Jared masih memperhatikan puntung rokok di tangannya, meski masih tidak ingin buru-buru berpikir tapi otaknya terus berputar, apa lagi jika dia teringat dengan mimpinya kemarin. Jared menjentikkan puntung rokok tersebut ke bara api yang mulai menyala dengan rahangnya yang berdenyut mengencang kemudian segera berpaling pada Mara yang sedang menunggunya.
Mara sama sekali tidak sadar jika pemuda yang berjalan menghampirinya itu sedang sangat tegang. Jared langsung melempar kaosnya ke lantai kemudian ikut menyusup ke dalam selimut. Mara berjingkat kaget ketika pemuda itu menggosokkan rahang ke kulit perutnya kemudian mengigit pelan ke sisis pinggangnya dari dalam selimut. Kancing celana Mara juga digigit untuk ditarik, pinggulnya di cengkram agar diam. Jared masih menggumulinya di dalam selimut , napasnya panas, sapuan lidahnya juga panas, giginya mulai menggigit-gigit di manapun yang
YUK VOTE YA ^.^
"Jared!" panggil Mato ketika pemuda itu melintas di jalanan dekat pondoknya. Hari sudah senja tapi tidak ada bedanya di tengah cuaca seperti ini, hampir tiap malam di dera badai tanpa henti. Jared menyebrangi halaman pondok Mato Bizil dengan sepatunya yang tertancap ke lapisan salju. Mato mengeluarkan sesuatu dari kantongnya kemudian mengulurkannya pada Jared. "Simpanlah!" Mato memberikan gelang penangkap mimpi dengan ukuran lebih kecil dari yang pernah dia berikan dulu. "Kau bilang masih sering terganggu dengan mimpi buruk." Jared memperhatikan benda yang kali ini sudah berada di tangannya, gantungainya bukan cuma dari bulu gagak hitam tapi juga ada beberapa tulang kecil di sel
Malam harinya badai turun lebih dahsyat dari malam-malam sebelumnya dan sepertinya masih akan terus meningkat beberapa minggu ini sampai nanti mulai mereda menjelang awal musim semi. Deru angin yang berdesing dan butiran es yang ikut terbawa badai menimbulkan suara berisik di atas atap dan membuat daun jendela terus ikut berderik. Mara juga sedang kesulitan untuk tidur, dia tidak pernah suka badai di malam hari, sudah lewat tengah malam ketika Mara merasakan lengan hangat yang memeluknya. Mara sudah hapal aromanya, degup jantungnya ketika bersentuhan dan kehangatannya yang nyaman. "Tidurlah lagi," bisik Jared. "Aku tidak akan mengganggumu." Jared memang hanya memeluk Mara dan ikut menyisip di dalam selimut agar lebih erat. Jared juga tidak bisa tidur lagi setelah mimpinya yang mengerikan.
Setelah badai yang bertubi-tubi dan hawa dingin yang mencengkram tulang, akhirnya salju pertama mulai mencair membawa kicauan riang dari burung kecil yang berlompatan di ranting pohon. Sinar matahari pagi ini juga terlihat lebih jingga, benang cahayanya menembus lapisan es yang mengkristal di atas bebatuan. Musim semi akan segera tiba membawa pucuk-pucuk baru untuk kembali memproduksi oksigen yang lebih segar. Mara membuka jendela kamarnya lebih lebar, membiarkan udara dari luar masuk sebanyak mungkin ke dalam kamarnya yang agak penat. Para pekerja juga sudah mulai beraktifitas utuk menyambut musim semi, mereka terlihat membenahi beberapa bagian istal yang rusak akibat timbunan salju dan badai. Ada kelegaan sekaligus kepedihan yang menyeruak ke dalam dada Mara tiap kali teringat dengan musim semi. Awal musim semi lalu dia masih memili
Jared semakin yakin jika indra pendengaran dan penciumannya memang tumbuh semakin peka, bahkan dia yakin bisa mendengar langkah kaki itu dari kejauhan, langkah kaki dan aroma tembakau yang terbakar. Jared segera sigap untuk bersembunyi, pemuda itu berlari ke sisi hutan yang paling dekat untuk dia jangkau. Jared bersembunyi di balik pohon mahoni yang daunnya telah habis berguguran sama seperti ranting-ranting pohon yang lain. Jared berdiri di balik batang pohon yang lumayan lebar, dia menunggu sampai entah siapa yang ia yakin sedang berjalan melewati jalan setapak menuju danau. Tak berapa lama Jared benar-benar melihat Mateo berjalan menyibak semak di sisis lereng. Pria tua itu bahkan masih memakai sepatu boot karet yang biasa dia gunakan untuk membersihkan istal. Asap rokok yang sedang dia gigit di sisi bibirnya juga terus mengepul asap ke udara, kedua tangannya membawa botol angg
Kamar Mara hanya dalam pencahayaan temaram dari lampu nakas ketika tubuh besar itu sudah menindihnya dengan keras. Mara berusaha untuk berontak tapi kedua tangannya dijerat ke atas kepala dan bibirnya dibekap, netra kelabunya membelalak lebar tapi teriakannya tertahan di tenggorokan. Kaki Mara terus menggeliat untuk lepas tapi juga segera ditekan oleh lutut yang sama kerasnya. Ketika menyaksikan tubuh Mara yang terus menggelinjang, kurang lebih seperti itu juga sebelum Anelies kehabisan napasnya hingga lemas dan pucat. Kilasan itu makin sering menghantuinya seperti kutukan. Ketika kedua tangannya di lepas, Mara segera balas memukul dan mencakar tapi kali ini kancing pakaian rajut tipisnya yang mulai dilucuti. Mara sedang tidak memakai bra jadi gumpalan lembut di dadanya yang juga menegang seketika terpampang begitu saja.
Karena pekerjaan Tobias yang mendadak tidak bisa ditinggalkan akhirnya dia terlambat menjemput Mara dan harus berangkat tergesa-gesa seperti tadi. Untung Mara sudah menyiapkan pakaian di kopernya jadi dia bisa langsung ikut pergi begitu Tobias tiba. Setelah beberapa jam penerbangan Jet pribadi mereka hanya bisa turun di bandara Bradford dan melanjutkan dengan heli untuk sampai di rumah keluarga Loghan. Meskipun sangat lelah karena pergi dengan serba tergesa-gesa tapi sepertinya lelah Mara juga segera terbayar dengan pemandangan perbukitan hijau yang sedang begitu cantik di musim semi dan tentunya rumah besar keluarga Loghan yang menakjubkan. Geby benar-benar seperti tinggal di istana dari negeri dongeng. Mara tidak bisa berhenti terkagum-kagum karena mereka benar-benar memiliki rumah yang tidak kalah besar dengan istana yang ditempati
Sebenarnya Jared sudah datang dari kemarin, dia sudah menemui Geby serta Jeremy sejak ia baru tiba. Jared harus mengarang alasan mengenai kepergiannya kemarin karena jared masih tidak mau mengaku jika sebenarnya ia cuma keluyuran dan bekerja di peternakan keluarga Clark. Jared hanya bercerita pada bibi Beatris karena wanita tua itu pasti akan tetap tahu jika Jared mengarang kebohongan. Bukan maksud Jared untuk berbohong, dia cuma tidak ingin mengecewakan Jeremy Loghan karena dia tahu pria itu sangat perduli padanya. Jared memang tidak pernah bermimpi untuk bisa memiliki saudara laki-laki, tapi ketika pria seperti Jeremy Loghan mau mengakuinya sebagai saudara tentu penghargaan itu juga bukan main-main. "Jared, pilihkan Anggur untukku!" Jared yang baru datang bersama Geby langsung Jeremy panggil untuk bergabung duduk di mejanya. J
Lily benar-benar tidak mengijinkan Jared pergi, gadis kecil itu tidak mau tidur jika tidak ditemani Jared, bahkan pergi ke sekolah pun juga minta di antar oleh Jared. Lily bersekolah di sekolah lokal yang juga dibangun oleh yayasan milik keluarga Loghan, Jeremy ingin Lily tetap berada di lingkungan mereka demikian juga nanti dengan kelima putrinya. Ketika Lily berusia dua belas tahun dia baru akan masuk ke sekolah asrama khusus sama dengan James dan Jeremy dulu. "Mara!" teriak Lily ketika melihat Mara baru menuruni anak tangga. "Hay, kau mau ke mana gadis kecil?" Mara balas menyapa kemudian merunduk untuk mencium Lily. "Aku mau ke sekolah." Tak berapa lama muncul Jared yang menyusul di belakang gadis kecil itu dengan menenteng tas
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut