"Apa kau juga akan ikut ke Yorkshire?" tanya Lily buru-buru mengejar Tobias yang baru keluar dari ruang kerja Jared.
"Aku harus kembali ke New York karena pamanmu Jeremy juga baru memintaku untuk mewakilinya di beberapa pertemuan penting."
Dari dulu keluarga Harlot selalu menjadi kepercayaan keluarga Loghan secara turun temurun, menjalankan bisnis dan berbagai kepentingan mereka. Sejak awal Jeremy Loghan juga lebih mempercayai Tobias Harlot dibanding ayahnya.
"Kau mau kemana?" Tobias gantian bertanya karena melihat Lily langsung berpaling pergi.
"Aku mau berkuda!"
Mungkin sebenarnya Lily agak kesal tapi Tobias tidak menyadarinya dan malah langsung kem
yuk vote dan komen
Jeremy terlihat sedang duduk di sofa meneliti beberapa berkas yang baru di kirim oleh Tobias Harlot ketika Geby mendekatinya."Lily ingin ikut bersama Tobias ke Hampton." Geby ikut duduk di samping Jeremy"Apa maksudmu?" seketika Jeremy menoleh dengan alis berkerut."Aku sudah memberitahu Lizie dan Sky jika Lily ingin mengunjungi mereka.""Maksudmu Lily tidak akan ikut pulang bersama Jared?" Jeremy tetap fokus pada pertanyaannya karena Geby terdengar berbelit-belit dan Jeremy tidak suka."Jika ada kesempatan untuk menjauhkan Lily dari keluarga Lington aku akan melakukanya!""Tidak ada yang bisa
Begitu sampai di Yorkshire, Jared segera pergi ke perpustakaan keluarga Loghan. Jared harus segera menemukannya 'alasan kenapa dirinya diciptakan!' karena semakin ke sini Jared juga semakin yakin semua runutan peristiwa ini tidak lepas dari asal usul dirinya dan tujuan dari seseorang."Apa yang kau cari?" tanya Geby yang baru ikut masuk."Aku mencari buku lain dari wanita berambut merah yang pernah kau berikan kepada Mara.""Aku tidak tahu jika ada yang lain." Geby juga terlihat bingung kemudian dia memperhatikan barisan rak buku yang menempel di sekeliling dinding tersebut."Waktu itu aku menemukanya di barisan ini!" Geby menunjuk barisan rak di belakang kursi yang biasa digunakan Mr. Williams Loghan untuk
Jared sengaja hanya menghentikan mobilnya di tepi jalan tanpa berniat keluar dari dalam mobil berkaca gelap itu meski dia sudah berdiam diri lebih dari setengah jam. Jared cuma duduk memperhatikan halaman rumah keluarganya dari kejauhan. Rasanya Jared masih belum bisa percaya jika paman serta bibinya juga ikut terlibat. Artinya mereka semua dalam keluarganya tahu jika selama ini Jared memang berbeda. Jared kembali memperhatikan telapak tangannya dan merasa menjadi orang yang paling tidak tahu apa-apa mengenai jati dirinya sendiri. Selama ini Jared mengira telah mengalami trauma, dia pergi meninggalkan halaman rumah itu dengan tekat untuk bisa menyembuhkan diri. Tapi ternyata dia malah dibawa pada fakta mengerikan mengenai jati dirinya yang telah ditutupi oleh semua orang. 'Orang -orang yang setia!' Dalam kepalanya Jared mulai memetakan keterlibatan beberapa keluarga. Loghan, Lington, Harlot, Clark, Sulivan, para Bizil, dan sekarang di tambah kelua
Walaupun sudah pernah beberapa kali ikut bersama Geby ke Hampton tapi ini adalah kali pertama Lily singgah ditempat tinggal Tobias Harlot. "Kau tinggal sendiri?" Lily menoleh pada Tobias yang sedang menarikkan koper miliknya. "Dari dulu aku juga tinggal sendiri," santai Tobias. "Kupikir kau tinggal bersama seseorang." "Apa maksudmu?" Lily cuma balas mengedikkan bahu tapi dia senang mendengar Tobias tinggal sendiri. Lily juga masih melihat ke sekeliling ruangan yang didominasi warna gelap dan silver tersebut. "Terlalu besar untuk kau tinggali sendiri." "Tidak sebesar rumah keluarga Loghan yang bisa membuatku tersesat, aku hanya punya tiga kamar tamu kau bisa pilih yang mana saja." Tobias menunjuk ke arah masing-masing pintu kamar tamu di apartemennya. "Terimakasih." Lily sudah tahu akan pilih kamar yang di sebelah mana, dia suka balkon yang menghadap ke arah Central Park. "Besok aku baru bisa mengantarmu
Begitu kembali ke dalam kamar Lily segera menutup pintu dengan jantung berdegup kencang, perutnya seketika berdesir mual tiap kali teringat apa yang telah dia lihat barusan. Lily melihat Tobias Harlot yang sudah tidak terbalut pakaian apapun dan sedang mendesakkan pinggulnya ke dalam tubuh seorang wanita. Lily cuma gadis yang belum genap empat belas tahun dan tidak tahu kenapa perasaannya jadi aneh seperti ini. Sementara itu di ruangan yang lain Tobias masih memijit-mijit pangkal hidungnya yang nyeri. Tidak bisa Tobias bayangkan seperti apa pikiran Lily ketika melihatnya seperti tadi. Tobias merasa sepeti orang dewasa yang tidak bertanggung jawab dan tidak becus menjaga anak-anak. "Aku harus pergi!" Bahkan Tobias sampai tid
"Maaf, aku harus pergi ke kantor dulu." Tobias merasa tidak enak karena meninggalkan Lily sendirian di apartemennya."Apa boleh aku ikut?" Lily yang semula duduk di sofa langsung berdiri begitu melihat Tobias baru keluar dari kamarnya dengan pakaian rapi."Aku ada beberapa rapat penting sepertinya akan terlalu sibuk hari ini.""Tidak apa-apa aku bisa menunggu di ruanganmu dari pada di sini." Lily tersenyum."Oke," Tobias setuju mengajak Lily, kemudian mengulurkan tangannya untuk disambut.Lily langsung mengikuti Tobias dengan senyum riang karena dia juga suka membiarkan Tobias Harlot berjalan menggenggam tangannya.
Tobias kembali ke dalam ruangnya sekitar dua jam kemudian dan tidak melihat Lily di manapun, Tobias segera menghubungi sekretarisnya. "Tadi dia keluar untuk membeli minuman?" "Kapan?" "Sekitar satu jam yang lalu." "Harusnya dia sudah kembali jika satu jam." Tobias yang mulai cemas segera memeriksa ponselnya tapi tidak ada telepon masuk dari Lily. Tobias coba menghubungi ponsel Lily dan semakin panik karena nomornya tidak aktif. "Suruh staf pengawas gedung untuk memeriksa kamera keamanan!" perintah Tobias pada sekretarisnya. "Sekarang juga!" Bentak Tobias karena Monika masih berdiri bingung.
Tobias mendekati Lily yang tidur meringkuk sambil memeluk bantal besar dari punggung sofa. Gadis itu sudah tidak bergeming ketika Tobias menyentuh pipinya dengan punggung tangan dan memperhatikan bibirnya yang terkatup rapat. Tobias terus memperhatikan Lily dengan lebih teliti, gadis itu akan segera tumbuh menjadi wanita muda yang sangat cantik dan pastinya pemberani layaknya seorang Loghan.Lily sudah kehilangan kedua orang tuanya sejak dia masih belum paham bagaimana harus bersedih untuk sebuah duka kehilangan. Ketika seorang anak tidak mendapatkan kasih sayang dari sosok ayah serta ibunya dia pasti akan coba menemukanya pada yang lain. Tobias ikut melihat gadis itu tumbuh dan bermanja pada semua orang yang menyayanginya.Geby telah membesarkan Lily dengan cinta yang sangat luar biasa dan gigih hingga mengorbankan ma
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut