Akhirnya Mr. Harper mengijinkan Mara tetap tinggal di peternakan meski hatinya tidak benar-benar lega, apa lagi keponakanya itu hamil dengan pria pekerja istal. Pemuda yang sama sekali belum stabil, bukan hanya secara finansial tapi juga utuk dipercaya mengurus wanita yang bersamanya. Anak muda yang masih menggebu-gebu sering tidak bisa berpikir realistis, tentu ada ketakutan dan kecemasan jika tragedi masa lalu bisa terulang kembali. Tapi seperti yang tadi dikatakan Mara, 'seharusnya tiap orang memiliki akhir yang berberda!' Mara juga mengutip kata-kata itu dari ucapan jared yang akan selalu terus dia ingat.
Mara percaya Jared tidak akan meninggalkannya, dan jikapun itu sampai terjadi sepertinya Mara juga bukan wanita yang akan mudah untuk menyerah. Mara akan tetap hidup untuk anak-anaknya. Mara tidak akan egois seperti mendiang ibunya yang pilih pergi sendiri dan menelantarkannya bers
YUK VOTE YA
Semua orang kembali dikejutkan dengan terbakarnya istal utama, namun anehnya semua kuda sudah dilepaskan. Mara syok dan bukan hanya karena melihat api yang sudah berkobar-kobar dan membumbung tinggi, tapi Mara langsung teringat dengan api yang di sebut-sebut jared dalam mimpinya beberapa malam ini. Mara langsung menoleh pada Jared yang kemudian menghampirinya dan memeluknya. "Sepertinya tidak ada kuda yang ikut terbakar, sebentar lagi tim pemadan juga akan segera datang," ucap Jared untuk menenangkan istrinya. "Tapi bagaimana dengan para pekerja?" tanya Mara yang masih sangat cemas dan ketakutan. Jared langsung memanggil Felix. "Paman Felix!" seru Jared dengan suara lantang karena para pekerja juga masih ribut dan panik. "Coba pam
"Kita bisa pergi dari sini jika kau mau?" tanya Jared yang masih memeluk Mara sambil bersandar di kepala ranjang. Mara menggeleng, "Aku mau di sini di tanah keluargaku sampai kapanpun." "Aku mencemaskanmu dan aku ingin menjagamu." "Kau bilang sudah melihat putrimu yang bermata kelabu sepertiku, artinya aku akan baik-baik saja." Mara langsung menebak jika Jared juga melihat hal itu di mimpinya, mimpi yang sering benar-benar terjadi. "Sejak kapan kau bisa melihat berbagai kejadian di mimpimu?" Mara jadi penasaran, dia mendongak pada pria yang masih memeluknya itu dan mencium dagunya. "Sebenarnya aku tidak tahu dan sampai sekarangpun masih sering tidak bisa mencernanya dengan benar
ANELIES CLARK ... Pagi hari di musim semi yang masih agak berkabut, Anelies berdiri di jendela kamarnya memperhatikan kakak perempuannya menunggangi kuda mengejar pria yang sejak petang sudah mengitari garis hutan. Baru kali ini Anelies tidak menyukai kakak perempuannya dan berharap dia segera pergi. Mara terlalu Jeli, pasti dia menyadari kedekatannya dengan Jared dan akan memisahkan mereka. Anelies mencengkram bingkai jendela karena dia tahu Mara pasti tidak akan tinggal diam dan tidak akan mengalah dengan mudah. "Dia milikku Mara, jangan ganggu dia." Anelies masih memperhatikan ketika jared mengikuti kuda Mara menuju pondoknya. Anelies kembali menyentuh cincin pemberian Mara tadi malam, Anelies sangat takut karena sekarang Jared tahu jika usianya baru enam belas tahun. Anelis ingat seterkejut apa pemuda itu ketika mend
Jared masih memperhatikan cincin Anelies yang Mara letakkan di atas meja. Mara sedang membuat minuman hangat untuk Jared dan saat itu tiba-tiba terlintas sebuah kilasan mengerikan. Jared segera mengerjap, dadanya seketika berdegup kencang dan lengannya menegang. Dia melihat bibir Anelies yang dibekap telapak tangan besar di atas batang kayu, netra birunya terbuka lebar ketakutan beradu dengan sepasang mata merah dari pria yang sedang berubah menjadi monster. Jared berpaling untuk menatap Mara dan tidak berani mengucapkan apa-apa. Tangan jared masih mengepal di bawah meja coba meredam gelombang kemarahannya karena kilasan itu begitu jelas dan nyata. Jared juga mulai bisa mengontrolnya karena tiap kali Jared berkonsentrasi untuk memperhatikan cincin itu maka kilasan mengerikan tersebut akan muncul kembali. Mungkin Jared memang bisa menangkap emosi yang begitu kuat pada sebuah benda.
Jared duduk sendiri di meja makan memikirkan mimpinya tadi. Jared melihat Jeremy Loghan yang sedang meremas dadanya dan darah segar merembas dari sela jari-jari pria itu sebelum kemudian terjatuh. Jared sangat cemas meskipun itu hanya mimpi, mimpi siang hari yang sangat mengerikan. Jeremy Loghan adalah satu-satunya orang yang mau menerimanya dengan tanpa syarat dan memberinya kepercayaan layaknya saudara laki-laki meskipun mereka terlahir dari ibu yang berbeda. Jikapun ada seseorang di muka bumi ini yang akan selalu dia dengarkan, dia hanya Jeremy Loghan. Sudah jelas sebesar apa rasa hormat dan cintanya pada Jeremy, tapi kali ini Jared tidak hanya mencemaskan Jeremy namun juga Geby. "Jared ..." terdengar suara lirih Mara dari dalam kamar. "Ya, aku di sini." Jared segera berdiri untuk menghampiri Mara yang masih bergelung lembut
Jered ingat saat memasukkan gelang penangkap mimpi itu di laci dapur sebelum dia mencuci celananya tempo hari. Jared segera mencarinya di sana dan sempat khawatir jika Mara akan membuangnya karena mara kurang suka barang-barang yang dibuat Mato Biziel, tapi untungnya benda itu masih ada, Jared segera mengambilnya dan membawanya keluar tanpa sepengetahuan Mara. Para pekerja istal sedang bekerja sama membersihkan puing-puing bekas kebakaran karena akan segera di bangun beberapa istal baru di sebelahnya seperti yang pernah Mara rancang bersama Tobias Harlot waktu itu. Jared duduk sendirian di teras istal yang terletak di dekat pondoknya. Tidak ada siapa-siapa, suasananya cukup tenang agar dia bisa lebih fokus. Jared mulai memperhatikan gantungan gelang penangkap mimpi di tanganya yang seharusnya ikut terbakar tapi ternyata masih utuh. J
Setelah keluar dari pondok Gerik, Jared berjalan kembali ke pondoknya sendiri. Sudah lewat larut tengah malam tapi langit justru terlihat semakin benderang dengan taburan bintang. Malam pertengahan musim semi yang cantik tapi tetap tidak pernah ada yang tahu kapan bencana akan tiba. Jared masih punya cukup waktu sampai awal musim panas dan harus menyelesaikan semua urusanya dengan para Hill segera. Jared akan menyelesaikan dengan caranya sendiri dan Jared bersumpah akan membuat para Hill menelan racunnya sendiri. Jared berjalan melewati jalanan tanah berpagar kayu yang melengkung sampai ke samping pondoknya. Udara malam sedang hening tidak ada angin yang berhembus, Jared dapat mendengarkan gemericik logam di kantong celananya saat dia berjalan. Sejak ada Mara, sekarang Jared selalu mengunci pintu pondoknya jika dia tinggal pergi ke manapun. Wanita itu adalah harta dalam hidupnya dan mereka akan segera memiliki seorang malaikat kecil yang akan mereka cintai bersama. Jared sud
Markus Hill adalah pria empat puluh lima tahun berambut gelap dengan alis tebal dan rahang kokoh, tidak setinggi keponakanya Lucas tapi terlihat lebih tenang ketika menatap lawan bicaranya. Seringainya penuh kelicikan dan senyumnya masih meremehkan ketika ikut duduk di depan Jared Landon yang menegakkan punggung di sandaran kursi metal. Mareka bertemu di bar pinggiran kota, tempat yang telah Jared tentukan ketika Markus Hill meneleponnya lebih dulu untuk bertemu. "Apa yang kau inginkan?" "50% dari kekayaan Mara Clark!" Jared tahu jika Mara juga akan mewarisi semua yang dimiliki pamannya, Jared yakin itu yang menjadi incara Markus Hill. "Itu terlalu besar untuk pemuda sepertimu," Markus masih meremehkan keberanian seorang pemuda pengurus istal.
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut