VOTE YA
Begitu keluar dari bilik toilet, Brandon langsung terduduk di sofa sambil meremas wajahnya sediri dengan telapak tangan. Geby, Jeremy, dan Lily juga langsung memperhatikan meski Brandon tidak bicara apa-apa."Kenapa denganmu?" Geby yang bertanya.Tengkuk Brandon masih berkeringat dingin dengan kontraksi mual di perutnya yang sangat tidak enak. Brandon juga masih belum menjawab apa-apa sampai Geby berjalan mendekatinya."Kau sakit?" Geby keheranan melihat dahi Brandon yang makin berkeringat dingin. "Kami akan panggilkan perawat?" Geby menawarkan."Tidak perlu!" tolak Brandon yang baru mau bicara. "Aku hanya mual."Geby langsung menoleh Lily dan Jeremy bergantian."Minumlah sesuatu!" perintah Lily tapi Brandon terlihat menggeleng. Tiba-tiba Brandon kembali beranjak berdiri untuk buru-buru masuk ke bilik toilet dan menutup pintu. Brandon benar-benar muntah seperti pria payah dan mulai khawatir jika dirinya akan kembali mengalami penyakit aneh. Brandon memang masih sama sekali tidak sadar
"Kemari lah," panggil Lily agar Brandon ikut naik ke atas ranjangnya.Brandon yang dari tadi duduk di sofa bangkit berdiri dengan langkah lesu mengikuti permintaan Lily. Brandon naik pelan-pelan dan ikut menyelipkan sebagian tubuhnya ke dalam selimut. Ranjang rumah sakit memang tidak terlalu besar tapi cukup untuk menampung mereka berdua jika saling merapat. Geby sudah kembali ke hotel, mereka hanya tinggal berdua. Berdua, untuk saling menjaga."Apa yang kau rasakan?" tanya Lily."Sudah jauh lebih baik."Lily yang mendekat lebih dulu untuk mencium Brandon. Sebenarnya Lily ingin melakukanya dari tadi. Lily benar-benar tidak tega melihat Brandon lemas karena muntah. "Maaf, aku sedang tidak bisa banyak membantu.""Seharusnya aku yang menjagamu bukan malah jadi payah seperti ini."Seharian tadi Geby yang mengurus Brandon, membujuknya makan dan terus memberi semangat dari rasa mual yang memang bisa sangat menguras energi."Apa rasanya selalu seperti itu?" Lily jadi ingin tahu dengan apa ya
Sindrom kehamilan membuat Brandon Lington seperti kalah oleh ulahnya sendiri. Karena saat tidak ada seorang pun yang berani menentangnya, ternyata ia justru dikacaukan oleh penyakit tidak terduga macam ini.Brandon menggenggam kaleng coca-cola yang kembali dia minum sedikit-sedikit untuk meredakan rasa mual. Dia sudah lemas karena kurang asupan makanan sejak beberapa hari terakhir ini. Brandon hanya menelan beberapa potong buah setelah dipaksa oleh Geby."Kau tidak bisa terus mengisi perutmu dengan minuman soda sementara tidak menelan makana yang lain." Geby kembali memaksa Brandon untuk makan beberapa potong pisang yang sudah dia letakkan dalam mangkok. Geby juga menusukkan beberapa potongan ke ujung garpu agar Brandon mudah mengambilnya."Ayo tetap telan asal tidak mencekik lehermu."Geby benar-benar paling pantang menyerah untuk membujuk Brandon, jikapun Brandon mau menelan makanan, itu karena dia tidak mau dianggap pengecut yang takut muntah. Padahal setelah di telan Brandon juga a
James Loghan mengetahui perihal ayahnya yang ternyata masih hidup dan sedang merencanakan sebuah kejahatan besar. James mengetahui semua itu dari Mr. Papkins. Sebagai penerus keluarga Loghan, James merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keluarganya dan bertekad menggagalkan semua rencana ayahnya sendiri. Mr.Papkins sudah mengingatkan tuan mudanya untuk tetap berhati-hati karena berhadapan dengan orang-orang berbahaya.James Loghan bukan cuma pria rupawan dari keluarga kaya raya, dia juga sangat cerdas dan bijak. James tidak akan membongkar kejahatan ayahnya karena hal itu akan ikut menghancurkan reputasi keluarga Loghan. James mulai berpikir jika keluarga Loghan harus bisa bekerja sama dengan keluarga Lington untuk mengalahkan George Loghan.Begitu James mengetahui istrinya mengandung bayi perempuan, James segera mengatur kontrak perjodohan putrinya dengan putra keluarga Lington. Keluarga Lington memiliki anak laki-laki yang sudah berumur dua tahun. Sebenarnya David Lington mem
Anak laki-laki kecil itu langsung berlari menghampiri Brandon untuk mengambil bolanya."Terimakasih," ucap bibir kecilnya dengan nada ceria.Justru Mara yang terlihat gugup karena tidak tahu Brandon akan ikut ke Yorkshire. Ini adalah kali pertama Brandon melihat dan bertemu Jacob. Mustahil jika Mara tidak panik, apa lagi Jared juga sedang tidak ada. Brandon mengangguk pelan pada Mara agar dia tidak perlu cemas. Brandon tidak akan membuat anak laki-lakinya terkejut."Siapa namamu?""Jacob!"Brandon masih setengah berjongkok untuk mengimbangi tinggi badan anak laki-laki itu. Jacob memiliki alis tebal dengan rambut gelap dan Netra hijau persis seperti milik Brandon Lington. Pipi montok Jacob jelas masih menyembunyikan tulang rahang yang kokoh di kemudian hari. Anak laki-laki yang kelak bakal tumbuh menjadi pemuda tampan sama seperti namanya."Kau tampan," puji Brandon sambil menyentuh kepala Jacob.Mereka benar-benar mirip, ibarat kemasan botol dan kemasan sachet."Panggil aku, Brandon."
"Bagaimana perasaanmu?" tanya Lily, menengadah pada Brandon Lington yang baru menjatuhkan tubuh lelah di sampingnya.Brandon tidak bicara apa-apa, dia hanya langsung membungkus tubuh lembut Lily ke dalam pelukannya. Lily yang baru memberinya klimaks panjang dengan suka rela. Mereka masih sama-sama telanjang setelah bercumbu dan saling bercucur gairah. Kaki mereka juga masih saling terlilit di dalam selimut, percampuran kontras antara kelembutan dan keras tapi sedang terasa tepat serta nyaman untuk merekat."Terimakasih ..." bisik Brandon. "Terimakasih sudah menjadi milikku."Dari dulu Brandon memang selalu cenderung untuk memiliki, posesif, keras, tapi juga sangat menjaga wanitanya. Lily adalah miliknya, sejak dulu memang miliknya, bahkan sejak gadis itu belum lahir sudah diperuntukkan untuk dirinya. Jikapun kedua paman Lily masih sering ribut, itu karena mereka terlalu kolot dan kaku. Brandon kembali menciumi dahi Lily, puncak hidung, dagu, dan beberapa kali singgah di bibirnya."Kau
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?" Mara langsung menuduh Jared."Aku tidak mau memohon pada anak muda sombong itu!" tegas Jared."Kalau kau tidak mau biar aku saja yang melakukannya!" Mara segera beranjak berdiri."Kau mau ke mana?" heran Jared."Mencari Brandon di kamar Lily!" Mara benar-benar pergi meninggalkan Jared serta Nathan."Apa aku salah dengar?" tanya Jared menoleh Nathan dengan ekspresi bingung."Tidak!" Nathan malah melipat tangan di dada sambil menegakkan punggung ke sandaran sofa layaknya penonton yang sedang menikmati adegan seru."Oh ...!" Jared segera ikut bangkit mengejar Mara."Papa!" panggil Jacob seketika menghentikan langkah Jared di depan anak tangga."Papa sudah pulang!" Jacob baru kembali bersama Geby dan langsung berlari untuk memeluk Jared."Apa Lily sudah kembali?" tanya Jared pada Geby yang ikut berjalan menghampirinya."Ya.""Bersama Brandon Lington?""Ya." Geby masih sangat tenang."Aku suka Brandon!" tiba-tiba Jacob ikut menyela."Oh, Tuhan!" Jare
Begitu mendengar Lily sudah kembali ke Yorkshire, Alif segera datang menemuinya. Sebenarnya Lily juga terkejut dan belum siap tapi pemuda itu sudah berdiri di depannya. Ingat, jika terakhir mereka berpisah, hubungan mereka masih baik-baik saja dan saling mencintai dengan berbagai macam janji untuk rencana mereka di masa depan.Sebelum Geby meberi Alif ijin untuk bertemu Lily, Geby sudah mengingatkan bagaimana kondisi Lily dan sudah membuat Alif bersumpah agar tidak menyalahkan Lily untuk semua kondisi ini. Alif juga telah bersedia demi untuk bisa kembali menemui Lily.Lily masih berdiri di ambang pintu menatap Alif yang juga baru berdiri dari sofa dengan Geby di sampingnya."Bicaralah dulu," Beby permisi untuk keluar, memberi kesempatan untuk kedua anak mudanya.Sama persis dengan yang telah dikhawatirkan Geby, Alif melihat kondisi Lily terlihat masih lemah dengan kehamilan mudanya dan sudah tidak tega. Sampai detik ini, sampai Alif melihatnya sendiri dia depan mata pun dia masih berp
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut