Jared segera kembali memakai celana panjangnya untk menghampiri gadis muda yang sedang merintih kesakitan di atas rumput.
"Maaf apa kau tidak apa-apa?"
Jared tidak tahu dari mana datangnya gadis muda itu. bibirnya meringis kesakitan karena terlempar dari punggung kuda.
"Kakiku terkilir."
"OH, Tuhan!"
Jared segera mengangkat tubuh gadis itu, tidak berat karena masih seperti anak-anak belia. Jared membawanya ke dalam pondok untuk dia periksa.
"Bagian mana yang sakit?" Jared melihat gadis itu mulai menangis disertai air mata.
"Ini sakit sekali..." dia masih merintih sambil memegangi lututnya.
Jared berjongkok untuk memeriksa lebih dekat. "Biar kuperiksa."
"Kau tidak bisa!" gadis itu menolak. " Aku memakai celana panjang!" pipinya merona malu.
"Apa kau mau aku memanggilkan seseorang?" Jared juga terlihat bingung karena masih baru di tempat ini belum ada sehari.
"Kau siapa?" Gadis itu segera menghapus sisa air matanya agar bisa melihat lebih jelas jika pria yang setengah berjongkok di depannya masih belum berpakaian, punggung dan rambutnya juga masih menetes-netes basah.
"Namaku Jared Landon." Jared mengatakannya sambil mendongak pada gadis muda bersurai keemasan lembut yang sedang melebarkan netra birunya.
"Jared!" Jelas dia heran.
"Ya, kau boleh memanggilku 'Jared'. Aku baru datang tadi siang dan akan bekerja di peternakan."
"Apa kau bisa mengantarku ke rumah?"
"Ya, di mana rumahmu?"
"Aku Anelies Clark." Gadis itu mengulurkan tangan dan Jared langsung paham jika dia adalah putri dari pemilik peternakan.
"Panggil saja, Ane."
"Apa kakimu masih sakit, Ane?" Jared kembali memastikan meski gadis itu sudah tidak menangis.
"Masih tapi sudah tidak semengejutkan tadi, aku mulai bisa menahannya asal jangan bergerak dulu."
"Kalau begitu diam lah dulu."
Jared menyentuh lututnya pelan-pelan untuk diluruskan.
"Apa kau bisa naik ke punggung kuda?" Jared harus memastikan dulu karena jarak dari pondoknya ke rumah utama lumayan jauh.
Analies coba menggerakkannya sedikit dan sudah kembali meringis.
"Aku tidak yakin."
"Apa kau bisa naik ke punggungku?"
Pertanyaan yang kedua membuat Analies syok karena di tawari naik ke atas punggung pria.
"Tidak apa-apa aku bisa menggendongmu." Jared memang tidak berpikiran macam-macam mengungat gadis it masih sangat muda.
"Aku berat."
"Tidak, kau tidak akan lebih berat dari keponakanku."
"Memang berapa usia keponakanmu?" Anelies buru-buru bertanya.
"Dua belas tahun."
"Aku sudah hampir tujuh belas tahun dan kau suruh naik ke atas punggungmu?"
"Keponakanku laki-laki tingginya hampir sama denganmu."
Anelies masih enggan walaupun Jared benar-benae tidak masalah.
"Apa kau ingin diangkat mengunakan tandu?" Jared coba menawarkan alternatif lain." Aku akan minta pertolongan dulu kalau begitu."
Jared sudah akan berdiri ketika tiba-tiba Anelies mencegahnya.
"Baiklah sepertinya aku bisa naik ke atas punggungmu, tapi apa bisa kau berpakaian dulu."
"Oh Sorry." Jared sampai lupa jika belum berpakaian.
Jared segera berdiri untuk mengambil pakaian karena bajunya tadi tertinggal di tepi danau.
"Baiklah apa kau sudah siap naik ke punggungku?"
Jared kembali setengah berjongkok di depan Anelies dan benar-benar menggendongnya seperti anak kecil karena menurut Jared Anelies juga masih anak-anak dan enteng. Jared sama sekali tidak sadar jika punggungnya terasa panas ketika menekan buah dada gadis muda itu.
"Apa aku tidak berat?" tanya Anelies saat Jared melingkarkan lengan kekarnya ke belakang untuk menyangga pinggul Anelies agar kakainya tidak banyak bergerak.
"Tidak kau sangat enteng."Jared mulai membawa Anelies berjalan meninggalkan halaman dengan sangat stabil.
"Dari mana asalmu, Jared?" Anelies penasaran bagaimana bisa ada pemuda yang mau bekerja di peternakan ayahnya.
"Aku dari England."
"Wao!" Anelies terkejut.
Walaupun sudah mengenali logat Jared tapi Anelies memang tidak menyangka jika pemuda tersebut benar-benar berasal dari tempat sejauh itu.
"Kau datang jauh-jauh dari England hanya untuk bekerja di peternakan?"
"Ya, kadang kita memang tidak tahu kemana takdir akan membawa kita, sama seperti hari ini siapa yang menyangka jika pekerjaan pertamaku adalah menggendongmu."
Anelies ikut tersenyum dan pipinya merona tanpa di lihat Jared.
"Sepertinya aku mulai menyukaimu."
"Baguslah jadi aku tidak akan dipecat di hari pertama bekerja karena membuatmu terjatuh dari punggung kuda."
Artinya Jared tahu jika Anelies terjatuh dari punggung kuda karena melihatnya yang sedang mandi telanjang.
"Maaf." Jared minta maaf karena seharusnya dia lebih waspada untuk tidak telanjang sembarangan.
Jarak antar pondok yang Jared tempati dan rumah utama keluarga Clark benar-benar tidak dekat, walaupun Anelies tidak berat tapi sepertinya orang lain tetap akan kepayahan untuk menggendongnya sejauh itu.
Seorang wanita berpinggang besar langsung berlari dari pintu belakang begitu melihat mereka datang.
"Annelies!" teriak juru masak wanita itu ketika melihat Anelies berada di atas gendongan seorang pemuda.
"Apa yang terjadi?" tanya Carolina dengan bola mata melebar panik.
"Aku terjatuh dari kuda, kakiku terkilir." Anelies coba menjelaskan masih sambil berada di atas punggung Jared.
"Oh, Tuhan...." wanita itu ternganga tapi juga buru-buru kembali terkesiap. "Ayo cepat bawa masuk!"
Jared mengantar Anelies sampai ke kamarnya di lantai dua.
"Terimakasih Nak." kata wanita yang baru saja memperkenalkan namannya Carolina.
"Ibuku juga setengah Meksiko," kata Jared.
"Oh, ya ampun pantas kau sangat tampan." Carolina langsung memuji Jared tanpa sungkan karena biasanya cuma orang tua yang ada di peternakan.
"Bibi, bisa kau ambilkan bantal untuk mengganjal kakiku."
Buru-buru Carolina membatu nona mudanya.
"Sepertinya kita harus membawamu ke dokter."
"Aku tidak mau Bibi."
Hampir satu jam perjalanan dari tempat tinggal mereka ke klinik terdekat dan Anelis tidak mau kakinya di bawa berguncang-guncang lagi di jalan.
"Panggil saja dokternya ke mari."
"Baiklah."
Carolina menuruti perintah nonanya untuk segera menelpon dokter keluarga mereka. Ternyata Dokter Martin sedang berada di luar kota dan tetap menyarankan mereka untuk segera datang ke klinik. Mereka sama-sama mendengar penjelasan sang dokter karena Carolina sengaja mengunakan pengeras suara.
"Ayahmu bisa memasukkanku ke penjara jika sampai aku dinilai tidak becus mengurusmu selama di sini," Carolina kembali bicara pada Anelies untuk membujuk agar mau dibawa ke klinik.
"Akan kuantar." Jared ikut menyela.
Anelies menatap Jared kemudian mengangguk.
"Kau harus mengangkatku turun tangga lagi." Anelies memperingatkan.
"Tidak masalah," jawab Jared dengan enteng.
Jared segera membopong Anelies untuk kembali dia bawa turun.
"Di mana mobilnya?"
Carolina memberi isyarat agar Jared mengikutinya.
Hari pertama Jared ternyata jadi sangat sibuk bukan untuk mengurusi kuda tapi untuk mengurus putri pemilik peternakan yang jatuh dari punggung kuda karena melihatnya berenang telanjang. Setelah mengantar Anelies ke klinik Jared juga masih harus mengangkat gadi itu berulang kali. Kaki Anelies dipasang penyangga, jadi dia belum bisa kemana-mana sendiri tanpa dibopong. Jared baru bisa kembali ke pondoknya setelah Anelies tidur.
Karena sangat lelah sejak perjalanan dari Richmond, malam itu Jared tidur dengan lelap tanpa mimpi. Cukup melegakan untuk bagian yang ini. Atau mungkin pengaruh tempat baru juga membuatnya lebih rileks hingga tidak mengalami mimpi buruk lagi. Semoga saja dugaan itu benar karena memang itu tujuannya datang jauh-jauh ke mari.
Karena sebuah trauma di masa kecilnya Jared mengalami gangguan tidur dengan ketakutan dan rasa cemas yang berlebihan. Tidurnya selalu dihantui oleh berbagai mimpi liar yang begitu panas, kadang juga berkembang menjadi tindakan keji dan penuh kekerasan.
Pagi hari di tempat baru ternyata juga membuat udara akhir musim gugur semakin sejuk untuk dihirup. Jared baru membuka jendela kamarnya dan sebenarnya pemuda itu sudah langsung tergoda untuk kembali berenang seandainya saja dirinya tidak segera ingat jika telah membuat seorang anak gadis celaka. Hari ini Jared akan mulai bekerja, sebenarnya Jared ingin segera ke istal untuk menengok para kuda, tapi karena ingat Anelies dia jadi harus memastikan kondisinya dulu. Tadi malam Anelies sudah bisa tidur ketika dia tingalkan untuk kembali ke pondok. Jared sengaja pergi ke rumah utama berlari karena hari masih pagi jadi sekalian dia berolah raga. Dia berlari melewati tepian garis hutan ada jalanan berpagar kayu yang melengkung sampi ke sisi samping rumah utama. "Hai Jared!" panggil Carolina "Apa kau mau sarapan anak muda?" Tentu Jared mau dan segera menghampirinya. "Bagaimana dengan Anelies?" "Sepertinya sudah jauh lebih baik, tadi Mateo yang mengangkatnya ke toilet." Mateo adalah salah
"Jared ..!" pekik gadis yang sedang ia himpit ke sudut istal. Tangan rapuhnya mencengkram erat pada pagar tiang pengait kuda, berusaha mencari pegangan apa saja ketika tubuhnya semakin bergoncang-goncang.Jared terus mendesaknya meskipun tau gadis itu sudah sangat kesakitan dan berulang kali memohon agar dirinya berhenti."Kau sakit ...." pekiknya sekali lagi "Oh ...!""Hentikan! kau menyakitiku .... "Tapi Jared tetap tidak bisa berhenti, dia senang melakukannya dan justru semakin terpacu untuk menumbukkan pingulnya lebih keras lagi. Dirinya sangat besar keras dan kejang, sekujur tubuhnya panas seperti api ketika sedang terbakar seperti ini.Sebenarnya Jared sangat membenci kekerasan tapi sisi iblis di dalam dirinya yang lain selalu penasaran bagaiman menyakiti bisa memberi sensasi kepuasan. Jared sudah kecanduan dengan dorongan tersebut dan sudah tidak bisa berhenti mengkonsumsinya sebagai kenikmatan. Tidak perduli sebanyak apapun kapsul yang tel
Jared melihat pintu kamar Anelies yang sedikit terbuka dan sudah berniat mengurungkan niatnya karena dia pikir mungkin gadis itu sedang tidur."Jared apa itu kau?""Ya."Tadinya Jared memang hanya berniat untuk menengok Anelies sebentar sampai tiba-tiba gadis itu malah memangilnya."Kemarilah."Jared mendorong pintu kamar Anelies untuk terbuka lebih lebar baru kemudian dia ikut masuk."Apa kau sudah lebih baik?" tanya jared pada Anelies yang baru saja menutup buku tulis di pangkuannya."Ya, karena kau yang mengurusku." Anelies memperhatikan pemuda tampan bermata coklat yang kali ini sedang berdiri di hadapannya. Rambut Jared masih agak basah sepertinya baru kembali mandi.Anelies tersenyum kemudian memberi isyarat pada Jared agar lebih mendekat.Jared ikut duduk di tepi ranjang kemudian menyentuh kaki Anelies yang ditutup mengunakan selimut."Aku sudah bisa berjalan sendiri tapi pelan-pelan."Anelies memili
Sebentar lagi akan menghadapi musim dingin dan beberapa tahun belakangan ini musim dingin bisa menjadi lebih ekstrim, bahkan tahun kemarin sampai mencapai titik terendah minus 10 derajat celcius di bulan Januari. Dari sekarang semua pengurus istal harus bersiap agar dapat bertahan sampai musim semi tahun depan. Semua penghangat di istal harus dipersiapkan dan memastikan semua mesinnya berfungsi dengan baik. Karena sudah lama tidak digunakan kali ini juga menjadi pekerjaan tambahan Jared untuk memastikan semua penghangat masih berfungsi normal. Sebenarnya kemarin Mato sudah hendak memanggil tukang servis tapi Jared melarangnya dan menawarkan diri karena itu kadang hanya Mato yang menemaninya bekerja sampai malam ketika harus melembur pekerjaan tersebut. Sebagai kepala pengurus istal Mato juga merasa ikut bertanggung jawab dan tentunya dia juga menyukai Jared yang tidak pernah pilih-pilih pekerjaan. Dia mau memegang pekerjaan apa saja asalkan dia bisa dan tidak pernah perhitungan karena
Anelies tidak menyangkan jika bibir seorang pria akan terasa seperti ini. Hangat dan tebal bertekstur tapi tetap lembut ketika menakup dan mengaisnya dalam lumatan. Gairahnya berbeda, tidak seperti ketika dia sekedar 'flirting' bersama teman laki-laki di sekolah.Napasnya pria dewasa lebih panas merongrong untuk terus dipenuhi kemauannya. Lidahnya bisa disebut lembut tapi juga kasar dengan caranya menjerat mangsa dengan tepat. Pria itu liar, besar, panas bergemuruh penuh nyali.Jared masih menakup pipi Anelies dengan kedua telapak tangannya yang hangat sampai gadis itu cukup menengadah untuk menyambut hisapannya.Entah kemana perginya udara yang tadi nyaris membeku karena kali ini atmosfer di sekitar mereka tiba-tiba menjadi panas seperti uap sup jamur mereka yang terlupakan.Anelis merasa tengkuknya mulai dicengkeram, cukup keras tapi tidak tahu kenapa sepertinya dia juga tidak mau pria itu berhenti memperlakukannya seperti itu. Bibirnya kembali digigit
Jared kembali melihat daun pintu kamar yang sedikit terbuka, dia tahu apa ayang akan terjadi jika dirinya tetap melangkah, tapi setiap kali rasa penasaran itu selalu tumbuh lebih besar untuk menenggelamkan sisa kewarasannya. Dirinya juga akan hancur tak tertolong dan tidak bisa dihentikan, dia bisa mengubah erangan kenikmatan menjadi jeritan bersimbah darah. Tubuhnya akan mulai bergetar meningkat semakin panas, terus bergolak seolah nadinya memang dialiri magma. Jared akan meregang dan mengerang sendiri dalam rasa kejang yang menyiksa dengan sangat luar biasa sampai akhirnya ia akan tersentak dari tidurnya dan terduduk dengan sisa jantung berdentam-dentam.Sudah lewat tengah malam, ketika Jared kembali terbangun dengan telapak tangan bergetar dan mengepal. Napasnya berderu kasar dan sama sekali belum bisa menjinakkan ritme jantungnya yang liar. Mimpi mengerikan itu kembali menerjang berulang-ulang. Selalu seperti itu, diawali dengan persetubuhan yang hebat dan berakhir dengan
Anelies duduk di atas batu agak datar di antara semak rumput tidak terlalu tinggi, gadis itu menyingkirkan sisa terakhir pakaiannya, membiarkan Jared melihatnya. Tungkai rampingnya yang lembut terlihat sepeti kaki peri ketika Anelies menjejak ke tepian batu tempatnya sedang duduk setengah berbaring.Jared langsung melompat turun dari punggung kuda, menyambar pakaian Anelies untuk menutupi tubuh gadis itu."Satu minggu yang lalu usiaku sudah genap tujuh belas tahun aku sudah cukup dewasa untuk berbuat apa saja, dengan siapa saja. Kau tidak perlu khawatir, aku juga sudah pernah melakukannya," ucap Anelies pada Jared yang masih coba menutupi tubuh Anelies sekenanya."Aku tidak akan apa-apa." Anelies mencekal tangan Jared yang hendak berdiri dan gadis itu masih menengadah seperti memohon."Aku sudah tidak bisa tidur karena memikirkanmu setiap malam." Anelies mulai bicara jujur. "Aku melihatmu ketika duduk di samping api unggun, kau juga melihatku."Ten
Semua pekerja istal ikut berkumpul di beranda samping rumah utama mengelilingi meja besar di area dapur kekuasaan Carolina. Jadi jangan heran jika juru masak bertubuh subur itu jadi yang paling jumawa jika ada yang berani melanggar aturannya. Carolina sudah menyiapkan bebagai menu masakan dan seperti biasa para pria-pria tua itu selalu rakus. "Kemari, Jared. Sudah kuambilkan sup untukmu." "Karena dia masih muda dan tampan jadi kau paling memanjakannya?" "Diam kau, Kakek Tua! " Carolina tidak menghiraukan dia tetap menarik lengan Jared yang kebetulan terakhir tiba. Anelies sudah ikut duduk di tengah meja makan bersama mereka semua dan ikut menertawakan entah lelucon apa karena Jared memang sudah tertinggal. Anelies menoleh padanya dan tersenyum. "Ingat anak muda jangan coba menggoda nona kami, cukup Carolina saja. " Carolina langsung memukul punggung sepupunya itu dengan spatula. Selain sepupunya, paman Carolina dulu juga bekerj
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut