VOTE YA
"Brandon Lington sedang berada di London, sepertinya lain kali saja kita naik bianglalanya. Brandon Lington mengundangku untuk makan malam, Kau juga bisa ikut." Alif meraih tangan Lily untuk dia cium. Kebetulan keretanya belum berjalan dan merekapun segera kembali ke luar. Seharusnya Lily bisa bersikap biasa tapi nyatanya dia tetap cemas saat Alif menggenggam tangannya untuk diajak pulang ke hotel. Sesampainya di hotel Lily segera mandi, berendam sebentar agar lebih tenang dan bersiap untuk makan malam karena tidak mau Alif curiga. Meski hubungan Lily dan Brandon telah lama berlalu tapi keberadaan seorang anak di antara mereka tetap membuat Lily tidak bisa mengabaikan lelaki itu begitu saja. Lily akan kembali bertemu dengan laki-laki yang pernah menanamkan benih selama sembilan bulan di dalam tubuhnya dan hingga detik ini masih belum tahu sama sekali jika dia telah berjuang sendiri untuk melahirkan darah daging mereka. Lily meraba bekas sayatan di bawah pusarnya, sayatan yang membu
"Apa maumu?" tantang Lily ketika menegakkan bahunya untuk balas menatap tegas pada sosok Brandon Lington."Aku hanya ingin tahu apa yang telah kau dapatkan setelah pilih pergi dariku?"Brandon memang masih menyimpan sakit hati setelah apa yang dulu mereka sepakati, dan apa yang telah rela dia lakukan tapi Lily tetap dengan begitu mudah memutuskan hidup sendiri."Apa dia mampu memberikan apa yang bisa kuberikan untukmu?""Ini bukan tentang apa yang kudapatkan, tapi apa yang ingin kujalani!""Kau tidak sama dengannya!" tegas Brandon. "Jangan ganggu Alif karena aku akan tahu apa yang kau lakukan!""Apa kau pikir aku akan berbuat seperti itu?" Brandon menyunggingkan senyum remeh jika Lily menuduhnya masih perduli."Kenapa kau tiba-tiba menawarkan pekerjaan untuknya?" Lily benar-benar tidak bodoh."Itu bisnis!"Lily masih menatap Brandon Lington dengan berani. "Kau hanya sakit hati Brandon dan tidak akan pernah terima jika ada yang lebih baik darimu!"Brandon mengeratkan rahangnya yang ber
"Sepertinya aku tidak bisa ikut ke Hampton akhir pekan ini." Lily bicara pada Tobias Harlot melalui sambungan telepon."Paman Jeremy mendadak memberitahu jika dia tidak bisa hadir ke acara Amal keluarga Hilton, dan aku harus mewakilinya.""Oh, aku bisa membawa Jeny ke Hampton pekan depan jika kau butuh teman?" Tobias tahu Lily belum terlalu kenal dengan keluarga Hilton, Tobias tidak tega jika Lily pergi sendiri sementara dia tahu Alif sedang pulang ke Tuscany."Jangan dibatalkan, Jeny sangat bersemangat pergi ke pantai. Tadi Alif sudah setuju akan menemaniku dulu.""Baguslah kalau begitu.""Sampaikan permintaan maafku pada Jeny.""Jangan cemas, kita bisa pergi lagi kapanpun."Dari dulu memang hanya Tobias Harlot yang bisa paling di andalkan dan pengertian."Terimakasih," ucap Lily sebelum menutup teleponnya."Kau tidak perlu berterimakasih cuma untuk hal seperti ini.""Terima kasih untuk semuanya."Hubungan di antara mereka sudah melampaui fase sekedar saling perduli dan mencintai den
Alif sedang terlibat obrolan bersama salah seorang rekannya. Lily terus berdiri gelisah tidak tenang sejak bertemu Dokter Erica, Brandon Lington juga terlihat diam-diam masih memperhatikannya. Beberapa kali mata mereka tidak sengaja saling bertemu di antara sela keramaian. Lily tidak tenang bukan karena masa lalu di antara mereka berdua, tapi lebih karena kebohongan yang coba ia sembunyikan dari lelaki itu.Lily pikir, bertemu kembali dengan Brandon Lington tidak akan membuatnya sepanik ini tapi ternyata dia salah. Lily sangat takut membayangkan bagaimana jika Brandon sampai tahu mengenai Jacob. Yang jelas, Lily tidak akan rela putranya diusik oleh siapapun."Aku ke toilet dulu," Lily berbisik pada kekasihnya kemudian segera menyelinap pergi.Lily tidak tahu jika Brando juga memperhatikan kepergiannya dan diam-diam mengikuti. Tepat ketika Lily sedang berbelok di lorong hendak menuju toilet wanita lengannya tiba-tiba dicekal dan ditarik kasar oleh Brandon yang menyeretnya agar ikut."Ap
Setelah hujan yang turun semalaman, pagi ini temperatur kembali turun, jika beruntung mungkin sinar matahari akan muncul sejenak sebelum awan mendung dan badai yang bakal semakin pekat sampai di awal musim dingin. Lily nyaris tidak bisa tidur sampai lewat tengah malam dan hasilnya jadi bangun agak kesiangan.Lily terbangun oleh suara gemericik cairan kental dan aroma kopi pekat yang seketika membuatnya terkesiap bangun. Tirai jendelanya sudah setengah terbuka, agak silau dan dia pun segera sadar jika ada yang aneh. Lily bergegas turun dari atas ranjang, berjalan keluar untuk memastikan. Langkah kaki telanjang Lily baru menapaki lantai pantry ketika terhenyak kaget oleh keberadaan orang lain di apartemennya.Brandon Lington sedang berdiri di depan mesin kopi maker hanya dengan memakai jubah mandi dan rambutnya masih setengah basah."Apa yang kau lakukan di sini?" Lily segera waspada.Brandon terlihat menarik cangkirnya dari bawah kran kecil kemudian menyesapnya sedikit sebelum berpalin
"Kenapa kau kemari? Kenapa kau tidak pulang saja ke hotel atau tempat lain?"Brandon tidak menjawab, netra hijau pekatnya menatap Lily yang sedang berada tepat di hadapannya. Jarak mereka tidak lebih dari satu meter, sangat mengganggu karena mereka berdua juga cuma memakai jubah mandi. Tatapan Brandon benar-benar seperti laser pemindai yang dapat menembus pandang benda padat."Jangan menatapku seperti itu!" Lily tidak nyaman."Sebanyak apa kau telah berubah?" Suara Brandon masih terdengar tenang, tapi tetap terkesan dingin dengan cara pria itu meneliti dengan detail. "Atau tidak sama sekali!""Kau tidak tahu apa-apa!" Lily pilih berpaling menghindari tatapan intens dari Brandon Lington."Setelah enam tahun, berapa pria yang telah bersamamu?" Brandon memang akan selalu bertanya dengan terus terang.Lily tetap tidak mau menjawab."Apa baru putra keluarga Murai? Laki-laki yang bahkan tidak pernah menyentuhmu.""Brandon hentikan! Aku tidak mau membahas ini!"Mereka sudah sama-sama dewasa b
"Kita tidak melakukan kejahatan kenapa kau terlalu cemas!" kritik Brandon atas kekhawatiran Lily yang dia rasa berlebihan. Lily langsung berpaling pada Brandon masih sambil berkacak pinggang tapi harus segera ikut menghela napas pasrah karena Brandon memang tidak akan pernah paham dengan ketakutannya. Menyembunyikan sebuah rahasia memang bisa melipat gandakan ketakutan. "Kau harus pergi!" Lily mengingatkan, "dan tepati janjimu!" Bel pintu kembali berbunyi dan kali ini benar-benar Damian Lington yang datang untuk membawakan pakaian ganti untuk Brandon. Brandon langsung berjalan membuka pintu dan mempersilahkan sepupunya ikut masuk. Lily sudah tidak perduli untuk bersembunyi, wajar kalau Damian terkejut ketika melihatnya. "Nona Loghan," sapa Damian Lington menyapa lebih dulu. Ketika Brandon meneleponnya untuk mengantar pakaian, Damian memang sudah menduga jika Brandon sedang bersama wanita, dia hanya tidak menyangkan jika wanitanya kali ini adalah putri keluarga Loghan. Vanesa Hilt
"Hai, Lily!" Jeny langsung meloncat berdiri dari sofa begitu melihat Lily datang bersama Tobias.Sudah hampir satu setengah tahun ini Lily bekerja sebagai asisten Tobias, belajar dari tutor terhebat, karena Lily juga sudah bertekad untuk tetap menjadi seorang Loghan yang bisa diandalkan meskipun dia cuma wanita."Lihat cat kukuku!" Jeny langsung memamerkan cat kuku barunya yang berwarna keunguan. "Kau suka?""Ya, sangat cantik." Lily sengaja masih menatap Jeny dan gadis berambut ikal itu malah langsung mengedipkan sebelah mata."Aku ingin memastikan kau masih menjaga janjimu!" bisik Lily setelah Tobias masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian."Lihat!" Jeny gantian menunjukkan layar ponselnya untuk memamerkan beberapa 'tap love' yang dia dapat dari Brandon Lington. "Dia melihat foto-fotoku.""Oh, Tuhan!" Lily malah langsung menyambar ponsel Jeny karena kembali merasa kecolongan.Jeny sering ikut pergi ke Kentucky dan memposting banyak foto. Lily segera memeriksa foto mana-mana saja
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut