"Kudengar keluarga Clark juga memiliki peternakan kuda?"
Mata Veronika langsung berbinar dan mengangguk. "Ya," jawab wanita itu sambil tersenyum manis pada Tobias Harlot.
Tobias sengaja mengajak wanita itu untuk makan siang tentunya bukan tanpa tujuan.
"Aku suka berkuda dan sering ikut pertandingan polo di Hampton."
"Kami punya peternakan kuda thoroughbred terbaik di Kentucky."
"Sebenarnya aku juga sedang mencari seekor thoroughbred untuk hadiah sepupuku."
"Dengan senang hati aku akan menemani ke peternakan jika Anda berminat Mr. Harlot."
Tentu Veronika juga tidak akan menyi
YUK KOMENIN YA
Jared Landon baru saja turun dari atas punggung seekor thoroughbred yang telah dia bawa berlari mengelilingi garis hutan. Penampilannya terlihat agak kasar dengan ikal rambut di dahinya yang sedikit berayun basah oleh keringat, lengan kemejanya juga cuma asal disingsingkan sampai sebatas siku menampakkan gumpalan otot lengan yang terbentuk alami oleh kebiasaanya menarik kekang kuda dan mengayunkan kampak. Walaupun agak berantakan dan tidak serba rapi seperti Tobias Harlot, tapi secara keseluruhan pemuda itu memang menarik bahkan Veronika masih terkejut bagaimana bisa ada pemuda seperti itu di peternakan keluarga Clark.Jared berjalan dengan langkah mantap menghampiri Mara yang sudah menunggu di depan pintu istal bersama dua orang tamunya. Mata pemuda itu sedikit mengernyit hingga dahi dan alis tebalnya ikut berkerut karena masih agak silau setelah dari tempat yang terik.
Veronika bersumpah akan membalas perlakuan Mara Clark yang telah berani mempermalukannya di depan Tobias Harlot. Veronika kembali bersumpah, sama seperti sumpahnya ketika bertekad untuk merampas semua yang menjadi milik gadis kaya itu. ***Hari sudah menjelang sore dan tidak ada siapapun ketika Mara mengembalikan kuda ke dalam istal. Sebenarnya Mara sudah berniat untuk segera kembali ke rumah tapi ia malah tergoda untuk mendekati Walker. Anak kuda jantan itu langsung mengendus-endus tangan Mara dan sedikit bermanja menggosokkan hidungnya. Akhir musim panas ini usia Walker akan genap satu tahun, tanpa terasa sudah hampir enam bulan Mara kehilangan adik perempuan dan ayahnya. Mara baru saja hendak memejamkan mata ketika mendengar suara pintu yang digeser dan seketika seluruh ruangan di dalam istal menjadi gelap gulita. Mara segera berpaling dan hanya mendengar ringkihan kuda. Tidak tahu kenapa Mara merinding walaupun biasanya dia bukan penakut, sampai kemudi
Para pekerja sedang mengubur Walker di samping kuburan kuda jantan Mr. Clark yang juga mati misterius beberapa bulan lalu. Mara cuma memperhatikan dari jendela kamarnya, memandang sedih pada tanah peternakannya yang seolah sudah tidak bertuan. Tanah, rumah, dan orang-orang yang sudah Mara anggap seperti keluarga, rasanya mustahil jika dia harus mencurigai salah satu dari mereka. Tapi apa yang dikatakan Jared kemarin memang masuk akal, sebenci apapun Mara pada pemuda itu tapi kali ini mau-tidak mau Mara harus mempertimbangkan kata-katanya. Mara kembali mengambil secarik kertas yang kemarin diberikan Jared padanya. Mara membaca lagi tulisan tangan Anelies dan sebentar kemudian buru-buru ingat utuk mengambil buku harian Anelies. Mara segera menempelkan sobekan kertas tersebut dengan halaman terakhir di buku itu yang juga terdapat bekas sobekan dan ternyata memang persis sama. Tanpa sadar M
Selai dikenal jenius Tobias juga merupakan orang yang sangat teliti dan efektif dalam bekerja. Tobias Harlot memulai pencariannya dengan mengumpulkan informasi mengenai berbagai ritual ekstrim yang salah satu fokusnya adalah ritual mandi mengunakan darah binatang. Sebagian besar pencarinya lebih mengarah pada kebudayaan masyarakat Kazakhstan, tapi mereka lebih sering mengunakan darah dari ternak kambing bukan kuda. Tobias pikir, 'jika berhubungan dengan kuda kemungkinan orang-orang tersebut juga merupakan orang-orang yang kehidupannya juga dekat dengan para kuda'. Tobias langsung kembali menyelidiki tanah peternakan keluarga Clark dan sejarah kepemilikan tanah tersebut. Ternyata jauh sebelum tanah tersebut dibeli oleh keluarga Clark dan dijadikan lahan peternakan kuda yang menjadi sejarah cikal-bakal berbagai pertandingan pacuan kuda di Kentucky, sebelumnya tanah tersebut juga sudah mer
Tobias memberitahu Mara jika dirinya belum bisa datang ke peternakan karena dia masih harus pergi ke inggris untuk menemui Jeremy Loghan. Tobias hanya kembali berpesan agar Mara selalu waspada karena siapapun bisa jadi pelakunya. Jared kembali pulang dengan perasaan kesal dan was-was, setelah berputar-putar dan tidak menemukan jejak siapapun di sekitar savana, tapi Jared masih sangat yakin jika orang itu pasti juga dia kenal. Jika mempertimbangkan jarak yang lebih jauh dari peternakan yang lain dan memang tidak ada pemukiman penduduk di sekitar tempat itu, kemungkinannya memang cuma para pekerja dari peternakan keluarga Clark. Jared sudah memelankan lari kudanya ketika melihat Mateo dan Gerik sibuk mengangkat tangga untuk melepas sesuatu dari atas pintu istal. "Apa yang kalian lakukan?" taya Jared ketika ikut mendongak pada Mateo.
Memasuki pertengahan musim gugur udara masih saja terasa kering tapi lebih berangin, suara gemerisik semak rumput dan dedaunan yang berguguran menyempurnakan cuaca masih terik dan gerah. Jared sudah tidak sanggup lagi memakai baju berlengan sejak kemarin dia sudah kembali memotong lengan kemejanya dan sama sekali tidak perduli dengan kulitnya yang semakin kecoklatan terpanggang matahari. Jared baru selesai mengeluarkan semua kuda dari dalam istal untuk dia biarkan berlarian di dalam pagar. Mateo terlihat sedang membelahkan kayu bakar di samping pondoknya. "Tidak usah banyak-banyak Paman, aku jarang mengunakan perapian." Jared adalah satu-satunya orang yang bisa tetap merasa kegerahan di tengah musim dingin. "Aku juga bawakan
"Bagaimana jika ada yang menculikmu, apa kau tidak takut?" Jared berjalan mendekati Mara. "Bagaiman jika ada yang menyekapmu, apa kau tidak takut?" Mara masih saja menegakkan punggungnya tidak mau memperlihatkan ketakutannya walaupun ia sadar sedang berdua bersama Jared Landon di gudang jerami yang agak gelap. "Atau kau hanya takut ketika melihat kuda disembelih?" "Aku tidak takut denganmu!" tegas Mara begitu kembali bicara. "Coba pikirkan lagi!" tekan Jared yang makin merapat mendesak tubuh Mara ke tumpukan jerami. "Apa yang kau lakukan?" Mara menolak untuk disentuh tapi Jared tetap menekan bahunya. Telapak tangan pemuda itu terasa tebal, besar, dan keras. "Aku bisa melakukan apa saja dengan wanita di gudang jerami seperti ini." "Jangan coba me
"Itu dia!" tunjuk Mateo pada Jared yang baru kembali dari gudang jerami dan baru melangkah ke pintu istal. Tobias Harlot ikut menoleh mengikuti Mateo. Sebenarnya Jared tidak tahu jika Tobias akan datang hari ini, tapi Jared tahu jika tujuannya datang belakangan ini hanya untuk mendekati Mara. Sebagai pria yang sudah sama-sama dewasa tentu mereka tidak mau mempermasalahkan soal wanita. "Kemari Anak Muda, Mr. Harlot mencarimu!" teriak Mateo karena suara aktifitas para pekerja yang sedang melepas palang kuda juga cukup berisik. "Apa Anda ingin kusiapkan kuda?" Jared langsung bertanya. "Tidak, aku hanya ingin bicara denganmu." "Baiklah."
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut