sembari mendengar percakapan yang dilakukan para anggota Naga merah, membuat Jasuke seketika melempar pertanyaan yang membuat Zano dan Nano menggeleng serentak."Mereka sedang membicarakan tentang Mato." Jika tadi Zano dan Nano nampak mengerutkan keningnya, sekarang mata mereka melebar begitu Jasuke memberikan jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan sendiri."Mato? Bagaimana bisa?" Zano bertanya, mendahului Nano yang juga akan melempar pertanyaan yang sama. Mereka tentu saja butuh penjelasan dari jawaban yang dikatakan oleh Jasuke."Kalian ingat, saat kalian pergi bertiga beberapa hari kemarin? Bukankah kalian berkelahi dengan beberapa orang. Ternyata, orang yang kalian lawan memang benar, mereka para anggota dari kelompok ini," terang Jasuke sambil mengedarkan pandangannya, kearah gerombolan anggota Naga merah."Lalu, darimana mereka tahu tentang Mato?""Di tempat kalian berkelahi itu ada kamer
"Mereka adalah majikanku, Paman," jawab si anak muda, membuat Paman yang bertanya langsung memberi anggukkan kepala. Entah apa arti anggukan kepala tersebut. Mungkin hanya sebagai jawaban tanpa ada maksud lain."Ya sudah, kalau majikan kamu mau berangkat bareng sama Paman, bilang sama mereka, nanti malam ke sini. Kita berangkat malam saja, biar pagi harinya kita sudah sampai di kota Jalla."Mendengar ucapan sang Paman, anak muda itu mengangguk. Karena anak muda itu datang ke tempat tersebut untuk menemui istri dari sang paman, maka dia meminta pamannya untuk mengajak anak muda itu masuk.Sosok tak terlihat yang sedari tadi memperhatikan interaksi paman dan anak itu, hanya mampu menunjukan sikap datar sampai dua orang itu hilang dari pandangannya. Sosok tersebut lantas berpikir sembari mengedarkan pandangan matanya ke arah lain."Berangkat malam? Memang malamnya kapan? Apa sebentar lagi?" gumam Dick, "ini aja udah hampir petang. Dasar, manusia, serba membingungkan."Tak lama kemudian,
Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja
Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam
"Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun
Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me
Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at
"Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke
Jasuke terdiam sembari mendaratkan pantatnya di tepi ranjang. Sesekali dia memperhatikan wajah wanita yang terlelap di atas ranjang tersebut. Dia begitu Cantik dan kelihatan masih muda. Saat itu juga Jasuke kembali teringat akan sikap wanita itu yang mendadak marah hanya karena candaannya.Jasuke masih diselimuti rasa heran dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang dengan mudah merelakan tubuhnya untuk dinikmati seorang pria, hanya karena wajah pria yang tampan. Apa semua wanita seperti itu.Namun kala Jasuke kembali mengingat semua kejadian yang telah dia lalui, terutama yang terhubungan dengan wanita, Jasuke malah jadi senyum-senyum sendiri kala menyimpulkan sebuah fakta, memang beberapa wanita selalu ingin kembali bercinta dengannya dengan alasan yang sama, yaitu, wajah Jasuke yang sangat tampan."Tuan Jas, Nikmatilah tubuh saya, Tuan, Ayok, Aku siap," tiba-tiba Lucia mengigau dan tentunya Jasuke kaget mendengarnya. Sosok dewa yang tadi se
Pada akhirnya Jasuke dibuat bimbang karena isengnya. Wanita yang telah dia tolong, justru terlihat agresif dalam menanggapi ucapan Jasuke yang berawal dari candaan. Jasuke bahkan sampai terdiam untuk beberapa saat, mencari cara untuk mengatasi masalah yang menurutnya cukup rumit dan membuat Jasuke berpikir keras."Kenapa anda malah diam? Apa anda sedang berpikir untuk mencari alasan agar bisa pergi dari sini dan menghindari saya?" tuduhan Lucia membuat Jasuke seketika tersentak. "Baiklah. Mungkin memang anda ingin menghindar dari keadaan seperti ini, sebaiknya aku masuk kamar."Belum sempat Jasuke mengeluarkan suaranya, Lucia terlebih dahulu beranjak meninggalkan Jasuke di ruang tamu. Jasuke pun semakin merasa tidak enak hati karena telah mengecewakan si pemilik rumah.Setelah lama terdiam dengan merenungi apa yang baru saja terjadi, begitu Lucia masuk kamar, Jasuke pun memilih beranjak menuju kamar yang sudah disediakan Lucia untuk dirinya beristirahat serta menjalankan misinya.Se
Pada akhirnya malam ini Jasuke harus menginap di rumah Lucia. Demi sebuah misi yang sebentar lagi akan berakhir, sosok dewa itu tidak ada pilihan lain lagi, yang bisa dia gunakan selain bermalam di rumah wanita yang dia tolong. Setelah banyak hal yang dia bicarakan dengan sepasang suami istri yang hendak dia tolong, Saat ini Jasuke sudah kembali berada di rumah Lucia."Kamu kenapa dari tadi senyum-senyum sendiri? Apa ada sesuatu yang sangat menyenangkan, sampai kamu tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Jasuke kala matanya menangkap raut wajah Lucia yang nampak bahagia. Sedari tadi diam-diam, Jasuke memang memperhatikan tingkah wanita muda yang bersamanya saat ini.Lucia nampak kaget mendengar ucapan tamunya. Tapi itu hanya sebentar saja, karena selebihnya dia kembali tersenyum dan kali ini senyuman wanita itu cukup lebar. "Tentu saja saya tersenyum karena saya sedang merasa senang. Hari ini banyak kejadian yang membuat saya senang dan tentunya saya merasa sangat bahagia tanpa beba