Lily benar-benar tidak mengijinkan Jared pergi, gadis kecil itu tidak mau tidur jika tidak ditemani Jared, bahkan pergi ke sekolah pun juga minta di antar oleh Jared. Lily bersekolah di sekolah lokal yang juga dibangun oleh yayasan milik keluarga Loghan, Jeremy ingin Lily tetap berada di lingkungan mereka demikian juga nanti dengan kelima putrinya. Ketika Lily berusia dua belas tahun dia baru akan masuk ke sekolah asrama khusus sama dengan James dan Jeremy dulu.
"Mara!" teriak Lily ketika melihat Mara baru menuruni anak tangga.
"Hay, kau mau ke mana gadis kecil?" Mara balas menyapa kemudian merunduk untuk mencium Lily.
"Aku mau ke sekolah."
Tak berapa lama muncul Jared yang menyusul di belakang gadis kecil itu dengan menenteng tas
JANGA LUPA VOTE YA
Jared Landon memiliki rasa yang pekat dan liar, panas seperti bara api yang membakar meskipun mereka sedang berada di tengah derasnya hujan. Mara terus tersengal di atas bak pikap yang keras, salah satu lututnya di peluk dan pinggulnya di dera. Rasanya sudah seperti terkubur badai dan tidak ada lagi yang Mara inginkan sebesar dia menginginkan lelakinya seperti itu. Mara benar-benar sudah tidak tahan dengan penyatuan mereka tapi Jared masih terus menekannya dengan berpusar-pusar. "Tahan, Mara!" "Oh, kau..." Mara terhenyak tapi tetap Jared tekan untuk terus dia isi. "Kau kembali keluar di dalam tubuhku, Jared Landon!" Pemuda itu sama sekali tidak perduli dan tetap menuntaska
Tak berapa lama Jared kembali dengan satu gelas minuman hangat untuk mereka minum berdua. "Kemari lah!" panggil Mara yang masih berada di atas ranjang. Jared meletakkan gelas minumannya di atas meja nakas kemudian kembali ikut naik keatas ranjang untuk menyusul Mara. Jared membelai helaian rambut Mara yang tergerai di atas bantal. Wanita itu hanya bergelung selimut kusut, sangat cantik dan tidak pernah membuat Jared bosan untuk memandanginya. "Apa kau sakit, Jared?" tanya Mara tiba-tiba dengan telapak tangan balas membelai rahang pemuda itu. "Kau punya banyak kapsul." Alis Jared langsung berkerut, agak terkejut jika Mara sudah memeriksa isi lacinya. Meski Jared tidak berniat men
Geby masih saja mondar-mandir di depan suaminya yang mulai jenuh melihat tingkahnya sejak kemarin. Padahal Tobias Harlot juga sudah terlalu besar untuk dia cemaskan seperti itu. Entah Jeremy yang bisa ikut cemburu atau Geby yang memang sedang bertingkah seperti induk ayam. "Duduklah di sini dan diam lah!" Geby merinding karena Jeremy menepuk pangkal pahanya bukan sofa di sebelahnya. "Ayo Mrs. Loghan kau sudah membuatku bosan." "Ingat putrimu masih berkeliaran aku tidak mau mereka trauma karena melihat perbuatanmu pada ibunya!" Faktanya mereka memang sedang berada di perpustakaan bukan di kamar pribadi utuk berulah semaunya sendiri. Tapi kadang Jeremy memang masih suka sembrono s
Mara kembali memakai pakaiannya yang sudah dikeringkan oleh Jared, rencananya mereka akan keluar dulu untuk mencari makan karena rasa lapar setelah berbagai pergulatan yang tiada akhir. Jared benar-benar tega menghimpit Mara ke sudut bilik kamar mandi sampai wanita itu terus merintih memohon pengampunan tapi kenikmatannya juga luar biasa. Lelaki yang sangat jantan, desakannya keras, gesekan kulit serta tubuhnya panas dan liar, mengeram seperti hewan buas yang tidak pernah puas untuk menyiksa buruannya. Tubuh Mara juga sangat nikmat dan memiliki sensasi yang menyenangkan saat disetubuhi. Andai Jared tidak ingat mereka butuh makan pasti dia juga belum mau menyudahinya. Jared kuat menderanya siang dan malam jika memiliki wanita seperti itu di rumahnya. Mara masih berdiri di depan cermin setelah mengikat rambutnya dengan kuncir kuda agak
"Pilih sendiri hadiahmu." Setelah makan siang Jared menyuruh Mara untuk membeli beberapa pakaian wanita karena Mara memang tidak memiliki baju ganti kecuali yang kali ini sedang melekat di tubuhnya. Jared tidak ikut masuk dan hanya menunggu di depan toko yang cuma berjarak beberapa toko dari restoran tempat tadi mereka makan siang. Sambil memilih pakaian sesekali Mara memperhatikan Jared yang terlihat risau karena berdiri di depan toko pakaian wanita. Beberapa pejalan kaki terlihat ikut menoleh padanya, terutama wanita. Walaupun penampilannya agak berantakan Jared memang tetap sangat mencolok serta menarik perhatian dengan postur tinggi tegap berotot dan tentu saja wajah tampannya. Jujur saja sebenarnya Mara cemburu saat melihat Jared yang selalu menarik pandangan wanita, tapi Mara juga tidak mau membuat pemuda itu besar kepala, cukup
"Aku bisa menikahimu sebelum mengantarkanmu ke rumah keluarga Loghan." "Maksudmu kau akan menikahiku di pinggir jalan?"cemooh Mara dengan ide brilian Jared. "Di manapun kau mau aku bisa membawamu ke sana sekarang juga." "Sepertinya kotak yang baru kulempar ke kepalamu sudah membuat otakmu rusak, Jared Landon." Jared menyapu darah kental di dahinya dengan punggung tangan. Meskipun masih kesal Mara menghampiri Jared sambil memungut kotak tisu yang tadi juga dia lempar. "Menunduklah sedikit biar kuperiksa lukamu." Jared tetap menunduk meskipun sebenarnya dia tidak terlalu perdu
"Aku hanya minta satu syarat darimu!" tegas Mara setelah mereka berdua jatuh dari kasur dengan posisi Mara menduduki tubuh Jared yang berbaring di lantai. "Katakan saja." "Jujurlah padaku, jangan tutupi apapun dariku, walaupun nanti kau menginginkan wanita lain jujurlah padaku!" tegas Mara saat menatap Jared dengan netra kelabunya yang tidak bergeming. "Aku tidak ingin hidup dalam kebohongan, katakan saja meskipun akan menyakitiku!" Jared mengangguk. "Aku bersumpah padamu Nona Clark, tidak akan ada rahasia apapun pada istriku!" Baru saja Jared menyebutkan istilah istri saja perut Mara sudah berdesir panas. Menikah dengan Jared Landon sepertinya memang ide yang sangat gila bagi Mara. Selama ini Mara paling anti pati dengan pernikah
Jared menghentikan mobilnya di depan sebuah sekolah taman kanak-kanak di pinggiran kota Bradford dengan lingkungan perumahan yang lumayan tenang. Cuma ada barisan mobil para orang tua yang sepertinya sedang menunggu jam pulang sekolah anak-anak mereka. Jared menengok arloji di pergelangan tangannya. "sebentar lagi dia akan keluar." Mara jadi memperhatikan pria di sampingnya yang sedang melihat ke halaman sekolah. Sepertinya Jared memang sudah sangat hapal karena mungkin dia juga sering diam-diam menunggunya. Mara tidak bertanya apa-apa meski ada desir tidak nyaman di dadanya ketika membayangkan Jared sedang duduk menunggu seorang wanita yang hanya berani diam-diam dia pandangi dari jauh. Walaupun sekarang Mara yang jadi tegang tapi dia berusaha duduk tenang dan ikut menunggu s
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut