“Enak udonnya?” tanya Malik.
Tanpa kata-kata, Bella mengangguk dengan mulut yang tak henti menyeruput udon buatan Malik. Tadinya Malik ingin mengajaknya makan malam di restoran turki favoritnya, tapi restoran itu sudah telanjur tutup. Tak ada opsi lain, Malik mengajak Bella ke apartemennya, lalu memasak semangkuk udon instan.
Bella makan amat lahap, wajar mengingat perutnya tak diisi sejak siang, ditambah stres memikirkan nasib cintanya dengan Yusuf yang telah resmi kandas, dia memang butuh energi ekstra.
“Enak banget! Makasih ya!” seru Bella sambil menyeka mulutnya dari sisa minyak makanan.
“Cuma itu yang bisa aku buat,” sahut Malik tersipu.
Lantaran canggung, Bella mengedarkan pandangan ke sekitar apartemen Malik yang serba krem. “Cantik ya apartemen kamu. Rapi juga, terurus.”
“Iya ... tapi nggak sebagus punya Yusuf, kan? Lokasinya juga nggak elit, ini juga udah syukur aku dikasih.&rdqu
Bella panik ketika matanya terbuka, dan yang pertama menyambutnya adalah cahaya matahari pagi yang begitu terik menerpa muka.Mampus! Gawat! Udah jam 8 aja! Pekiknya dalam hati. Kalau hari ini dia terlambat lagi, entah apa yang akan dikatakan oleh atasannya. Bella cepat-cepat ke kamar mandi, lalu berpakaian, mendempul mukanya dengan riasan sekadarnya. Namun, saat dia keluar dari kamar, Malik malah terlihat duduk santai menikmati sarapan di atas meja makan.“Pagi, Bella ... gimana tidur kamu semalam? Ayo sarapan dulu, aku udah siapin roti sama jus jeruk—““Ini bukan waktu yang pas buat basa-basi, Malik! Kenapa kamu nggak bangunin aku?! Masih sempat sarapan segala! Kita telat loh!”Malik terperangah kemudian. “Lah iya ya ... kamu masuk pagi kan, ya?”“Malah nanya balik! Masa nggak tau, sih?!” damprat Bella sebal.“Sorry ... sorry, soalnya aku kerja masih part time, aku masuk siang bia
Mata Yusuf memandang kosong pada gaun putih yang melekat indah di sebuah manekin. Pikirannya berkecamuk, keraguan dan keyakinan silih berganti timbul dalam benaknya. Ayahnya menyambut gembira keputusan sembrono yang dia buat, pun ibunya setuju-setuju saja, tapi justru dia yang sekarang tidak yakin apakah ini keputusan tepat. Dia acak rambutnya untuk sekadar melepas stres.“Kenapa, Suf? Kok bengong?” tanya Leila yang merangkulnya dari belakang.“Nggak apa-apa,” jawab Yusuf pendek.Leila membalik tubuh Yusuf, membuat muka mereka saling berhadap-hadapan. “Aku tau kamu bohong. Pasti ada yang lagi kamu pikirin, kan? Apa, Suf? Kamu ragu sama keputusan kamu sekarang?”Yusuf menggeleng tanpa kata.“Sebetulnya, aku juga penasaran loh, apa yang bikin kamu tiba-tiba ngambil keputusan secepat ini buat menikahi aku. Apa alasannya? Ke
Sesuai perkataan Malik, Bella menguatkan hatinya. Bersama mereka menghampiri Yusuf dan Leila yang sedang menyalami para tamu di altar, mereka pun tak boleh ketinggalan untuk memberi selamat, meski sebetulnya hati Bella kacau balau, dan rasanya ini semua sangat konyol.“Selamat ya, nggak nyangka kalian akhirnya jadi juga,” ucap Malik terdengar sarkastis.Leila mengutas senyum dan menyambut uluran tangan Malik. “Mungkin ini yang namanya kekuatan cinta,” ucapnya penuh percaya diri. Dia mendekatkan mukanya ke pipi Malik, lalu menciumnya sekilas sambil berbisik, “Ini juga kan berkat kamu, makasih ya ...”Bisikan itu tidak direspons oleh Malik, dia tak ingin mengungkit apa yang pernah dia rencanakan bersama Leila, sebab bagaimanapun Bella belum sepenuhnya menerima dia sebagai pengganti Yusuf.“Kamu datang juga rupanya, Bella ... senang deh liat ka
“Kamu betul-betul udah kehilangan akal sehat, Yusuf!! Kamu udah gila!!” teriak Pak Abizard setelah Yusuf dibawa masuk ke ruang ganti di belakang.Sepupu-sepupu Yusuf diam, saling memandang satu sama lain kemudian memilih untuk keluar, memberi ruang bagi Yusuf untuk bicara berdua dengan ayahnya.“Kamu dengar Papa, Suf?! Kamu dengar?! Kamu bukan hanya mencoreng nama baik kita di depan keluarga Leila, tapi juga mencoreng nama baik keluarga besar kita di depan semua kolega Papa! Di depan semua orang!! Kamu rusak semuanya! Kita akan kehilangan kepercayaan mereka, kita akan hancur! Nama kamu akan jadi omongan semua orang, bahkan bisa tersebar ke media-media! Apa itu yang kamu mau?!!”Yusuf mengerling sinis. “Udah selesai khotbahnya? Papa nggak cukup selama ini ngatur-ngatur hidup aku kayak apa? Sekarang Papa juga mau aku menjilat kaki mereka semua?”“Ka
Bella terlihat berusaha menghindar dari tatapan Malik, dan berniat untuk menarik tangannya kembali. Namun, Malik tetap menarik kuat-kuat tangannya.“Jawab aku sekarang, Bel. Please ... aku mau hidup bersama bareng kamu.” Dia lantas mengeluarkan kotak cincin dari sakunya lagi. “Kamu mau?”Bella menghela napas panjang. “Aku nggak tau, Malik ... kamu tau luka di hati aku belum sepenuhnya sembuh. Itu cuma bakal nyakitin kamu sendiri, loh.”“Kamu pikir aku nggak tau soal itu sebelum ngelamar kamu? Kamu pikir aku nggak siap untuk nerima konsekuensinya? Aku siap, Bella! Aku siap menerima semua situasi dan kondisi kamu! Aku akan belajar dan bersabar buat nunggu hati kamu pulih, dan mungkin aja ... malah aku yang akan bikin hati kamu pulih lagi. Ya kan?” Malik membujuk sepenuh hati.“Ada alasan lain kenapa aku berat untuk nerima kamu, Malik. Ka
“Lucu banget ya nggak, sih? Kita bisa ketemu di sini, di waktu yang sama sekali nggak terduga, lagi!” ujar Agus pembuka percakapan kembali.Saat ini dia dan Bella sedang minum kopi di kafetaria sambil menikmati dua potong roti mocca.“Iya ...” sahut Bella sekadarnya saja.Agus menggaruk pipinya tanpa alasan lantaran canggung. “Eum ... aku dengar, Leila udah tunangan, ya? Sebetulnya aku diundang kemarin, tapi ... kayaknya yang tunangan sama dia ... mas yang kemarin jadi pacar kamu deh, Yusuf kan ya namanya?”Bella memaksa diri untuk tegar mengangguk, mengiyakan.“Maaf kalau pertanyaan aku lancang, ya. Lupakan aja.”“Nggak apa-apa, santai aja kali, aku biasa aja, kok.”“Jadi kalian udah putus? Aku kira kemarin kalian beli lukisan buat ditaruh di rumah bersam
Leila memperhatikan detail demi detail dekorasi gedung pernikahan yang sesuai dengan tema yang dia inginkan. Sementara itu, Yusuf berjalan lesuh di belakangnya. Pihak Wedding Organizer yang mendampingi mereka lebih sering bicara dengan Leila ketimbang Yusuf.“Pak, saya mau bunganya nanti semua warna putih ya, jangan warna-warni, norak,” pinta Leila. Diliriknya Yusuf yang tidak berkomentar sama sekali. Disikutnya calon suaminya itu. “Kamu kok diam aja? Nggak mau nambahin ide atau apa?”“Apapun oke buat aku, harusnya malah urusan kayak gini cukup kamu aja yang urus, nggak perlu aku ikut.”Air muka Leila langsung berubah padam, siapapun tentu sewajarnya terluka mendengar perkataan tajam Yusuf. “Apa sih maksud kamu ngomong kayak gitu? Kamu nggak ada niat banget, deh. Ini tuh pernikahan kita, Suf, bukan pernikahan aku sendiri! Kalau kamu nggak serius, buat apa
Bella baru saja memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci ketika bel apartemen berbunyi beruntun. Kening Bella mengerut heran. Siapa itu? Malik? Tapi enggak mungkin Malik ... Kalau Malik kan pasti dia tau kode rumah, tapi ... Siapa? Batin Bella bertanya-tanya.Ting tong!Ting tong!Seruan bel yang makin mengusik kuping akhirnya memaksa Bella untuk menghampiri pintu, lalu membukakannya. Yang pertama dia temukan adalah sesosok pemuda tampan namun asing wajahnya. Siapa? Bella membatin lagi. Begitu dia sadari bahwa pemuda itu sedang menopang seseorang bertubuh besar, barulah dia mengerti.“Yusuf?! I-ini Mas Yusuf?!” pekik Bella tatkala dia sadar bahwa Yusuf tengah mabuk.“Kamu ini Bella, ya? Sorry ganggu, aku Aufar, aku disuruh Yusuf buat bawa dia ke sini, aku nggak tau apa-apa, aku hanya nurutin permintaan dia aja. Makanya aku bawa dia ke sini.”
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”