Seperti biasa Mara akan selalu bangun paling pagi sebelum yang lainnya tapi kali ini sepertinya dia terbangun karena mendengarkan suara seruling yang sedang di mainkan Mato Bizil. Keheningan pagi membuat irama dari seruling tradisional suku Indian itu terdengar jernih dan sempat membuat Mara merinding meskipun biasanya dia menyukainya.
Mara diam sebentar untuk memperhatikan gelang penangkap mimpi yang tergantung di kepala ranjang kemudian meraihnya sebentar. Dia mengambil benda itu dan berniat untuk memindahkannya ke jendela karena bulu-bulunya akan lebih terlihat indah jika tertiup angin.
Mara turun dari ranjang dan segera berjalan menghampiri jendela dengan langkah kaki telanjang. Semuanya masih hening dan sunyi, suara dari seruling Mato terdengar mendayu pilu seperti kesedihan nan dalam. Mara sangat terkejut karena begitu dia mendo
YUK JANGAN LUPA VOTE ,YA
[Aku tahu pasti Mara yang menyuruhmu menjauhiku. Aku tidak marah, kita tinggal menunggu sampai kakakku pergi karena dia juga tidak akan betah tinggal di sini.] Dari pesan singkat yang ditulis Anelies, gadis itu sama sekali tidak terlihat sedang putus asa atau depresi bahkan masih bersemangat. Jadi mustahil jika Anelies kemudian tiba-tiba bunuh diri setelah menulis pesan seperti itu. Dari situ Jared langsung yakin jika 'Anelies tidak bunuh diri tapi dibunuh!' Jared kembali memperhatikan tulisan tangan Anelies pada kertas merah muda bermotif bintik-bintik hati yang masih berada di tangannya. Jared juga kembali memperhatikan daun jendela kamarnya. Jadi malam sebelum tragedi itu Anelies pergi ke pondok Jared untuk menyelipkan surat tersebut di daun jendela kamarnya. Artinya Anelies keluar di tengah malam karena Jared ingat bibi Caro
Dengan pengalamannya bekerja di bengkel tentu tidak sulit bagi Jared untuk membuka berbagai jenis kunci dan gembok pintu. Jared hanya tidak pernah masuk diam-diam ke dalam kamar orang seperti ini, jadi wajar kalau dia merasa cemas. Jared harus cepat-cepat karena dia sedang mengendap-endap seperti pencuri dan siapapun bisa menangkapnya. Ada lima belas pekerja di peternakan keluarga Clark termasuk dirinya. Karena ada beberapa pekerjaan yang tinggal dalam satu pondok jadi Jared agak bingung untuk memastikan kamar masing-masing. Beberapa kali dia hanya memeriksa pakaian yang digantung di belakang pintu untuk mengingat siapa yang biasanya terlihat memakai pakaian tersebut. Walaupun tidak pernah pergi ke sekolah dengan benar, tapi Jared memiliki daya ingat yang baik dan otak yang cerdas. Dia hanya sering disepelekan karena miskin dan tidak berpendidikan. Padahal Jared adalah anak yang p
Hari masih pagi ketika Mara melihat sebuah mobil memasuki halaman rumah utama dan berhenti di sana. Dua orang pria bersetelan rapi keluar dari mobil tersebut, yaitu Lucas Hill dan pamannya Markus. Lucas adalah kakak laki-laki dari Veronika dia serta pamannya semula bisa ikut bekerja di perusahan Clark karena kemurahan hati ibu Mara. Tapi sejak ibu Mara meninggal dan ayahnya menikahi Veronika, semua keluarga Hill juga ikut melonjak karena mendapat jabatan kepercayaan dari Mr. Clark. Mara hanya heran untuk apa mereka sampai mau datang ke peternakan. Mara segera keluar dan menyambut mereka di halaman. "Senang melihat Anda, Nona Clark." Pria yang lebih tua berjalan lebih dulu menghampiri Mara dan mengulurkan tangan tapi Mara tidak menghiraukan sampai pria itu menarik kembali tangannya dan memasukkannya kedalam saku.
Seperti biasanya para pekerja suka membuat api unggun di dekat istal untuk sekedar berkumpul dan menikmati anggur murah. "Jared kemari lah!" panggil Mateo yang juga seperti biasanya, pria itu langsung mengangkat botol anggur untuk dia tawarkan pada Jared agar ikut bergabung. Sebenarnya Jared kurang berminat tapi dia tetap menghampiri mereka dan ikut duduk setelah menerima botol anggur yang diulurkan Mateo. Jared sengaja duduk di samping api unggun dan menghadap ke rumah utama, diam-diam dia memperhatikan jendela kamar Anelies yang sekarang di tempati Mara. Jendelanya masih terbuka dan lampunya masih menyala terang. "Kudengar kau memukul seorang Hill?" tanya Gerik yang langsung mengalihkan perhatian Jared.
Pagi-pagi Jared sudah bangun dan langsung menguyur tubuhnya dengan air dingin. Setelah membuat secangkir kopi hitam pekat pemuda itu langsung keluar dari pondok untuk mengeluarkan kuda dan menungganginya mengelilingi garis hutan. Selain menyukai gairah dan andrenalin, seluruh otot dan syaraf di tubuh pemuda itu juga akan selalu butuh peregangan untuk bisa melepaskan panas yang terus bergolak di nadinya. Pilinan otot liat di lengan, punggung, serta pangkal pahanya semakin meregang membentuk gumpalan-gumpalan otot pria yang keras, kasar, dan bisa jadi mengerikan untuk situasi tertentu. Sama halnya seperti kemarin ketika Jared sedang ingin sekali memecahkan rahang dan mematahkan leher pria yang berani mengusiknya. Jared sadar jika dari dulu dirinya memiliki sifat yang sangat keras di balik keluguannya sebagai anak laki-laki. Terlalu banyak yang harus dia sembunyikan hingga kadang dia ingin
Walaupun sudah sering mendengar tentang nama seorang Tobias Harlot sebagai CEO dari Group Loghan, tapi baik Lucas atau pun Markus memang baru kali ini bertemu langsung dengan pemuda itu. Tobias Harlot ternyata masih sangat muda, tapi tetap terlihat sangat berwibawa dan membuat gugup ketika dia sedang menatap lawan bicaranya. Netra cekungnya yang berwarna hijau tua selalu nampak tajam dan penuh intuisi. Gambaran seorang pemuda yang cerdas dan sangat percaya diri, karena memang hanya seorang Jenius yang bisa memegang perusahaan sebesar Group Loghan di usian yang masih sangat muda. "Aku sudah memberikan penawaran terbaik untuk kalian karena aku yakin tidak akan ada yang seberani perusahaan Loghan untuk membeli perusahan yang sudah nyaris bangkrut dengan tunggakan hutang besar." Tobias Harlot masih duduk menyilangkan kaki sambil menegakka
"Jared, dari mana saja Kau?" tanya Mateo yang terlihat baru keluar dari pondoknya. "Aku mengantar makanan dari dapur Carolina dan sekaligus ingin memberitahumu jika nanti malam dia akan masak banyak untuk kita, datanglah ke sana untuk makan malam." "Aku tidak yakin, Paman. " Jared masih cemas jika Mara tidak akan suka melihatnya. "Perusahaan Clark tidak jadi bangkrut dan tanah peternakan ini tidak perlu dijual karena itu Carolina ingin membuat masakan spesial untuk kita semua." Jared ikut senang mendengarnya meskipun sebenarnya dia sudah lebih dulu mendapat kabar itu dari Tobias Harlot. "Sebenarnya aku hanya takut Mara tidak akan suka melihatku," jujur Jared sambil mengeryitkan
Setelah mimpi buruknya semalam, sepanjang pagi ini Jared terus merasa cemas bahkan dia tidak menyentuh makanan yang dibawakan Mateo samasekali. Jared masih saja memimpikan Anelies yang sedang berbaring di atas batu, tungkai rampingnya yang menjejak-jejak gelisah dan rintihan lembutnya yang akan segera berubah menjadi jerit histeris. Bahkan semalam Jared melihat tangannya sendiri yang membekap mulut gadis itu sampai tidak bernapas, kaku, dan pucat dengan sepasang netra biru yang menatapnya. Netra biru yang perlahan tiba-tiba berubah jadi abu-abu dan saat itu Jared langsung tersentak bangun dari tidurnya dengan jantung berdentam-dentam. Tanpa sadar bibir Jared juga langsung menyebut nama Mara. Tidak tahu kenapa dia seperti bisa merasakan jika wanita itu sedang berada dalam bahaya. Karena tidak tahan terus memikirkan mimpinya semalam, Ja
Anelies semakin menggigil dengan pakaian basah yang menempel di tubuhnya. Suhu ruangan di kamar itu semakin turun. Sepertinya Anelies juga sedang dibawa ke arah utara, entah akan diapakan lagi setelah ini, dia benar-benar tidak tahu nasibnya akan berujung seperti apa. Anelies pikir, jika Omar mengatakan dia akan diadili, seharusnya ia tidak dibawa ke utara tapi ke timur. Rasanya sangat aneh namun Anelies belum sempat memikirkannya, sekarang dia harus segera mengeringkan pakaian jika tidak mau benar-benar membeku. Anelies segera membuka pakain longgar basahnya untuk dia peras. Sama seperti kemarin, Anelies diberi pakaian wanita berpotongan longgar dengan warna serba hitam. Anelies baru akan memeras pakaian basah tersebut ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan Anelies menjerit. "Oh Tuhan!" Kaget laki-laki itu tidak kalah syok melihat Anelies telanjang. "Apa yang kau lakukan!" Anelies segera melempar pakaian basahnya ke lantai dan menyambar seprai untuk menggulung tubuhnya yang s
Tuan Husain diberitakan meninggal akibat serangan jantung di rumah istri seniornya. Tidak ada yang tahu jika sebenarnya pemimpin besar itu ditemukan sedang dalam kondisi telanjang dan tertelungkup di kamar istri muda yang baru beberapa saat dia nikahi. Pangeran Serkan sengaja menyembunyikan fakta tersebut untuk melindungi reputasi keluarganya. Serkan adalah putra kedua dari istri senior Tuan Husain. Kakak laki-laki Serkan mengalami koma selama hampir dua puluh tahun dan cuma hidup karena berbagai alat penopang kehidupan yang terpasang di tubuhnya. Tuan Husain juga sudah memiliki dua istri muda, dia punya tiga putra dari istri keduanya dan dua putri dari istri ketiga. Setelah Tuan Husain meninggal otomatis Serkan yang mengantikan posisi ayahnya. Posisi yang sempat ditentang oleh paman-pamannya karena menganggap Serkan masih terlalu muda dan masih lajang di usianya yang ke dua puluh delapan tahun. Diam-diam Pangeran Serka terus menyelidiki kasus kematian ayahnya yang dia anggap tidak w
Setelah kembali disekap untuk dipindahkan dalam kondisi tangan serta mata terikat, kali ini Anelies mendapat kamar yang lebih layak. Anelies dimasukkan ke dalam kamar berukuran tiga kali tiga meter degan bilik toilet kecil dan ranjang seukuran tubuhnya. Paling tidak Anelies sudah tidak tidur di lantai dan ruangannya terang benderang. Ada jendela kaca bulat di dinding, satu-satunya akses dia bisa melihat keluar dan tahu pergantian hari.Anelies sedang dibawa dalam perjalanan mengunakan kapal pesiar besar, dia masih belum tahu akan dibawa ke mana. Seharusnya ini sudah hari ketiga jika Anelies tidak salah hitung sejak dia dipindahkan. Anelies belum pernah berada dalam pelayaran, dan sekarang dia agak mual, bahkan dia tidak berani mengintip ke luar karena takut melihat gelombang permukaan air."Jangan menyisakan makanan atau kami tidak akan memberimu makanan lagi!" seorang pengawal memasukkan makanan untuk Anelies dari lobang pintu.Anelies cuma memandangi makanan dalam piring logam bersek
PRANKKK!!!Terdengar suara pecahan gelas kaca yang jatuh ke lantai, Mara segera berlari menengok Jared."Ada apa?" kaget Mara melihat Jared telah menjatuhkan cangkir kopi yang baru dia buatkan."Aku hanya tidak sengaja menjatuhkannya," Jared Berbohong.Jared tidak mau Mara sampai tahu mengenai kilasan penglihatan yang baru muncul di kepalanya. Baru saja Jared melihat penglihatan Anelies yang gelap, benar-benar gelap tanpa cahaya hingga yang bisa Jared dengarkan cuma hembusan lemah dari napas anak gadisnya yang terkulai lemas. Anelies sedang dalam bahaya dan jared tidak mampu berbuat apa-apa untuk menjangkaunya."Biar kubuatkan lagi." Mara menyentuh bahu Jared agar tenang.Sebenarnya Mara juga tidak bodoh, Jared tidak akan setegang itu jika bukan karena baru melihat sesuatu. Yang membuat Mara semakin cemas adalah Jared yang tidak mau bercerita jujur, karena artinya bisa jauh lebih menakutkan bila Jared sampai pilih merahasiakannya sendiri."Istirahatlah jika kau capek." Mara mengelus ba
Anelies mendekat pelan-pelan untuk memastikan jika pria besar itu benar-benar sudah tidak bernapas dan Anelies kembali menyingkir ketakutan. Anelies baru saja membunuh, gadis muda itu sangat panik hingga yang bisa dia pikirkan cuma satu yaitu 'cara untuk kabur!' Anelies harus kabur sebelum ada yang tahu Tuan Husain sudah meninggal di kamarnya dengan posisi tertelungkup di atas ranjang dan sedang telanjang. Anelies menarik tirai jendela kemudian mengikatnya sambung menyambung untuk dia pakai turun dari lantai tiga. Kamar itu cukup tinggi, sangat mengerikan jika Anelies sampai terjatuh. Tapi Anelies sedang tidak punya pilihan, kematian pria kaya seperti Tuan Husain pasti akan segera membuat dunia ikut heboh. Yang harus Anelies lakukan sekarang adalah mencari tiang yang kuat untuk mengikat talinya. Anelies mengikat talinya ke kaki ranjan dan memastikan semua ikatannya sekali lagi. Anelies juga mengikat ujung talinya ke pinggang untuk berjaga-jaga jika dia terpeleset saat berpijak di d
Mara serta Jared masih berada di Hampton, jarak yang sebenarnya juga tidak terlalu jauh dari putri mereka. Tapi meskipun cuma berjarak sejengkal dan mungkin mereka saling berpapasan, bisa saja Jared atau Mara tidak mengenali Anelies dengan penampilan barunya. Apalagi sampai sejauh ini Anelies juga masih belum tahu jika dia punya keluarga kaya raya, punya ayah, punya ibu dan mereka semua sedang mencarinya."Apa kau masih belum mendapat informasi lagi mengenai putri kita?" Mara menghampiri Jared."Kita pasti menemukanya segera."Dari tadi Jared cuma terlihat duduk di dermaga memandang ke arah gulungan ombak yang berakhir landai ketika meraih pantai. Seperti itu pula perasaan mereka kali ini. Bergejolak seperti gelombang tapi berulang kali harus melandai hilang lagi seolah tanpa harapan."Kita harus tetap berhati-hati karena tidak boleh ada yang tahu jika putri kita selamat dari ledakan. Siapapun bisa ikut memburunya jika tahu Anelies masih hidup. Masih ada beberapa organisasi yang teta
"Aku tidak akan bisa mengeluarkan Antonio tanpa uang itu!" mohon Anelies pada kedua pria kulit hitam yang mengambil semua uangnya."Mereka pasti akan memberimu lagi. Pergi dan minta lagi pada Madam Lexsis!"Anelies dilepaskan dengan didorong kasar sampai terjungkal di lantai dan lututnya perih. Anelies benar-benar ingin membasmi manusia-manusia seperti mereka."Cepat pergi sebelum kami berubah pikiran!"Anelies juga sangat takut karena kedua pria kulit hitam itu jelas bisa berbuat keji padanya. Anelies benar-benar sedang tidak bisa menolong dirinya sendiri apa lagi Antonio. Anelies cuma bisa buru-buru kabur selagi ada kesempatan. Anelies berlari di lorong sepi dengan setengah terpincang-pincang dan berurai air mata karena semua kebodohannya. Sekarang Anelies tidak tahu kemana lagi harus mendapatkan uang lima puluh ribu dolar. Akhirnya Anelies kembali ke klub dan langsung melihat Pablo yang menyeringai ke arahnya. Anelies tidak ingin menemui pria jelek itu lagi, tapi dia tidak punya
"Lepaskan!" Anelies memukul-mukul lengan Pablo yang kaku seperti besi agar melepaskan cengkeraman di lehernya. "Aku tidak bisa bernapas!"Napas Anelies mulai tersendat dengan tangan besar Pablo Morez yang justru makin mencengkeramnya."Apa sekarang kau takut!" Desis Pablo tepat di depan wajah Anelies. Pria itu benar-benar jelek, bukan sekedar fisiknya tapi juga perangainya."Kau harus tahu diri di tempat ini!""Lepaskan aku, pengecut!"Banyak yang melihat Anelies ditekan ke atas meja tapi tidak ada satupun yang berani menolongnya jika sudah berurusan dengan Pablo Morez. Sebelum bekerja sebagai pengawal kepercayaan Madam Lexsis, Pablo sudah pernah beberapa kali keluar masuk penjara karena kasus pembunuhan dan pemerkosaan. Dia juga pernah menjadi pegulat liar, dan masih bisa dilihat berbagai bekas sayatan di bagian wajah serta lengannya yang di penuhi tato seram."Pemuda sialan itu tidak akan bisa menolongmu lagi!"Anelies semakin yakin jika Pablo yang telah bermain kotor di belakang Mad
Setelah George Loghan musnah Jeremy dan Brandon ingin melacak semua organisasi yang tersisa agar tidak kembali tumbuh dengan ideologi yang sama. Mereka adalah orang-orang yang ingin kembali membangkitkan kejayaan monarki, dan sangat mengimani George Loghan hingga seperti dewa mereka. Setelah George tidak ada tentu kiblat mereka akan mengarah pada putra yang telah dipersiapkan oleh George sebagai pemimpin mereka. Jared Landon adalah target yang sempurna, dia mutan yang kuat dan bisa sangat tidak terkendali. "Selama putri dari Jared belum ditemukan, kita semua harus waspada karena siapapun bisa memanfaatkan gadis itu untuk mengendalikan adik laki-lakiku!" Mereka semua sedang melacak keberadaan gadis berambut merah, mungkin anak buah George telah mengira jika gadis itu sudah ikut tewas bersama Georgen dalam ledakan yang menjadikannya debu, tapi Jared jelas tahu jika putrinya masih selamat dan mereka harus segera menemukannya sebelum yang lain tahu jika Anelies masih hidup dan akan ikut