Masih terekam jelas di memori Yusuf, peristiwa menyakitkan yang terjadi sekitar dua puluh tahun lalu. Ketika pertama kali dia mengetahui soal wanita lain yang dimiliki oleh ayahnya. Perempuan itu diketahui bekerja di sebuah resort, dia bertemu dengan Pak Abizard saat pria itu sedang berlibur ke Bali. Cinta timbul di antara mereka meski saat itu Pak Abizard jelas telah menikah, bahkan memiliki seorang putera kecil yang belum genap menginjak usia sepuluh.
Semua menjadi lebih rumit tatkala wanita ke-dua itu mengaku tengah hamil, dan datang untuk meminta pertanggung jawaban. Ibu Yusuf terguncang detik itu juga, hati istri mana yang tak teriris mengetahui dia bukanlah satu-satunya di hati suaminya.
Dengan mata gelap dan tertatih-tatih, suatu malam ibu Yusuf pergi begitu saja, meninggalkan Yusuf tanpa mengucap sepatah kata perpisahan. Sampai Yusuf menginjak usia remaja, hanya sesekali dia datang menjenguk puteranya, tapi setelah Yusuf menginjak usia dua puluh, wanita itu lenyap tanpa kabar. Yusuf tahu keberadaannya, namun dia menolak untuk dijumpai.
Meski sakit hati, Yusuf mengerti, ibunya masih memendam luka yang teramat pedih. Memang berat baginya tiap kali melihat Yusuf. Makin dewasa, rupa dan kepribadian Yusuf makin mirip dengan ayahnya, wajar apabila tiap melihat Yusuf ibunya teringat dengan pria yang sudah menghancurkan hidupnya.
Dan walau sulit, Yusuf lapang dada menerima keputusan sang ibu meski dia sendiri tak bisa memaafkan ayahnya. Dan beberapa tahun yang lalu untuk pertama kalinya, Yusuf bertemu langsung dengan adik tirinya, Malik. Tentu mereka tak langsung akrab, malahan sebaliknya, Yusuf membenci Malik, di matanya anak lelaki itu tak lebih dari sumber kerusakan keluarga. Karena Maliklah ibunya pergi. Sampai kapanpun, dia tak akan menerima Malik dalam hidupnya.
Setelah sekian lama mereka tak pernah berkomunikasi lagi, kini pria muda itu kembali muncul di hadapannya, muncul sebagai pria dewasa yang tubuhnya hampir setinggi Yusuf, dengan perawakan, garis wajah dan mata yang sama persis seperti miliknya.
"Yusuf, akhirnya kamu datang juga," sapa Pak Abizard menyambut Yusuf yang masih diam membeku setelah masuk ke dalam rumah.
Malik yang sejak tadi duduk santai di sofa tunggal berdiri, lantas menebarkan senyum lebar yang seolah mengejek Yusuf. "Halo, Bang ... lama nggak ketemu."
Yusuf mendengus jijik, betapa dia benci tiap kali Malik memanggilnya dengan sebutan 'abang' meski memang tak bisa menampik ikatan di antara mereka. Sapaan dari mulutnya terdengar seperti ejekan, tidak tulus sama sekali.
"Suf, duduk." Pak Abizard memberi perintah. "Mbok ...! Tolong buatin satu lagi ya lemonade nya!"
"Baik, Pak!"
Tanpa membalas sapaan Malik tadi, Yusuf duduk di samping ayahnya. "Langsung aja ke intinya, kenapa Papa manggil aku?" tanya Yusuf tak menutupi rasa jengkelnya.
Pak Abizard melirik Malik sedetik, lalu kembali menatap Yusuf lurus-lurus. "Jadi gini, Suf ... kamu tau kan kalau selama ini Malik sekolah di Bali, tapi sekarang dia udah mulai lanjut kuliah di Jakarta ...,"
"Terus?" sela Yusuf dibarengi alis yang menukik tajam.
"Malik katanya mulai tertarik juga sama bisnis, makanya ... mumpung kamu juga di sini, Papa rasa nggak ada salahnya kalau dia mulai magang sekarang, kamu bisa jadi mentornya."
Yusuf langsung tertawa mengejek. "Papa kira bisnis ini main-main, ya? Apa sekarang anak kuliahan bisa seenaknya untuk join, coba-coba?"
"Kenapa respons kamu harus pahit gitu, Suf? Malik ini kan adik kamu sendiri, suatu saat juga kalian bakal sama-sama ngelola perusahaan Papa. Dan emang udah sewajarnya Malik mulai ikut terlibat, kamu juga bakal terbantu, Suf."
Yusuf menggaruk dagunya yang tak gatal, sesungguhnya semua perkataan ayahnya ingin dia tentang habis-habisan, namun akan sangat melelahkan jika dia harus adu mulut lagi dengan pria tua itu.
"Ya kalau emang itu keputusan Papa, aku bisa apa? Tapi aku nggak mau dia main-main, ini bukan ajang pamer ke temen-temen atau buat lucu-lucuan, aku serius dan aku mau dia berharap sama seriusnya, apalagi GLAM sekarang juga lagi nggal terlalu bagus."
Pak Abizard menatap Malik dengan mata berbinar. "Kamu dengar itu, Malik? Sudah Papa bilang kan, abang kamu ini emang cuma mukanya yang sangar, tapi hatinya baik banget, kamu jangan sungkan minta tolong apapun."
Malik tersenyum simpul, dia tahu benar Yusuf terpaksa menyetujui permintaan ayah mereka.
Kemudian Yusuf bangkit berdiri tanpa menatap Malik sama sekali. "Kalau nggak ada hal lain, aku mau ke kamar sekarang."
"Mulai besok Malik sudah bisa magang ya, tolong kamu kasih arahan dia, jangan biarkan dia sampe kebingungan." Pak Abizard memberi pesan.
"Hm," gumam Yusuf tawar.
Sebelum Yusuf benar-benar naik ke lantai atas, Malik bersuara kembali, "Bang, berita di media itu bener? Cewek itu pacar Abang sekarang?" pancingnya.
Yusuf langsung mengerling tajam, "Sebaiknya tau batasan, jangan campuri yang bukan urusan kamu." Kemudian dia melengos begitu saja.
Pak Abizard yang melihat perubahan pada wajah Malik lekas mengusap bahunya lembut. "Kamu tau karakter Yusuf kayak apa, jangan dimasukin hati, oke?"
***
Kabar kedatangan Malik ke kantor GLAM langsung menjadi topik hangat yang tak henti dibicarakan para karyawan sejak pagi sampai siang, gosip perihal siapa Malik dan apa hubungannya dengan Yusuf pun menjadi berita yang paling sering ditanyakan. Macam-macam spekulasi mulai timbul, entah siapa sumber utamanya.
"Aku dengar sih, Malik itu bukan saudara kandung Yusuf, katanya ya, ibu mereka beda." Ruby menjadi salah satu yang enggan ketinggalan gosip kantor paling panas.
Bella sebaliknya, dia sama sekali tidak menaruh perhatian mengingat kejadian tak mengenakkan yang menimpanya tempo hari, sebaiknya dia menjauh dari berita soal keluarga Yusuf. Dengan cuek, dia melahap makan siangnya tanpa mengindahkan perkataan Ruby.
"Kamu nggak kenal siapa Malik, Bel?" tanya Taufan yang barusan duduk di sampingnya untuk ikut makan siang bersama.
"Ngapain tanya aku? Apa urusannya sama aku?" balas Bella dingin.
"Denger-denger kamu punya hubungan spesial sama Yusuf sekarang," ledek Ruby.
"Jangan ngaco deh kalian, kalian juga kan tau kalau itu cuma gosip murahan! Ya kali Pak Yusuf sama aku, yang bener aja! Mustahil!"
Bella kembali memasukkan sandwich ke dalam mulut, berharap teman-temannya tidak mengungkit pasal Yusuf kembali.
"Tapi aku baru tau loh kalau Pak Abizard itu punya istri lebih dari satu," singgung Ruby tak kapok.
"Ya orang kayak mereka sih, emang udah biasa kayak gitu, kan? Mana mungkin orang kaya kayak mereka setia," timpal Taufan. "Apalagi aku dengar sih, orang turki bukannya biasa kayak gitu?"
"Apa hubungannya sama asal usul negara? Jangan gitu, dong!" tegur Ruby.
"Ya ... Sorry deh, mana tau emang DNA, kan?"
"Gila lu!"
Bella tertegun mendengar pembicaraan keduanya. Entah bagaimana, hatinya sedikit terusik, rasanya akal sehatnya menolak segala teori itu, tidak mungkin Yusuf pria seperti itu. "Udahan ah, kalian bisa-bisanya nge-gosipin bos kita di kantin kantor, kalau ada yang denger gimana?" Hanya itu cara terakhirnya untuk menghentikan percakapan tak menyenangkan ini.
Ketiganya akhirnya diam, sibuk melanjutkan makan siang mereka masing-masing. Tidak sampai saat tiba-tiba Yusuf muncul di dekat meja mereka. Saking kagetnya, Bella nyaris tersedak hebat. Yusuf menatapnya lekat, sementara Ruby dan Taufan membeku, berharap obrolan mereka tadi tak sempat didengar oleh Yusuf.
"Ikut saya," kata Yusuf datar sambil menatap Bella tajam.
"Ta-tapi Pak ... Saya masih makan siang," tolak Bella kebingungan.
"Kalau itu kamu lanjut nanti, kamu nggak akan mati juga, kan?" sahut Yusuf sinis, lalu berbalik pergi begitu saja.
Bella mendecakkan lidah sebal, dia tidak punya pilihan selain buru-buru ikut sebelum Yusuf mengamuk. Ruby dan Taufan saling adu pandang begitu Bella menghilang di balik pintu.
"Mereka tuh ada hubungan apa sekarang? Kayaknya apa-apa jadi nempel mulu. Aneh banget nggak, sih?" selidik Ruby.
Taufan cuma bisa terdiam, tidak satu pun kata keluar dari mulutnya meski matanya jelas mengobarkan sesuatu yang tak bisa dia redam.
"Se-sebetulnya ... Ada urusan apa ya, Pak?" tanya Bella sambil berusaha mengimbangi langkah Yusuf yang cepat.Mampus, jangan-jangan ada kesalahan lagi yang aku buat? Minimal pas jam kerja kek marah-marahnya! Pekik Bella dalam hati.Yusuf membuka pintu ruang kerja lalu menarik Bella masuk. "Saya cuma mau ditemani makan siang, itu aja," jawabnya pendek sambil menutup pintu ruang kerjanya kembali.Mata Bella terbelalak. Nggak salah dengar aku? Apa? Batinnya heran.Di dalam ruangan itu rupanya sudah tersedia meja makan bundar yang dipenuhi aneka menu serta minuman dingin yang menyegarkan. Yusuf menarik salah satu kursi untuk mempersilakan Bella duduk."Kenapa bengong? Duduk!" titah Yusuf, Bella buru-buru menurut meski masih dilanda kebingungan."Ini ... Bapak benar-benar ngajak saya buat makan?""Ya jadi? Menurut kamu ada makanan buat diapain? Dijogetin?" sambar Yusuf judes.Selama lebih dari sepuluh menit keduanya kompak diam memb
"Bel, mau balik?" tanya Taufan yang menyetop mobilnya di depan bella yang sedang berdiri di depan gedung kantor majalah GLAM."Ya iyalah, jadi mau ngapain lagi? Aku lagi nunggu taksi pesanan datang," jawab Bella, memang gadis itu termasuk salah seorang yang tak pernah berani untuk latihan mengemudikan sepeda motor maupun mobil, semenjak kecelakaan yang pernah dia alami waktu pertama kali latihan menyetir."Ayo masuk, aku antar aja. Ngapain sih kamu ke mana-mana naik taksi, buang-buang uang," ajak Taufan sambil membukakan pintu mobilnya untuk Bella.Bella sempat kagok, ini pertama kali Taufan terang-terangan menawarkan tumpangan untuknya. "Ayo, Bel ... aku antar, tenang aja, nggak bakal ngebut-ngebut, kok." Taufan membujuk sekali lagi.Meski kikuk, Bella melangkahkan kaki kanannya, hendak masuk ke dalam mobil Taufan. Namun, sebelum dia sempat masuk ke dalam mobil sedan putih itu, sebuah tangan besar meraih pergelangan tangannya."Ayo pulang," ucap Y
Pak Abizard menggeretakkan rahangnya, matanya mengobarkan api, seolah jika tidak ada siapapun di sana maka dia akan dengan gampang melayangkan tinju ke muka Yusuf, sementara Yusuf sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda gentar sedikit pun."Apa-apaan ini?" Seorang wanita tua yang tampak anggun dengan leher dipenuhi perhiasan yang berkilau akhirnya mendekat untuk menengahi. "Kalian jangan bikin ribut, apa nggak malu kalian dilihat sama para tamu?" wanita tua itu lalu menatap Bella yang langsung membenarkan posisi berdirinya dengan kagok. "Siapa?" tanyanya pelan."Oma, ini Bella, pacar aku," ungkap Yusuf sambil memeluk pinggang Bella dengan tangan kanannya.Nenek Yusuf terbelalak tak percaya. "Pa-pacar? Bukannya kamu udah ... sama Leila ...?" Oma tergagap ikut bingung."Halo, Oma. Nama saya Bella," sapa Bella takut-takut."Ah sudahlah, nanti aja kita bahas, sebentar lagi kita ada acara potong kue. Jangan dilanjut lagi ribut-ributnya, punya malu sed
"Tunggu ... Ini kita mau ke mana?" tanya Bella yang mulai merasakan keganjilan sebab Yusuf tak kunjung melepas tangannya.Masih dengan muka sekeras batu, Yusuf menarik Bella menuju area parkir."Pak ... Saya mau pulang ke rumah aja, ini ... Bapak mau ajak saya ke mana?" tanya Bella mulai takut-takut.Yusuf mendorong Bella masuk ke dalam mobilnya lalu dia sendiri ikut masuk. Lantaran terlalu panik, Bella nekat membuka pintu mobil kembali yang dengan sigap langsung dihalangi oleh Yusuf. "Kamu bisa tenang sebentar?! Saya cuma mau ditemani minum! Kamu ngerti?!" Mata Yusuf berkilat-kilat, tersimpan amarah sekaligus putus asa.Bella bisa mnegerti kekalutan yang dirasakan Yusuf, amat wajar bila sekarang dia gundah gulana. Bella mengiba, satu sisi hatinya ingin menemani Yusuf dan menghiburnya, tapi di sisi lain dia menolak ide itu, sebab rasanya dia hanya dijadikan sebagai pelampiasan belaka, sebagai pengganti Leila yang tidak bisa menenangkan badai di dalam hati
Bella gelisah, mendorong Yusuf sekuat yang dia bisa. Tapi tenaga Yusuf memang masih lebih unggul. Setelah puas menciumi Bella, kepala Yusuf turun, menyentuh lehernya yang jenjang dan wangi. Bella menjerit hebat dalam hati, ini pertama kali dia merasakan sentuhan seperti ini, sensasi yang membuatnya ingin menolak tapi tak bisa menolak.Bibir Yusuf dengan lapar menciumi dan menjilati kulit leher Bella, sampai timbul bercak kemerahan. Bella menegang, kakinya mulai lemah. Yusuf tahu Bella mulai lemas, dia dengan sigap mendorong Bella sampai gadis itu terhempas ke atas sofa."Mas Yusuf, tolong berhenti ... Ini nggak benar," ucap Bella."Kenapa nggak benar?" Yusuf menindih Bella dengan cepat. Matanya sudah lebih sayu dan redup ketimbang sebelumnya. "Apa yang kamu takutkan, hm?" lirih Yusuf sambil menaruh kedua tangannya di antara kepala Bella, memojokkan gadis cantik itu agar tidak melarikan diri."Kita kan ... Kita nggak punya hubungan apa-apa, aku mau bantu k
Langkah Bella cepat tapi hatinya tertatih menuju pintu studio apartemen, dia akan pergi, keputusannya sudah bulat. Dugaannya sangat tepat, Yusuf memperlakukannya seperti sampah setelah kejadian tadi malam. Bila dia mencoba menjelaskan pun, akan terkesan dia sedang memohon pada Yusuf, dia tak mau dianggap tengah merayu atau menjebak Yusuf. Lebih baik semua diakhiri.Sampai Bella berada ambang pintu, Yusuf masih diam terpaku. Tidak sampai Bella mencapai koridor, tiba-tiba Yusuf berlari menyusulnya."Maaf! Aku nggak bermaksud buat pura-pura lupa!" Yusuf meraih tangan Bella. "Bella! Sorry!" serunya sambil membalik tubuh Bella agar menghadapnya."Udahlah, Mas. Lupain aja. Aku juga nggak berharap atau nuntut apa-apa, cukup jangan ganggu aku," tegas Bella. "Kayaknya emang aku harus tau diri, aku nggak seharusnya ada di sini sekarang. Maaf ..." lirih Bella berusaha menguatkan hati."Kamu nggak salah, nggak perlu minta maaf," tegas Yusuf. "Cuma ... Jujur aja, yang
Meski Yusuf bersikeras untuk menghalangi Bella pergi, namun Bella bersungguh-sungguh kali ini. Selang beberapa menit, Bella berhasil mengundurkan diri, dia memilih untuk tak ikut terlibat dalam urusan antara Yusuf maupun Leila. Tinggal mereka berdua di koridor, saling menatap untuk waktu yang agak lama."Jadi kamu benar-benar sudah gila sekarang, Suf?" Akhirnya Leila buka suara."Mau apa kamu ke sini? Ada urusan apa?" Bukannya menjawab baik-baik, Yusuf malah terkesan menyahut dingin, ketus."Kamu keterlaluan ya, Suf! Semalam kamu nggak nyusul aku sama sekali! Kamu malah ... Ngajak dia ke sini? Kamu ... Kamu tidur sama dia?!" Suara Leila meninggi.Yusuf tertawa sarkastis. "Sorry ya La ... Tapi apa kaitannya sama kamu? Untuk apa kamu tanya soal kami? Kalau enggak ada urusan, kita sudahi aja ya, aku juga udah harus siap-siap buat berangkat kerja," tutupnya datar.Setetes air hangat jatuh di pipi Leila. Tak pelak timbul iba di hati Yusuf. Gadis itu men
Malik menemukan sosok sang ayah di halaman belakang rumah. Pria paruh baya itu tengah mengisap sebatang cerutu sembari menikmati pemandangan halaman hijau yang indah. Malik mendekat lalu dengan percaya diri berujar, "Kayaknya Bang Yusuf serius punya hubungan sama perempuan itu, Papa sudah tau? Apa Papa bakal diam aja?"Tanpa menoleh, Pak Abizard menjawab, "Kamu sudah cari tau tentang dia?""Belum. Aku cuma tau kalau dia beberapa kali tidur di apartemen Bang Yusuf, jadi gimana ... Apa Papa bakal diam aja?" Malik melirik penuh arti.Pak Abizard mengembuskan asap rokok ke udara, wajahnya gusar. "Kamu cari tau siapa dia. Siapa ayahnya, siapa ibunya, apa pekerjaan mereka, laporkan semuanya sama Papa. Kamu paham?""Gimana kalau Bang Yusuf ngotot menikahi dia, Pa?" pancing Malik."Kenapa kamu pengin tau banget sekarang? Apa yang kamu incar?""Pa ... Jangan salah paham, aku sadar posisi aku, kok. Aku cuma penasaran aja, aku kan adiiknya juga, aku ma
Tiga tahun telah berlalu sejak pernikahan Malik dan Leila berlangsung dengan lancar. Keduanya memutuskan untuk pindah ke Turki tahun lalu sebab bisnis fashion yang dikelola oleh Leila berkembang pesat di Turki seperti yang dia harapkan. Sama halnya dengan Malik dan Leila, hubungan Bella dan Yusuf pun terbilang stabil selama tiga tahun ini. Deniz kini telah menginjak usia lima tahun, baru-baru ini dia telah masuk ke Taman Kanak-kanak, dan hari-harinya pun lebih banyak dihabiskan di rumah neneknya, entah itu bersama Erika maupun Tiara yang kerap datang untuk menjemputnya. Seperti pada minggu pagi hari ini, suasana rumah Bella terlalu senyap, nyaris tak ada suara terdengar. Deniz sedang berada di rumah Erika menghabiskan libur akhir pekannya, di rumah hanya ada Bella dan Yusuf. Suami istri itu masih terlelap di atas tempat tidur empuk mereka meski jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Semalam entah berapa kali Yusuf menggempur Bella tanpa tahu waktu dan lel
Janji Yusuf sungguh dia tepati. Berkat dirinya, Malik hanya mendapat hukuman satu tahun penjara, dengan beberapa syarat tentunya. Setelah lepas sebagai tahanan kota selama enam bulan pula, Malik akhirnya bisa pulang ke Indonesia. Ada rencana besar yang akan dia laksanakan di sana. Seluruh keluarga dan kerabat berkumpul di rumah induk yang kini ditempati Yusuf dan Bella untuk menyambut kepulangannya.Selain rasa kangennya terhadap puterinya sudah menggunung, dia pula telah berencana untuk menikahi Leila. Kabar itu sudah lebih dulu diketahui Yusuf dan Bella, keduanya mendukung niat mulia Malik.Sejak menjanda, Leila memang tidak punya niatan untuk mencari pengganti Yusuf, fokusnya hanya merawat puterinya yang diberi nama Aisyah Aktaf. Aisyah seusia dengan Deniz, sekarang usianya telah lebih dari dua tahun, sedang gemar-gemarnya berlatih bicara dan berjalan, sedang usia-usia paling gemasnya.Ketika tahu Malik ak
Sejak lama, nama lain Malik adalah BAYANGAN. Dia memang tak lebih dari bayangan Yusuf. Sejak lahir, Yusuf telah mendapat pengakuan, sesuatu yang tak pernah didapat oleh Malik. Seluruh keluarga dan kolega bisnis Pak Abizard melihat Yusuf sebagai penerus yang mampu, disegani, terpandang, dan punya karisma sebagai calon pemimpin hebat.Hal lain diperoleh oleh Malik. Dia adalah kebalikan, dia adalah aib yang harus disembunyikan, ibarat sampah yang harus ditimbun, atau dibuang jauh-jauh agar tak tercium baunya.Ketika kecil dulu, Malik selalu menatap iri sekaligus kagum kepada Yusuf. Yusuf sungguh sempurna di matanya. Sebagai anak yang tumbuh seorang diri, dia melihat Yusuf tak ubahnya seorang kakak, kakak yang dia harapkan bisa menjaga dan melindungi dia. Malik pernah beberapa kali mencoba mendekati Yusuf, ingin mengajaknya bermain selayaknya anak pada umumnya.Namun, pandangan Malik terhadap Yusuf seketika
Air mata Bella tak kunjung berhenti mengalir, dia terus berada di samping Yusuf yang telah berada di ruang perawatan. Pikiran-pikiran buruk terus mengisi benaknya.“Mas Yusuf ... Tolong jangan tinggalin aku sama Deniz, Mas bahkan sekarang lagi jauh dari Deniz. Aku mohon, Mas. Tolong kuat untuk anak kita ... Kita baru aja menikah, akhirnya kita bisa bersama, tapi kenapa semua langsung jadi buruk lagi?” isak Bella tak kuasa menahan kesedihan.Yusuf yang baru siuman dengan perut diperban berucap tawar, “Apa, sih kamu? Berisik banget, aku mau istirahat, tau.”“Mas Yusuf!” pekik Bella sambil mengguncang tubuh Yusuf. “Ya Tuhan ... aku kira Mas nggak akan bangun lagi! Aku udah panik banget tau, nggak?! Aku panggil Dokter ya sekarang!”“Nggak usah,” sahut Yusuf seraya bangkit untuk duduk.“Jangan dipaksa
“Kamu yang psikopat! Kamu yang nggak sadar diri kamu siapa!” teriak Bella sambil berusaha mendorong Malik agar menjauh darinya.Dengan senyum miring yang tampak mengerikan, Malik menarik Bella agar lebih dekat dengannya. “Aku dengar kamu melahirkan anak laki-laki, sayang banget ya, Bella ... seharusnya bayi itu perempuan ...”Mata Bella terbelalak mendengarnya, seolah dia tahu yang akan dikatakan Malik selanjutnya.“Kamu tau kenapa? Supaya aku bisa menyentuh dia juga suatu saat nanti. Hi hi~”“Nggak punya otak! Padahal kamu sendiri yang sekarang udah punya anak perempuan! Sadar kamu!”“Aku enggak anggap anak itu adalah anak aku, sayang sekali, Bella ...”Tawa Malik terdengar begitu menggelikan sekaligus mencekam. Bella yang sudah naik pitam berniat melayangkan satu pukulan di rahang Malik, tapi
Usai berjalan-jalan bersama dan menikmati keindahan kota Kapadokia, Ririn mengajak Yusuf dan Bella untuk mengunjungi kedai kopi yang dia kelola sendiri. Kedai kopi itu juga masih berada di sekitar kota Kapadokia, orang-orang bisa menikmati segelas kopi di teras sambil memandang jalan-jalan dan kota yang indah.“Ya beginilah kerjaan aku sekarang, Suf. Aku udah nggak mau kerja kantoran lagi, menurut aku lebih enak buka usaha begini,” ujar Ririn sambil meletakkan nampan berisi tiga gelas kopi espresso. “Malik juga kemarin datang ke sini buat minum kopi. Dia juga kayaknya lagi betah di sini.”Bella langsung mengerling menatap Yusuf seolah ada teror di depan matanya. “Malik? Buat apa dia di sini?” Spontan Bella bertanya.“Kenapa emangnya?” Ririn balik bertanya. “Malik juga kan separuh orang Turki, sama kayak Yusuf. Dia juga udah sering kayaknya bolak-balik ke sini.&r
Enam bulan setelah menikah, Bella dan Yusuf memutuskan untuk melaksanakan bulan madu mereka yang tertunda, yaitu pergi ke Kapadokia, Turki.Lantaran Deniz masih berumur sekitar 7 bulan, dia tak dibolehkan Yusuf untuk ikut. Dan karena itu pula mereka hanya akan pergi selama satu minggu. Deniz sementara akan dirawat dan dijaga oleh seorang perawat yang khusus diminta datang ke rumah.Berat betul hati Bella untuk meninggalkan Deniz selama satu minggu, meskipun ASI bahkan telah dia siapkan selama satu minggu ke depan, namun rasanya tetap berat untuk meninggalkan Deniz yang masih bayi.“Apa kita tunda aja lagi Mas sampe dua tahun? Tiga tahun?” tanya Bella pada malam sebelum berangkat.Yusuf yang sedang menyiapkan pakaian ke dalam koper mengerling sebal. “Nggak sekalian tunda sepuluh tahun? Kamu tenang aja, Deniz di tangan yang tepat, kok. Anggap aja kamu ibu pekerja yan
Hari yang telah lama ditunggu-tunggu Bella dan Yusuf akhirnya tiba juga, hari pernikahan mereka. Sebelumnya hari bahagia ini tak pernah mereka kira akan tiba, terutama bagi Bella. Semua masih terasa bagai mimpi baginya. Menikah dengan Yusuf? Terdengar seperti lelucon tidak lucu, tapi kali ini sungguh bukan lelucon.Jauh-jauh hari segala persiapan telah dipastikan Yusuf tidak ada kesalahan. Mulai dari gedung pernikahan, dekorasi, tema, sampai siapa-siapa saja yang diundang, dia tak mau ada kesalahan sedikit pun. Semua harus sempurna.Tema yang dipilih oleh Yusuf adalah putih, white wedding, sebab putih adalah simbol kesucian, bersih, sebagai permulaan yang baru baginya dengan Bella. Di matanya, Bella bukanlah bekas istri orang lain, pun di mata Bella, Yusuf bukanlah seorang duda dari Leila. Bagi mereka, ini adalah pernikahan pertama untuk mereka masing-masing.Jantung Bella rasanya mau copot, sejak semal
“Apa kegiatan Mama akhir-akhir ini?” tanya Yusuf berbasa-basi.“Biasalah, Mama sekarang merawat bunga, kebun kecil di rumah. Tapi, sebentar lagi Mama akan pergi,” beber Tiara.Alis Yusuf terangkat sedikit. “Ke mana? Buat apa?”“Baliklah, Suf. Udah terlalu lama Mama di sini. Udah seharusnya Mama pulang ke Amerika, ada bisnis yang harus Mama kerjakan lagi. Kamu kan nggak bisa ikut juga.”“Hm. Aku harus menjaga Bella sama Deniz sekarang, seenggaknya Mama tunggu sampe aku nikah bulan depan.”“Iya ... pasti.”Tiara duduk di bangku taman, keduanya kompak terdiam selama beberapa detik. Tiara membasahi bibir sendiri, menutupi rasa gugup yang menyerangnya. “Yusuf ... untuk semua yang terjadi, Mama betul-betul minta maaf, ya. Mama akui, Mama memang bersalah.”